Part 14

2.7K 519 48
                                    

Enjoy!

Si rambut biru itu berjalan memasuki Apartemennya setelah membeli makanan instan juga sarapan untuk dirinya juga Ruby.

Dia menyimpan makanan yang ia beli, lalu membereskannya.

Saat memasuki kamar, di lihatnya Ruby yang masih tertidur dengan selimut yang membalut tubuh mungilnya.

"Bangunlah."

Jisoo duduk di tepi ranjang.

"Kau belum makan dari kemarin. Ayo bangun."

Tubuh mungil itu sedikit ditepuk oleh Jisoo.

Ruby menggeliat, mengerejapkan matanya berkali-kali. Dia tersenyum. Pemandangan pertama yang ia lihat dari bangun paginya adalah wajah Jisoo yang datar.

Dia mencoba untuk bangun, lalu Jisoo membantunya untuk bersandar.

"Makanlah."

Jisoo memberikan semangkuk bubur.

"Suapi.."

Dia merengek. Berusaha membujuk Jisoo.

"Yang terluka itu kakimu. Bukan tanganmu"

Ruby berdecak sebal. Jisoo—ternyata belum juga berubah.

"Aku ini sedang sakit. Apa kau tidak bisa bersikap manis pada—"

"Aaaaaaaakk'..."

Jisoo memotong perkataannya. Dia mengarahkan sesendok bubur pada mulut Ruby dengan menampilkan wajah yang begitu dingin.

Sungguh, di mata Ruby—itu sangat lucu. Jisoo dengan segala perhatiannya juga wajahnya yang selalu minim dengan ekspresi.

Setelah selesai menyuapi Ruby dia membereskan mangkuk itu, membawanya ke dapur.

Dia kembali menemui Ruby di dalam kamar, ingin berpamitan.

"Aku harus ke kantor. Ada masalah di sana."

Ruby mengangguk lesu. Dia akan bosan diam di Apartemen dengan tidak melakukan apa-apa. Jika pergi kuliah—itu tidak memungkinkan. Tubuhnya masih terasa sakit.

"Jangan kemana-mana. Jika terjadi sesuatu—segera hubungi aku."

******

Jisoo kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Ini bukan hari senin, tapi—dia harus pergi ke kantor karena ada masalah yang begitu penting.

Harusnya—dia pergi ke Minimarket tempat yang Ruby datangi kemarin, untuk meminta rekaman Cctv di sekitarnya. Tetapi tidak bisa. Jadi, dia memilih menelpon Seulgi untuk mengurusnya. Sekaligus membuat laporan tuntutan kejahatan untuk pria itu. Biar saja, dia mempercayakan Seulgi untuk itu.

Saat sampai di ruangannya, terlihat beberapa petinggi perusahaan juga para staff sudah berkumpul dan berdiri di dekat meja kerjanya. Bahkan—ayahnya juga ada di sana.

Jisoo menghela, tidak begitu percaya dengan seseorang yang berdiri sedikit jauh di antara yang lainnya.

"Bukankah aku sudah bilang jika aku tidak pernah ingin bekerja sama dengan Tua Bangka itu, Daniel?"

Pria bernama Daniel itu hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Dia—tidak berani menjawab Jisoo.

"Kenapa kau memalsukan tanda tanganku untuk menyetujuinya?"

Suara dingin Jisoo benar-benar membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri.

CEO muda itu menghela. Dia melangkah untuk lebih dekat dengan Daniel.

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang