Part 10

2.8K 467 60
                                    

"Aku takut."

Ruby berucap pelan dengan masih setia memeluk tubuh Jisoo dengan erat. Setelah tadi pelukan mereka terlepas karena Ruby menarik Jisoo untuk masuk ke dalam apartemennya.

"Tenanglah. Aku—ada disini."

Matanya menatap sekeliling ruangan milik Ruby. Hanya ada satu kamar, ruang tamu, dan juga dapur yang berdampingan dengan kamar mandi. Terlihat biasa juga tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman.

Jisoo melepaskan pelukan Ruby pada tubuhnya, menuntunnya untuk duduk di sofa sedang yang cukup untuk di duduki oleh mereka berdua.

"Kenapa kau tidak pulang ke rumahmu?"

Ruby mendongkak dengan mengusap sisa air matanya.

"Kau menyuruhku untuk pergi ke New Zealand?"

Jisoo mengernyit dengan wajah datar, dan itu benar-benar keren di mata Ruby.

"Aku tidak punya rumah disini. Orangtuaku tinggal di sana. Jadi—aku hanya menyewa apartemen ini saja."

"Kenapa tidak tinggal di sana saja?"

Ruby menghela.

"Aku ingin kuliah disini."

Hening.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi. Dia—siapa?"

Mata kucing itu kembali memanas. Dia tidak kuat jika harus mengingat lagi bagaimana rasa sakitnya ketika tubuh mungilnya selalu mendapatkan hantaman keras dari pria itu.

"Dia—Kai."

"Kekasihmu?"

Jisoo bertanya, dan dia malah berharap jawaban Ruby adalah bukan. Bukankah sedikit aneh?

"Aku tidak pernah menganggapnya begitu."

"Lalu—dia siapamu? Apa dia—yang membuatmu seperti ini?"

Jisoo memang tidak pernah melihat siapa orang yang sudah memukuli Ruby, tetapi dia sudah melihat pria itu dua kali dengan Ruby yang selalu ketakutan karenanya.

"Kai—orang pertama yang dekat denganku saat aku tiba dari New Zealand. Aku tidak pernah menganggapnya kekasih karena—aku tidak pernah merasa begitu, juga—aku tidak pernah mencintainya."

Jisoo mengangguk lega.

"Aku—terlalu bergantung padanya dulu. Karena aku merasa bahwa aku disini akan sendirian. Orang baru, tempat tinggal baru—semuanya baru. Jadi, aku selalu meminta bantuannya. Dalam apapun dan—hal kecil apapun. Orangtuaku bahkan sengaja menitipkan ku padanya."

Jisoo masih setia mendengarkan.

"Sampai ketika di tahun kedua aku berada disini, dia mulai berubah. Dia—selalu membentak ku jika aku meminta bantuannya. Padahal—tidak apa jika dia menolak. Aku tidak tahu apa salahku. Apa dia terbebani karena aku selalu meminta bantuan padanya? Sejak saat itu, aku mulai belajar mengurus semuanya sendiri. Dan—"

Ruby kembali menangis, bahkan dia tidak sanggup untuk melanjutkan perkataannya. Rasa tidak tega dalam diri Jisoo menuntunnya untuk menggenggam tangan gadis mungil itu.

"Saat aku mulai melakukan semuanya sendiri, dia akan datang ke apartemenku, memarahiku dengan semua hinaannya, bahkan—memukuliku habis—habisan seperti-hari ini."

"Kenapa tidak pindah?" Jisoo menyela.

"Ini sudah kepindahan ku yang kelima kali. Dan dia—selalu menemukanku."

"Kenapa tidak melaporkannya? Apa—orangtuamu tahu?" Ruby meremas kuat tangan Jisoo.

"Aku sudah pernah akan melakukannya, juga akan memberitahu orangtuaku, tetapi—aku berakhir di rumah sakit selama seminggu olehnya."

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang