Part 13

2.7K 491 59
                                    

Lampu temaram di luar restaurant itu menyinari Ruby yang berdiri di bawahnya.

Dia menatap kosong pada Jisoo yang sudah masuk ke dalam mobil.

"Ayo masuk!" Jisoo berteriak. Tapi, Ruby mendadak tuli.

"Apa—kalian sedekat itu?"

"Tentu. Kami berteman sejak kuliah."

Jisoo kemudian turun. Menghampiri Ruby yang masih tidak menyadari keberadaan dirinya di hadapannya.

"Kau tidak ingin pulang?"

Ruby masih bisu. Sedari tadi setelah percakapan terakhir mereka di dalam restaurant.

"Aku—tidak suka jika ada yang mendekatimu, Blue."

Itu bukan jawaban dari pertanyaan Jisoo. Pantas jika si rambut biru mengernyit heran. Tetapi dia tetap menjawab.

"Memangnya kenapa? Aku bebas dekat dengan siapapun. Kau—siapa?"

Ruby kembali bisu. Benar, memang—siapa dirinya. Dirinya tidak punya hak apapun untuk melarang Jisoo dekat dengan siapapun, termasuk—Irene.

"Ada apa denganmu?! Sedari tadi kau terus menanyakan dirinya. Jika kau tidak suka dengan Irene itu urusanmu. Kau tidak perlu—"

"Aku cemburu." Lirih Ruby pelan. Tetapi—berhasil memotong ucapan Jisoo.

"Aku—cemburu, Blue."

Ruby mendekat pada tubuh Jisoo. Mata kucingnya menatap mata tajam Jisoo yang mulai sayu. Terlihat bergetar, entah kenapa. Atau karena—jaraknya dengan Ruby terlalu dekat?

Perlahan—tangan lembutnya terangkat untuk mengusap pelan pipi tirus milik Jisoo, mengusap dengan pelan lalu berpindah pada tengkuknya.

Jisoo merinding karena tangan lembut itu sudah berada di tengkuknya.

Gadis mungil itu berjinjit. Menatap sebentar pada mata si rambut biru itu sebelum—,

Chup!

Bibir tipis berbentuk hati itu terbentur sesuatu yang kenyal.

Ruby—menciumnya. Dia—mencium Jisoo. Dengan gerakan yang pelan dan juga lembut dia mulai memainkan bibir Jisoo. Menghisap lalu melumatnya pelan, atas—dan juga bawah.

Jisoo—dia hanya membeku. Tangannya seolah mati rasa untuk mendorong Ruby atas serangannya yang tiba-tiba. Tetapi tidak. Nalurinya—memilih untuk tetap mengikuti irama dari permainan yang Ruby berikan.

Keduanya—begitu menikmati ciuman yang begitu memabukkan. Sampai—Ruby tidak sadar kedua tangannya sudah mengalung sempurna di leher Jisoo. Dan kedua tangan Jisoo—sudah memeluk erat pinggang ramping Ruby.

Ciuman mereka terlepas.

Ruby menunduk malu, dia hanya bisa merutuki kebodohannya yang terlalu ceroboh karena sudah berani mencium Jisoo. Dia—takut Jisoo akan marah padanya, lalu meninggalkannya. Ruby—tidak mau itu terjadi.

Oh, hallo Ruby. Kemana keberanianmu yang tadi?

Sedangkan si rambut biru hanya diam. Dia mengusap bibirnya yang sedikit basah akibat perang saliva dengan Ruby tadi.

Jisoo berdehem untuk kembali menetralkan detak jantungnya yang menggila, juga—nafsunya.

"Kenapa kau—harus cemburu?"

Dia bertanya, masih terdengar gugup.

Gadis mungil itu kemudian mendongkak, memberanikan diri untuk menatap Jisoo.

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang