Part 22

2.8K 457 74
                                    

Jisoo menatap datar pada gadis mandu yang sedang duduk di sofa dengan kepala yang menunduk.

Jisoo kesal.

Bagaimana tidak? Ruby menyuruhnya untuk segera pulang karena seorang fotographer datang ke Apartemen untuk mengirimkan hasil foto kemarin.

Jisoo yang sudah khawatir setengah mati karena panggilan dari pujaan hatinya memilih untuk menatapnya dalam diam. Ia kira, sesuatu yang buruk terjadi pada Ruby. Ternyata hanya—.

Hah.. Jisoo menghela nafas panjang.

"Kau menyuruhku cepat pulang karena ini?"

Dia bertanya dengan dingin. Gadis mandu hanya menunduk lalu mengangguk dengan polos. Dia tidak tahu kenapa wajah Jisoo tiba-tiba begitu menyeramkan seperti ini.

"Kau tinggal mengambilnya saja, Ruby. Kenapa harus meneleponku, dan juga—kenapa kau terdengar panik tadi."

"Aku tidak punya uang untuk membayarnya."

Tentu saja. Foto ukuran besar yang sudah di cetak itu memiliki harga yang mahal karena Jisoo tidak memesan bingkai yang biasa. Uang bulanan Ruby dari orangtuanya tidak akan cukup untuk membayarnya.

"Kau kan punya uang yang banyak, jadi aku menelponmu untuk segera pulang supaya kau bisa membayarnya, Blue."

Begitu polos Ruby bicara. Sedangkan Jisoo, ia hanya menatap tidak percaya pada ucapannya.

"Memangnya—ada yang salah, Blue?"

Ruby masih tidak nyaman dengan tatapan Jisoo.

Jisoo mengalah. Tidak kuat jika terlalu lama kesal pada gadis mandu itu. Ia kemudian mendekat pada Ruby dengan duduk di sampingnya. Lalu—memeluknya.

"Kau membuatku khawatir, Ruby."

Dia mengusap surai coklat Ruby yang panjang.

"Aku kira—sesuatu terjadi padamu. Kau terdengar panik tadi."

Ruby merasa bersalah. Dengan erat ia membalas pelukan Jisoo dengan membenamkan wajahnya pada dada milik Jisoo.

"Maaf sudah membuatmu khawatir, Blue."

******

Malam hari.

Setelah menyelesaikan makan malam bersama, Jisoo memilih duduk di sofa dengan menonton televisi. Dengan Ruby yang duduk di sampingnya, entah sedang apa. Fokusnya bukan pada benda persegi di depannya, dan Jisoo memilih untuk membiarkannya saja.

The CEO of the PJ Company was named a suspect in planning the murder of the Prime Minister Im.

Jisoo bernafas lega ketika melihat berita bahwa Tuan Park sudah di tetapkan sebagai tersangka. Seulgi bergerak sangat cepat ternyata.

Ting!

Ponselnya berbunyi. Terlihat pesan masuk dari sahabatnya.

Seulgi
Kau sudah lihat beritanya?
Aku harap kau besok datang di sidang pertama untuk memberikan kesaksianmu.

Jisoo membaca tanpa berniat untuk membalasnya. Tentu saja, dia sudah tahu apa yang harus ia lakukan besok.

Si rambut biru kemudian menoleh pada gadis mandu yang sedari tadi hanya diam. Tumben dia tidak kepo ketika ponselnya berbunyi. Biasanya—.

"Kau sedang apa, Ruby?"

Gadis mandu itu terlihat memejam dengan kedua tangan yang menyatu. Dia—sedang berdoa?

Someone You Loved [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang