6.CILASKAR

1.6K 163 7
                                    

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya).

Happy Reading

Laskar merapikan pakaian yang ia kenakan, menyisir rambur mencoba terlihat perfeck. Deg-degan sekali rasanya, malam ini dia akan melamar perempuan yang diidam-idamkan. Sehabis dari rumah sakit mengunjungi Karin_Bunda Arga dia mempersiapkan diri untuk niat baiknya ini.

Beberapa kali berdoa, agar niat baiknya bisa diterima oleh perempuan yang menjadi pemenang dalam hatinya.

Hana datang menghampiri Laskar. "Udah siap? "

"In sya Allah ma," jawab Laskar.

"Kalau gitu ayo, papa udah nungguin dibawah!" sahut Hana.

"Ok ma, " ucap Laskar.

Laskar berjalan menyusul Hana yang pergi lebih dulu, saat sampai didepan pintu. Laskar memegang dadannya. "Ya ampun deg degan banget, Bismillah, mudahkanlah ya Allah."

Saat perjalanan Laskar hanya diam dibelakang dan memegang tangannya yang terasa dingin, beginikah rasanya jika ingin melamar perempuan yang di cintai, rasanya deg-degan sekali.

"Siap kan Laskar?" tanya Arlan.

"Siap pah, in syaa Allah." Laskar.

"Harus siap kan kamu lakik, " ujar Hana memberi semangat, dia tau putranya itu pasti sedang gugup, dari tadi Hana memperhatikan Laskar yang sudah keringat dingin.

"Mama bisa aja, " ucap Laskar.

Sementara dilain tempat, Cila beserta keluarganya tengah asik menonton TV.
Keluarga yang begitu harmonis yang sesekali bercanda gurau dan tak jarang ada pertengkaran kecil antara Rayna dan Cila.

Dari dulu Rayma dan Cila selalu bertengkar, padahal awal Rayna lahir Cila sangat menyayangi adiknya, lama-kelamaan malah sering bertengkar.

Ketika bertengkar pun, tak jarang Aliza_uminya membawakan mereka pisau agar bisa saling membunuh, rasanya mereka diajar untuk menjadi psikopat sejak dini. Tapi nyatanya Aliza melakukan itu bukan menyuruh anaknya benar-benar saling membunuh, tapi dengan itu mereka akan cepat berhenti.

"Kalian ini udah gede, masih aja suka berantem, ngga malu apa?" sahut Aliza.

"Ini habisnya, kak Cila nyebelin mi," adu Rayna.

"Ih! yang ada kamu yah yang nyebelin, suka jadi pengganggu."  Cila tidak terima.

"Sudah-sudah kalian ini, kalau umi udah ngga ada, siapa yang bakalan misahin kalian kalau bertengkat, " ucap Aliza.

"Ih umi aku ngga suka denger umi ngomong gitu yah! " enak saja uminya berkata seperti itu. Cila masih belum siap, dan jika boleh dipilih Cila lebih baik diamdiambil lebih dulu kau uminya. Dengan begitu dia tidak akan merasa sedih, egois memang.

"Iya mi kali ini aku sepemikiran sama kakak, aku juga ngga suka yah, umi ngomong gitu, " tambah Rayna.

"Cila, Rayna. Ajal, maut, kita ngga ada yang tau, semuanya atas kehendak diatas. " ucap Aliza.

"Iya mi kita paham, semua ngga ada yang tau, tentang ajal maut dan jodoh, semuanya diatur sama yang diatas. Tapi, aku ngga suka aja umi ngomong kayak tadi, " ujar Cila.

"Iya deh umi minta maaf, " ucap, Aliza.

Raga_abinya bergabung setelah beberapa menit yang lalu pergi ke WC, dan langsung duduk disamping istrinya.

CILASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang