Kami terus berusaha untuk melawan Volk yang besar itu. Hari mulai terang, tidak kusangka beberapa jam telah berlalu sejak kami melawannya. Aku sendiri juga sudah kelelahan. Maila terus saja membantu kami dan menyembuhkan yang terluka seperti Ryuno dan Nipo yang dibantu Sino dan Riko.
"Hah....hah..., ini buruk," gumamku terengah-engah.
"Hah...hah.., itu benar, bahkan aku hampir tidak sanggup mengayunkan pedangku lagi," kata Hairo.
"Apakah Ryuno masih belum sadar juga?" tanya Karl.
"Belum, aku rasa dia sedang kritis karena api itu. Tetapi kondisi Nipo masih tetap baik-baik saja, hanya pingsan," jawab Maila.
"Hahahahaha, sepertinya kalian kelelahan. HABISLAH KALIAN!" seru Volk.
Kembali dia menyemburkan api kepada kami. Kali ini, api yang dikeluarkan lebih besar. Untungnya kami bisa menghindarinya berkat kekuatan dari Lisama. Tetapi, itu juga membuat Volk merasa sedikit lelah.
"Percuma saja aku meyerang kalian. Kalian memang keras kepala. Karena itu, aku akan menyerang pemimpin kalian dulu!" serunya pada kami dan mulai menyerang Maila.
"Maila!" seru kami.
"Tidak akan aku biarkan!" seru Sino yang ada di dekatnya. Tangan Volk berhasil dihentikan berkat kekuatan yang dipinjamkan oleh Maila.
"SINO!" teriakku dan Lisama.
"Argh!!! Dasar tikus kecil. Hancurlah bersama mereka!" seru
"Sino," ucap Maila terkejut.
"Cepat pergi, aku tidak tahan lagi," kata Sino.
Serangan bertubi-tubi dilancarkan oleh Volk. Sino sepertinya sudah tidak berdaya lagi menghadapi berbagai serangan itu. Aku pun tidak bisa diam melihatnya. Aku berusaha menggapai mereka sebisa mungkin.
"Heh, kau akan mlihat bagaimana teman-teman kalian menderita setelah ini!" seru Volk melancarkan serangan terkuatnya.
"SEIROFANG!" kataku membaca mantra untuk mengubah busurku menjadi pedang besar. Untungnya aku masih sempat menangkis tangannya yang sukup besar dengan pedang ini.
"Gento, apa yang kau lakukan?" tanya Sino.
"Harusnya aku yang bertanya begitu, dasar ceroboh! Kau mau mati?! Cepat bantu Maila!" perintahku padanya. Sino segera melakukan apa yang aku minta. Dia membantu Maila dan Riko untuk membawa Ryuno dan Nipo ke tempat yang aman.
"Rasakan ini!" seru Hairo dari kejauhan.
"Hahaha, bahkan pedangmu yang terkenal itu tidak mampu melukaiku," olok Volk pada Hairo.
"Heh, ini bukan untuk melukaimu dasar payah!" jawab Hairo. Volk kebingungan dengan muka naganya.
"Rasakan tombak apiku!" seru Nipo dari ketinggian.
"Nipo?! Kau sudah bangun?" tanya Karl kebingungan.
"Iya, lukaku tidak terlalu parah. Hanya saja, Ryuno..." kata Nipo tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Tenang saja, dia sudah ada di tangan yang tepat," hibur Karl.
"Heh, masih bisa mengobrol di saat seperti ini. Habislah kalian!" seru Volk menyerang mereka berdua. Dengan cepat, Karl menarik Nipo dan menghindari serangan itu.
"Jangan remehkan aku," ujar Karl dengan Nipo di dekatnya.
"Apakah tidak ada yang bisa menghentikannya?" tanya Woka mulai gelisah.
"Itu benar. Apa kau tidak ada ide Maila?" tanya Hairo pada Maila.
"Aku juga sedang memikirkannya. Yang membuatku penasaran adalah sebuah permata di dahinya itu. Mungkin kalau kita menghancurkannya, itu akan menghentikannya," jawab Maila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anemon
FantasyTorino Einsaldo merupakan seorang murid SMA biasa. Kehidupannya berubah setelah bertemu Hamaklori, semacam roh yang disebut "Anemon". Karena kemampuan Hamaklori, Torino dapat berubah menjadi Gento, sang Harimau Putih legendaris, yang dicari oleh org...