Setelah pulang dari kegiatan OSANTUY, aku dan teman-temanku serta beberapa guru yang terlibat kembali beraktivitas seperti biasa. Memang tidak ada sesuatu yang spesial dari rutinitas itu. Berangkat pagi, masuk kelas, belajar, makan siang, main game, dan mengerjakan tugas. Aku rasa aku butuh lebih banyak hiburan, ditambah lagi, ujian akhir semesterku akan segera dimulai.
"Eh, Torino. Selamat ya juara 3 di OSANTUY kemarin!" kata Arsen.
"Ah, terima kasih," kataku dengan sedikit malu.
"Ngomong-ngomong nih, kepala sekolah memanggilmu," ucap Arsen.
"Hah?! Ada apa ya? Aku kan belum melakukan pelanggaran apapun," kataku membela diri.
"Belum? Mungkin Bu Fena sudah mengetahui apa yang kau rencanakan. Maka dari itu, mungkin kau akan dihukum karena merencanakan sesuatu yang konyol," kata Arsen mngerjaiku.
"Tapi kan aku belum melakukannya, masih sebuah rencana bukan?" kembali aku membela diri.
"Sekarang aku tanya, pembunuhan berencana dan pembunuhan yang tidak sengaja lebih berat mana hukumannya?" tanya Arsen berusaha mempertahankan pendapatnya.
"Itukan sudah melakukan pembunuhan keduanya. Hanya saja yang satu sudah matang, yang lain tidak sengaja. Keduanya kan jelas berbeda dari apa yang aku alami ini bukan?" jelasku membela diri.
"Hah, sudah cukup basa-basinya. Aku kan hanya bercanda, jangan anggap serius lah. Kau ini memang sulit untuk diajak bercanda rupanya," keluh Arsen
"Habisnya, kau membuatku takut sih. Memangnya ada apa aku dipanggil," tanyaku kembali.
"Itu, perserta OSANTUY dipanggil Bu Fena. Entah apa yang akan dibicarakan," jelas Arsen.
"Oi, Torino! Aku sudah mencarimu kemana-mana. Peserta OSANTUY dipanggil oleh Bu Fena. Ayo ikut aku!" teriak Sino dari bawah.
"Ah, iya. Aku akan ke sana," kataku kepadanya.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, ternyata semua peserta OSANTUY dari SMA sudah berkumpul. Bu Fena hanya menanyakan oengalaman kami di sana. tentu saja hal yang kami berlima alami tidak kami ceritakan. Ibu Fena juga memberi selamat pada para pemenang.
Pemenang perlombaan itu ada aku sebagai juara 3 dalam lomba Matematika, Aldo sebagai juara 2 dalam lomba Fisika, Lainy sebagai juara 3 dalam lomba Biologi, Feng sebagai juara 1 dalam lomba Komputer, Dewi sebagai juara 1 dalam lomba Bahasa Inggris dan tentu saja Bu Pani yang menjadi juara 2 dalam lomba cipta media pembelajaran.
Kepala sekolah kami sangat bangga akan hal itu. Kami mengambil foto bersama sebelum kami kembali ke tempat kami semula. Foto itu akan dibagikan di sosial media sekolah dan akan dipajang di dalam majalah sekolah.
"Eh, Torino! Ada yang aku ingin bicarakan denganmu," kata Sino sebelum kami kembali ke kelas.
"Memangnya ada apa?" tanyaku.
"Soal rahasiamu, bisakah kita membicarakannya nanti?" tanya Sino.
"Hmmm, bagaimana kalau setelah pulang sekolah? Temui aku di kantin. Kalau mau ajak mereka bertiga juga. Ada yang perlu aku sampaikan. Ingat, jangan samapi ada orang lain yang tau soal ini dan ada yang menguping kita," jelasku pada Sino.
"Siap kapten!" katanya sambil menghormat padaku. Aku tau kalau sebenarnya dia menggodaku.
"Ah, kau ini. Aku bukan bendera upacara. Sudah lah, kita harus kembali ke kelas atau kita nanti akan dimarahi karena terlambat masuk kelas," jelasku sambil sedikit berlari menuju kelas.
"Hei, apa kau tidak mau meninggalkan kelas untuk membeli minuman sebentar. Aku haus, bisakan kalau kita membeli minum?" pinta Sino padaku.
"Aduh kamu ini, bagaimana kalau nanti ada guru yang melihat kita?" tanyaku untuk menakutinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/233898313-288-k285573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemon
FantasyTorino Einsaldo merupakan seorang murid SMA biasa. Kehidupannya berubah setelah bertemu Hamaklori, semacam roh yang disebut "Anemon". Karena kemampuan Hamaklori, Torino dapat berubah menjadi Gento, sang Harimau Putih legendaris, yang dicari oleh org...