RENCANA TERSEMBUNYI

1 0 0
                                    

"Apa?! Jadi ini semua terencana? Bagaimana bisa?" kata mereka berdua terkejut.

"Tentu saja aku tidak sendirian, ada mereka yang mau membantuku untuk menangkap kalian berdua," jawabku.

"Tetapi kau tidak bisa membuat perangkap ini saat kau bertarung bukan?" tanya sang wanita.

"Tentu aku tidak membuat perangkap ini sendirian. Aku meminta Sino dan Andro untuk membuat ini semua," jelasku pada mereka.

"Memangnya, kau punya semacam telepati?" tanya sang pria semakin penasaran.

"Tentu itu tidak mungkin, aku memberi mereka instruksi sewaktu kita bermain-main tadi. Ah, bodohnya aku, bahkan kalian tidak memerhatikannya," kataku mengejek mereka.

"Payah!!! Kau tidak akan bisa lolos dari kami berdua, tidak selama kami masih bisa mengejarmu. Gento!!!!!" seru mereka berdua dari dalam dinding itu.

"Percuma saja. Sekarang, PASSIOLA REFEROMANTA!" seruku membaca mantra untuk mengeluarkan kekuatan jahat. Tak lama aura gelap yang ada di dalam mereka keluar dari tubuh mereka dan sepertinya mereka terjatuh lemas karenanya.

Lagipula, dinding itu mengurung mereka layaknya sebuah penjara. Tidak ada jalan keluar atau masuk dari luar atau pun dalam. Aku juga sudah menaruh mantra untuk melupakanku dan wujudku ini agar mereka tidak mencariku kembali.

"Kau hebat sekali Gento. Rencanamu berhasil," kata Sino.

"Iya, instruksi yang kau berikan sangatlah jelas Tor.. eh maksudku Gento,"

Semua itu berawal dari saat petarungan dimulai. Aku sengaja memberi Hp-ku kepada Sino. Tentunya aku sudah tau kalau Sino selalu membawa pisau lipatnya untuk berjaga-jaga.

"Mari kita mundur beberapa menit yang lalu. Akan aku ceritakan dari awal lagi," kata Sino bersemangat.

"Biarkan aku menggunakan mantraku agar semuanya lebih jelas. Aku bisa membuat sebuah memori terasa seperti sebuah film layar lebar," kataku.

"Itu pasti lebih menyenagkan. Ayo tunggu apa lagi , aku sudah tidak sabar," kata Dewi.

"Baiklah. Sino, tolong kau fokuskan pikiranmu pada memorimu yang ingin kau ceritakan itu," jelasku.

"Baiklah, beri aku waktu sebentar,' katanya.

"Sekarang semua pegang tanganku," printaku. Semua memegang tanganku termasuk Sino yang sedang fokus dengan ingatannya.

"Sekarang, MIFENA SINO LA JOKA!" ucapku membaca mantra.

Kami berlima seakan menyusuri ingatan dari Sino. Setelah beberapa detik, kami dapat melihat cerita itu dari sudut pandang Sino.

"Bukan, sekarang namanya adalah Gento. Aku ada ide untuk membantunya," kata Sino pada Andro.

"Memangnya apa yang bisa kita lakukan dengan tangan terikat seperti ini?" tanya Andro.

"Aku ada sebuah pisau kecil yang bisa dugunakan. Mungkin kita bisa bebaskan diri kita dengan itu," jelas Sino.

"Bagus, memangnya apa yang akan kita lakukan setelah itu? Kabur dan meniggalkan Gento sendirian?" tanya Andro.

"Lebih baik kita menunggu kesempatan yang tepat. AWAS!!" seru Sino saat mereka berdua ditembahki panah. Saat itu pula aku berhasil mendekati mereka.

"Hei kalian, aku ada rencana. Ambilah Hp-ku dari tas pinggangku," perintahku waktu itu.

"Apa kau tidak bisa bebaskan kami dulu?" tanya Sino.

"Payah, aku tidak punya banyak waktu. Kau bisa ambil bukan? Aku sudah lihat kalau tanganmu sudah bebas dari awal. Cepatlah, aku sudah tidak bisa menahan ini lebih lama lagi!" perintahku pada Sino.

AnemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang