DUA PRIBADI, SATU TUBUH

8 0 0
                                        

Sudah pukul 04.00 pagi dan aku masih berwujud harimau putih. Ini mengerikan walaupun aku ingin lebih lama berada didalam wujud ini.

"Tenanglah dahulu. Kau bisa menjadi manusia lagi. Tetapi kali ini kau yang harus melakukannya sendiri." ujar Hamaklori, Anemon yang aku temui.

"Apa maksudmu aku yang harus melakukannya? Aku bukan seorang penyihir dan aku hanya seorang murid SMA biasa yang mempunyai banyak tugas dan ulangan." kataku.

"Maksudku adalah, wujud ini sekarang menyatu dengan dirimu. Kau bisa bebas mengambil wujud ini kapanpun selama ada aku muncul di sisimu. Ulangi setelah aku okay." katanya.

"Baiklah, apapun untuk persetujuan kita" ujarku dengan tenang setelah mendengarnya.

"HASIN MATA KLORITO!" kata Hamaklori.

"Hasin mata apa?" tanyaku karena ucapannya terlalu cepat.

"Terlalu cepat ya? Mantra itu sebenarnya dibuat berdasarkan akronim namaku, Hamaklori. Aku ulangi ya, HASIN MATA KLORITO." jelasnya.

"Mantra macam apa itu? Aku bahkan baru mendengarnya. Baiklah, Hasin Mata Klorito." Ujarku.

Beberapa saat aku menutup mata dan berkonsentrasi. Tetapi tidak ada perubahan yang aku rasakan. Bahkan ekorku saja masih terlihat.

"Apa yang salah? Apa mantra ini sudah tidak ada efeknya lagi?" tanyaku.

"Hmmm, ini aneh. Mungkin karena ini sudah menjadi wujudmu, kau harus menambahkan sedikit kata kunci tambahan seperti namamu atau semacamnya. Sepertinya aku harus membaca petunjuk manualnya kembali." jelasnya.

"Buku manual? Apa sihir juga ada penduan penggunaannya?" tanyaku penasaran.

"Tentu saja ada. Sebentar ya......" katanya sambil menggerakan tangannya seperti hendak memunculkan sesuatu.

Beberapa saat kemudian, mucul sebuah buku yang setebal kamus. Dibagian depan sampul itu terdapat sebuah pentagram dengan bintangnya yang ke atas. Buku itu bewarna seperti kayu dan sepertinya cukup tua. Kertasnya saja sudah kekuningan.

"Lalu, apa yang perlu kita cari di dalam sini?" tanyaku.

"Sebentar. Untungnya aku masih ingat petunjuknya ada di halaman yang mana." katanya sambil membolak-balik lembar buku tersebut.

"Ah, ini dia. Ada catatan kecil rupanya di sini,"

"Maaf, tapi sejauh yang aku lihat hanya sebuah lembaran putih yang kosong. Apa hanya seorang penyihir dan asistenya saja yang bisa membaca ini?" tanyaku karena aku tidak melihat satu katapun dalam buku itu.

"Hehe, maaf. Aku pikir walaupun kau punya darah seorang penyihir, kau bisa membaca buku ini. Ternyata aku harus memicunya dulu. Berikan kedua tanganmu." pinta Hamaklori.

"Baiklah, apa yang akan kau lakukan padaku?" tanyaku dengan sedikit gugup.

"Tenanglah, aku hanya mencari sesuatu di telapak tanganmu yang bisa aku gunakan. Hmmm....... Aha, ketemu! Garis tangan yang membentuk sebuah persegi. Ini bisa aku gunakan. Mungkin ini akan sedikit terasa aneh, aku pinjam tangan kirimu dulu ya." jelasnya.

"Baiklah, terserah." Ujarku tidak peduli. Segera aku mengambil Hp-ku apakah hari itu ada tugas atau tidak. Pesan-pesan tak terbaca menumpuk banyak di sosial mediaku. Beberapa menit setelah kuperiksa, ternyata hanya obrolan temanku yang tidak penting semalam. Untungnya hari itu tidak ada tugas.

"Sudah selesai. Sekarang kau bisa membaca buku ini." kata Hamaklori padaku.

Segera aku meletekan Hp-ku dan melihat tangan kiriku. Terpaku aku melihat tanda yang ada di punggung tanganku. Bentuknya sedikit familiar, seperti pedang yang dikelilingi sesuatu dengan lambang aneh dibelakangnya. Mungkin aku akan terlihat konyol dengan tanda ini di tangan ku.

AnemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang