HAWA ANEH

13 1 0
                                    


Sejak pagi, ada sesuatu yang mengganjal. Sayangnya, aku tidak tau apa itu. Walaupun aku bukan seorang indigo, tetapi aku bisa merasakan sebuah aura atau energi yang "negatif" dari kelasku sendiri. Bahkan mungkin di beberapa sudut di sekolah.

Hal itu dimulai ketika memasuki kelas. Seharusnya, mudah sekali untuk bernafas dalam kelas yang mempunyai penyejuk udara. Tetapi, hal itu seakan tidak berlaku hari itu.

Sedikit sesak rasanya untuk bernafas di kelas. Hawa panas serta bau tak sedap membuat keadaan semakin parah. Bahkan para guru sudah melaporkan kepada kepala sekolah dan sudah dibenahi.

Bagiku, hawa tersebut adalah hawa yang biasanya aku rasakan di kamar. Kamarku memang sedikit luas, tetapi tidak ada penyejuk udara. Yang ada hanyalah sebuah kipas.

Temanku mengeluhkan panas dan berkumpul dibawah kipas untuk menyejukan diri. Dari tampang mereka, bagaikan tanaman yang sudah layu dan seperti orang yang berkerja dibawah terik matahari.

"Ya ampun, panasnya serasa neraka rek! Ini beneran pendingin udaranya sudah diganti nih? Panasnya luar biasa," keluh para temanku yang lain karena merasa kepanasan.

"Apakah efek global warming sampai sepanas ini ya?" keluh Diego. Dia memang suka bercanda dan membuat keributan dalam kelas.

"Bu, pindah ke ruangan lain aja yuk! Biar kita bisa konsen dan nggak kepanasan," usul salah satu diantara para gadis. Mereka adalah Laila, Fani, dan Nita. Mereka bertiga memang tidak bisa dipisahkan.

"Payah, padahal hawa seperti ini yang aku rasakan setiap hari di rumah. Belum lagi mereka yang tidak mempunyai tempat untuk berteduh. Betapa tidak bersyukurnya kalian," ujarku dengan suara yang kecil agar tidak ada yang mendengar.

"Ya tapi tidak sampai begini juga ya!" kata Nicho yang tidak sengaja mendengar ucapanku tadi seakan tidak terima. Dia memang terkenal kritis dan cerdas. Tetapi sifat sombong dan kenakalannya membuat beberapa orang kurang menyukainya. Bahkan dikalangan guru, dia terkenal nakal, dan pembual. Tetapi yang membuat aku nyaman adalah sifatnya yang tegas dan tangguh.

"Halah, besok libur aja lho!" balasku padanya. Kebetulan sekolahku hanya masuk dari hari Senin sapai Jumat saja. Paling tidak, aku punya dua hari libur dalam satu minggu.

Jam terakhir hari ini ada bimbel (bimbingan belajar) untuk persiapan ujianku. Memang sekarang aku sudah berada di tahun terakhir dari masa SMA-ku. Tak lama lagi aku akan berada di perguruan tinggi.

Jam bimbel akan mulai. Ibu Narti dengan badannya yang seperti boneka beruang yang mungkin imut, namun tegas memasuki kelasku. Beliau merupakan guru yang disukai hampir semua temanku. Aku pun mengakui gaya mengajarnya dapat membuatku bergairah dalam mendalami materi yang dia beri. Namun pada saat beliau menjadwalkan ulangan, suatu hal yang tak biasa kembali terjadi.

PRANG!!!!! bunyi kaca pecah menggelegar di dalam kelas. Kami semua terkejut dan bingung asal dari suara itu.

Ternyata, foto kelas yang telah dipigura dibelakang meja guru terjatuh tanpa sebab. Padahal tidak ada angin yang bertiup atau hal lain yang dapat menyebabkan foto itu terjatuh. aku hanya terpikir jika foto itu tidak digantungkan secara tepat sehingga foto itu dapat terjatuh dengan sendirinya.

Permasalahannya adalah, tidak ada yang pernah menyentuh foto tersebut sejak ditempelkan beberapa bulan yang lalu. Jika memang karena faktor kecerobohan, harusnya foto itu sudah jatuh sejak lama.

Yang membuat hal ini menjadi lebih sulit untuk dicerna dengan akal sehat yaitu bahwa foto tersebut tidak jatuh dengan lurus kebawah, melainkan ke samping seperti ada yang dengan sengaja menggoyang foto tersebut hingga jatuh.

AnemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang