Part 19

2.8K 474 75
                                    

"Cium aku."

Apa?

Mata tajamnya begitu melotot ketika mendengar permintaan Irene yang tiba-tiba. Dia—meminta Jisoo untuk menciumnya. Apa yang harus Jisoo lakukan sekarang?

Jisoo dilema.

Apa—ia harus menolaknya? Atau menurutinya?

Si rambut biru menghela. Dengan pelan ia melepaskan genggaman Irene pada tangannya.

"Maaf, Irene. Aku—tidak bisa."

Irene tersenyum kecut. Ternyata, ia sudah benar-benar terlambat sekarang. Jisoo—sudah mencintai orang lain.

"Aku hanya—ingin melakukannya dengan kau sebagai orang yang pertama."

Terdengar begitu pelan. Gadis cantik itu, sangat berharap.

"Tapi sepertinya—kau begitu mencintai gadis itu. Maaf sudah memaksamu, Jisoo."

Irene melangkah jauh pada Jisoo. Menatap jalanan Seoul yang begitu padat. Tidak seperti ruang hatinya yang—kosong.

"Baechu?"

Suara dingin itu membuatnya berbalik. Apa baru saja—Jisoo memanggilnya dengan panggilan kesayangan mereka dulu?

"Jichu—"

Chup!

Sebelum Irene menyelesaikan perkataannya, Jisoo sudah lebih dulu membungkamnya dengan bibir tipis miliknya.

Irene begitu senang. Rasanya—begitu hangat ketika bibir mereka saling menghisap. Kedua tangannya sudah mengalung sempurna di leher Jisoo. Dia—begitu menikmati. Setidaknya, dia bisa merasa tenang sekarang. Jisoo—menjadi orang pertama yang menciumnya.

Jisoo menarik diri lebih dulu. Dia tidak berniat untuk mengkhianati Ruby. Hanya saja, dia ingin menyalurkan hasrat yang menggebu pada Irene sejak dulu.

Ciuman biasa. Karena baginya, ciuman dengan Ruby yang paling memabukkan.

"Terima kasih. Kau—orang pertama yang mencium ku." Jisoo mengangguk.

"Tapi sepertinya—bagimu itu bukan yang pertama."

Irene menyindirnya. Jisoo tidak tersinggung, karena memang begitu kenyataannya.

Mereka berdua lalu tertawa.

******

Malam itu Jisoo memilih untuk mengantarkan Irene lebih dulu sebelum kembali ke Apartemen.

"Kau ingin mampir?" Jisoo menggeleng. Dia hanya mengantar sampai depan teras.

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

Jisoo mengangguk, kemudian Irene pergi dan masuk ke dalam.

Baru saja ia akan masuk ke dalam mobil, seorang pria paruh baya menghampirinya dari arah belakang.

"Kau tidak ingin masuk dulu, Ji?"

Jisoo menoleh untuk melihat pria tua yang tak lain adalah Paman Bae.

"Aku rasa—di dalam sedang sibuk. Bukankah besok ada pernikahan? Aku tidak ingin mengganggu urusan kalian."

Jisoo dengan sarkasme nya benar-benar membuat siapa saja diam.

Pria tua itu menghela.

"Maafkan Paman, Jisoo."

"Kau masih punya kesempatan untuk membatalkannya Paman jika ingin aku memaafkan mu."

"Paman tidak bisa, Jisoo."

Jisoo menatapnya marah.

"Aku bisa menggantinya jika kau ingin membatalkannya."

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang