Part 5

3.1K 486 31
                                    

Mendung hari itu tidak membuat Ruby mengurungkan niatnya untuk tetap datang ke restoran milik Jisoo. Di perjalanan menuju restoran dalam mobil Taxi, ia bahkan terus merecoki sang supir untuk cepat membawanya sebelum hujan turun.

Ketika sudah sampai di tempat tujuannya, Ruby berlari secepat mungkin untuk masuk sebelum ribuan rintik hujan membasahi tubuhnya.

Tapi, terlambat. Hujan sudah turun. Bahkan Ruby kebasahan. Tetapi, tidak membuatnya basah kuyup.

Baru saja ia akan membuka pintu restoran, seseorang sudah menariknya lebih dulu dari dalam.

Ruby mendongkak. Menatap seseorang yang baru saja keluar dan berdiri di hadapannya dengan wajah datar.

"Pulanglah." Ruby melongo tak percaya atas ucapan seseorang itu barusan.

"Kau mengusirku—lagi?" Tanyanya. Padahal, Ruby baru saja tiba.

"Kau selalu menghambat karyawan ku di sini. Mereka selalu pulang tidak tepat waktu karenamu, Nona."

Ruby menghela, merasa bersalah juga.

"Kau bisa mencari restoran lain yang buka 24jam. Tapi, tidak di sini."

"Tapi, di sana tidak ada kau, Blue." Jisoo mengerejap atas ucapan Ruby.

"Ya?"

"Aku lapar! Biarkan aku masuk!" Ruby sengaja mengalihkan.

"Cari tempat lain saja."

"Aku tidak mau! Biarkan aku masuk, aku hanya akan—"

"Kau akan diam di restoran sampai malam begitu?! Menghambat semua karyawan ku yang akan pulang, huh?! Lalu memintaku untuk mencarikan Taxi setiap malam untukmu padahal keinginanmu sendiri untuk pulang larut?! Ck, yang benar saja."

"Aku tidak pernah memaksamu untuk mencarikan ku Taxi. Aku hanya meminta sekali, dan kau langsung menuruti. Apa itu salahku juga?!"

Jisoo diam.

Hanya suara hujan yang semakin menderas yang terdengar oleh keduanya. Ruby benar. Dia tidak pernah memaksa Jisoo untuk mencarikannya sebuah Taxi. Tetapi, Jisoo juga tidak tahu, yang entah kenapa dengan mudahnya ia selalu menuruti apa keinginan Ruby.

Si pemilik restoran itu masih betah berdiam diri. Sampai kemudian angin tiba-tiba berhembus, menyapa tubuh keduanya. Membuat Ruby menggigil, lalu mengusap pelan lengannya dengan memeluk tubuhnya sendiri.

"Setidaknya biarkan aku mendapatkan cokelat panas ku. Untuk hari ini saja. Aku—kedinginan."

Jisoo menunduk untuk melihat gadis bermata kucing di hadapannya ini. Dia melihat baju Ruby yang sedikit basah, lalu menghela setelahnya. Lantas dirinya bergeser ke samping, memberikan Ruby jalan untuk masuk ke dalam.

Ruby tersenyum senang karenanya. Menampilkan deretan gigi putih mungilnya yang rapih.

Gummy smile.

Jisoo melihatnya. Dia sempat terpana. Tetapi realita segera kembali menyadarkannya. Bahwa gadis yang di depannya ini tak lebih dari seorang pengganggu.

*****

"Jam sembilan malam kau sudah harus keluar." Jisoo berucap setelah menyimpan satu cangkir Cokelat panas di meja Ruby.

"Bukankah restoran tutup jam sepuluh?". Heran Ruby.

"Memang, tapi kami perlu membereskan semuanya sebelum pulang. Tapi, karena kau—sudahlah. Habiskan saja minumanmu! Dan cepat pulang!".

"Kau—tega sekali."

"Aku memang tega. Dan tolong! Jangan menggangguku saat aku bekerja."

"Kapan aku mengganggumu?!" Ruby membantah, ia merasa tidak pernah mengganggu Jisoo ketika sedang bekerja. Ya, kecuali jika restoran sudah tutup.

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang