Part 16

2.4K 464 67
                                    

Dara.

Wanita paruh baya itu sedang melamun di luar rumah dengan duduk di kursi teras. Pandangannya jatuh pada ribuan rintik hujan yang turun. Perasaannya tiba-tiba tidak enak.

Dia—sedang merindukan putri sulungnya.

Sudah beberapa hari ini putrinya itu tidak pulang ke rumah. Entah dia tinggal dimana. Tapi Seunghyun bilang jika Jisoo tidur di hotel.

"Eomma merindukanmu, Ji."

Entah itu ilusi atau kenyataan, di saat ia sedang memikirkan putri sulungnya, tiba-tiba dia melihat seseorang yang terlihat seperti Jisoo sedang berjalan kearahnya.

Tidak terlihat jelas dari jauh, karena gelap.

Tapi, begitu seseorang itu sudah lebih dekat dengan cahaya lampu, Dara baru menyadari bahwa seseorang itu memang Jisoo, putrinya.

Putri sulungnya datang ke rumah dalam keadaan basah kuyup?

"Sayang, kau kenapa?!"

Dara berdiri dan langsung menghampiri Jisoo. Jelas sekali terlihat rasa khawatir dari wajahnya.

"Kenapa kau kehujanan? Kenapa tidak memakai mobil?"

Jisoo masih tetap diam, dia—tidak ingin menatap wajah cemas dari Ibunya.

"Jawab Eomma, Jisoo. Jangan membuat Eomma khawatir."

"Mobilku—di restaurant. Aku tidak membawanya."

Dara menghela.

"Seharusnya kau menghubungi Eomma jika ingin kemari, biar sopir menjemputmu."

"Bolehkah aku berganti baju dulu? Aku—kedinginan."

Dara mengusap wajahnya yang basah. Dia mengangguk.

"Sayang?"

Jisoo berhenti ketika Dara memanggilnya.

"Jika—kau tidak lelah, apa kau bisa menemui Rose nanti? Dia—merindukanmu."

"Ya, Eomma."

Setelah selesai mandi dan berganti baju, Jisoo memutuskan untuk menemui Rose lebih dulu.

Saat ia membuka pintu kamar adiknya, terlihat—Rose yang sedang tertidur dengan kompresan di dahinya.

Dia—sedang sakit?

Jisoo kemudian duduk di sampingnya. Mengusap pelan wajah pucat adiknya yang terasa hangat. Ah, Jisoo kembali merasa tidak berguna menjadi kakak. Jika tidak bisa mengurusnya, seharusnya dia bisa untuk sedikit memperhatikannya bukan.

"Maafkan aku, Rosie. Dan—cepat sembuh."

Dia membenarkan selimut yang membalut tubuh Rose setelah mencium pipi adiknya. Tapi, itu malah membuatnya terusik. Rose kemudian terbangun ketika melihat Jisoo ada di kamarnya.

"Unnie di sini?"

Rose terlihat senang sekali.

"Maaf membuatmu terganggu."

"Tidak, Unnie. Justru aku sangat senang Unnie ada di sini." Jisoo tersenyum tipis. Rose begitu menantikan kehadirannya.

"Tidurlah. Kau perlu istirahat agar cepat sembuh."

"Apa—Unnie akan pergi lagi?"

Jisoo diam. Pergi kemana? Apartemen? Ia bahkan masih belum siap jika harus menemui Ruby. Atau bahkan tidak akan menemuinya lagi karena—dia sudah menyakitinya.

"Temani aku tidur, Unnie." Jisoo mengangguk.

Dia kemudian membaringkan dirinya di samping Rose. Dengan tangan kirinya sebagai bantalan untuk kepala adiknya. Rose—tentu dia tidak akan pernah mensia-siakan kesempatan ini. Dengan erat ia memeluk tubuh Jisoo, seolah—dia tidak mau jika kakaknya itu akan pergi lagi.

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang