Part 1

5.5K 591 10
                                    

Enjoy!

Sebab tidak ada pergerakan lain, Gadis cantik itu mengintip lewat sela jari tangan kirinya. Dengan gemetar, gadis itu bertanya.

"S-siapa kau? A-apa kau pria?" Tanyanya dengan takut.

Sedangkan pemilik restoran itu hanya mendengus tak suka. Oh well—,"Apa aku terlihat memiliki jakun, Nona?".

Gadis itu, terlalu sulit untuk percaya. Tetapi, meskipun begitu ia tetap menurunkan kedua tangannya dengan ragu. Ia lalu melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya. Rambut ombre biru sebahu yang diikat dengan rapih. Tubuh yang kira-kira 8cm lebih tinggi darinya. Hidung bangir, dengan rahangnya yang tegas.

Gadis itu memperhatikan sesuatu. Benar. Seseorang yang berada di hadapannya tidak memiliki jakun. Dia seorang wanita. Gadis itu merasa tenang sekarang. Ia bisa kembali duduk tanpa merasa resah karena ketakutan.

Pemilik restoran itu menghela nafas. Kenapa sulit sekali membuat pelanggannya itu mengerti?

"Ini sudah malam. Aku harus segara menutupnya." Gadis itu masih betah dengan diamnya. "Jika kau masih ingin disini, kau harus membayar 3 kali lipat harga kopi." Gadis itu tetap tak menjawab. Tetapi, dia merogoh sesuatu di dalam tas kecilnya. Mengambil beberapa lembar uang dan menyimpannya.

"30 menit. Biarkan aku di sini."

Pemilik restoran itu berlalu setelah mengambil uang yang ada di atas meja tadi. Ia duduk di dua meja sebrang Gadis itu. Ia juga belum ingin pulang. Namun, jika disini hanya untuk berdiam diri saja tentu juga akan membosankan.

Ting!

Terdengar suara bunyi pesan masuk dari ponsel si Pemilik Restoran. Dia mengernyit, lalu melihat siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini. Sedetik kemudian ia tersenyum tipis.

Chu🧡
Sedang apa? Sudah tidur? Aku mendapat sift malam hari ini.

Pemilik Restoran itu hanya membaca pesannya saja tanpa berniat untuk membalas. Dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 22.30. Pemilik Restoran itu menoleh kearah Gadis tadi. Dilihatnya, gadis cantik itu sedang melihat keluar jendela.

Pemilik Restoran itu beranjak ke dapur, menyiapkan satu cokelat panas juga kopi hitam untuk mereka berdua. Tidak ada salahnya 'kan? Toh gadis itu juga sudah membayar, dia juga pasti merasa haus karena sudah lama berada di Restoran.

Tanpa kata, pemilik restoran itu menyimpan secangkir cokelat panas di depannya. Gadis cantik itu mendongkak, keheranan. Sedangkan pemilik restoran itu malah menatap pada ponsel gadis cantik yang terbalik. Ia melihat sebuah tulisan kecil di sana. Ia lalu menatap beberapa detik pada gadis itu sebelum kemudian kembali duduk ke mejanya.

Apa itu namanya? Ruby.. Aku ragu dia dari Korea.

Gadis itu menyesap pelan cokelat panas yang di berikan seseorang tadi. Entah karena kehausan, tapi rasanya cokelat panas ini benar-benar berbeda. Sangat enak. Gadis cantik itu kembali menatap keluar jendela. Gadis itu, yang tak lain adalah Ruby.

Ruby Jane.

Pemilik Restoran itu menatap buku yang sedang ia baca. Buku yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoamat  menjadi pilihannya sekarang. Tetapi ketika ia mulai membaca, tiba-tiba fokusnya hilang. Pikirannya terbelah ketika tadi ia melihat wajah gadis yang mungkin bernama Ruby. Pemilik restoran itu menoleh sebentar ke arah Ruby, kemudian kembali menunduk menatap bukunya. Dia ingin sekali bertanya pada Ruby tentang luka itu. Luka memar di kedua pelipis, serta sudut bibirnya. Dan luka itu terlihat masih baru. Tetapi, menjadi peduli bukanlah dirinya.

Pukul 23.00.

Ruby mulai mengemasi barangnya dengan tenang. Merapihkan sedikit pakaiannya lalu beranjak berdiri. Ia berjalan dengan pelan menuju pintu. Sedangkan si pemilik restoran itu mengikutinya dari belakang.

Saat di pintu, tiba-tiba Ruby merasa lemas, keseimbangannya hilang. Hampir saja ia terjatuh ke lantai. Tetapi, hampir. Sebab seseorang sudah lebih dulu menahan tubuhnya dari belakang.

Si Pemilik Restoran.

Ruby mendongkak, ditatapnya orang yang sedang menahan tubuhnya sekarang. Dengan jarak yang begitu dekat, Ruby bisa melihat dengan jelas bagaimana  guratan pahat sempurna Tuhan dari wajah gadis cantik itu. Mata teduh berwarna coklat yang tajam, hidung bangir dengan bibir tipis yang berbentuk hati, serta rahangnya yang begitu tegas. Ruby baru menyadarinya, bahwa gadis di hadapannya sangat mempesona.

Dan Ruby, ia terpesona.

"Kau baik-baik saja?" Pemilik restoran itu bersuara setelah melepaskan tubuh Ruby. Beberapa kali Ruby mengerejap, ia baru tersadar dari lamunannya.

"A-aku baik." Entah kenapa Ruby malah gugup, padahal gadis di depannya hanya menampilkan wajah datarnya.

"Aku bantu mencari taxi." Ucapnya. Sebenarnya, bisa saja pemilik restoran itu mengantarkan Ruby pulang. Tapi, ingat! Menjadi peduli bukanlah dirinya. Lagi pula keinginan Ruby sendiri yang pulang larut. Meskipun ia sedikit khawatir melihat seorang gadis pulang malam sendiri menaiki taxi. Khawatir karna dia juga seorang wanita.

Ruby mengikuti pemilik restoran itu dari belakang. Setelah berdiri menunggu beberapa menit, sebuah taxi berhenti di depan mereka. Tanpa basa-basi Ruby masuk ke dalam taxi tersebut setelah mengucapkan terima kasih kepada pemilik restoran itu, meski hanya di balas suara angin malam.

Pemilik restoran itu kembali masuk ke dalam, membereskan bekas minuman miliknya juga Ruby. Setelah selesai, ia masuk ke dalam ruangannya, berganti baju dan membereskan barangnya sebelum bergegas untuk pulang.

Di perjalanan pulang, pemilik restoran itu hanya ditemani oleh sebuah lagu yang mengalun merdu. Pengusir rasa sepi ketika ia sendirian.

Rose Blackpink- If it is you;cover.

Menjadi lagu yang menemaninya saat berkendara malam ini.

Melihat jalanan yang sepi karena sudah larut, ia jadi memikirkan sesuatu. Mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu tentang seseorang. Pikiran negatif mulai menguasainya sekarang.

Cittt!

Gadis itu menginjak rem. Mendadak ia menghentikan mobilnya saat ia sudah hampir sampai pada rumahnya. Ia melihat sekeliling, menghela nafas sejenak, lalu bergumam..

"Dia baik-baik saja 'kan?"











Tinggalkan jejak.
Maafkan typo😈
-AG🍁

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang