26th - ( Madness )

333 46 15
                                    

Krystal memandang kelas Yura dengan seksama, kakinya terus melangkah dengan cepat menuju kelas Yura. Surai panjangnya bergoyang seirama dengan langkah kakinya.

"Kenapa gadis itu terobsesi sekali ingin seperti kakaknya!" batin Krystal kesal seraya mempercepat langkahnya.

Meski dirinya sudah berkata tidak akan mencampuri urusan antara Jeon Mi dan Yura, namun kekhawatiran Bobby tentang kekasihnya tidak mungkin dia abaikan.

Seacuh apapun dirinya, dia akan tetap mencari Yura agar Bobby tidak terlalu khawatir.

Krystal menaiki setiap anak tangga dengan tergesa. Dirinya tidak bisa dan tidak boleh menyia-nyiakan waktu karena tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di dalam benak Ahn Jeon Mi.

"Aish. Menaiki tangga sampai rooftop memang bukanlah pilihan olahraga yang menyenangkan." gerutu Krystal berhenti sejenak untuk kembali mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan. Beberapa tetes keringat mengalir pelan di kening dan wajah cantiknya. Terdengar cukup jelas suara nafasnya yang saling berkejaran.

Krystal mengambil ponselnya dengan tergesa setelah mendengar sebuah jeritan dari arah rooftop.

"Cepat kau ke rooftop kelas Yura." ujar Krystal singkat dan langsung mematikan sambungan telepon nya dan kembali bergegas lari menuju rooftop. Dia abaikan rasa lelah dan nafasnya yang terengah.

#####

Mungkin menangis dengan raungan adalah satu-satunya hal yang bisa Yura lakukan saat Jeon Mi terus mengganggunya.

"Karena dirimu, Bobby oppa mengabaikanku. Dia menjaga jarak dariku. Karena kau gadis sialan!! Kau membuat cintaku terlihat begitu menyedihkan!!" teriak Jeon Mi dengan penuh marah seraya menarik surai panjang Yura dengan kasar, sementara tangannya yang lain membawa sebuah gunting yang terarah pada surai Yura.

" Anniya Jeon Mi-ya. Jebal geumanhae. Kau tidak boleh melakukan ini..hiks..jebal.." tangis Yura kian keras saat melihat gunting itu kian dekat dengan surainya.

Tawa penuh kemenangan terdengar dari bibir Jeon Mi, tatapan Jeon Mi benar-benar terlihat cukup putus asa.

"Siapa yang tidak memperbolehkan?? Aku bebas melakukan apapun padamu!! Kau lihatlah ini.." tawa Jeon Mi meremehkan Yura seraya dengan acak memotong surai panjang Yura.

"Hiks!! Andwae!!! Andwae!!! Hajima.. Hiks.. Hajima Jeon Mi-ya!!! Hajima!!!!" teriak Yura memohon pada Jeon Mi. Air matanya mengalir deras melihat surainya berjatuhan dilantai.

"Kau lihat!! Dengan mudah aku bisa memotong rambutmu. Bahkan mungkin aku juga bisa melukai wajahmu itu." ujar Jeon Mi kembali menarik rambut Yura dengan keras seraya memainkan ujung guntingnya di wajah Yura yang telah basah karena air mata.

Yura menggelengkan kepalanya dengan tegas, mencoba menghindari ujung gunting Jeon Mi.
Ada rasa terbakar di dadanya, rasa marah melihat kelakuan Jeon Mi kali ini. Perasaan marah yang sangat ingin dia lampiaskan. Saat ini juga

"Geumanhae!! Kau tidak berhak melakukan itu padaku!! Bersikaplah sopan pada kakak tingkatmu Ahn Jeon Mi!!" teriak Yura dengan kesal, mengabaikan airmatanya dan tenggorokan yang mulai terasa perih karena terlalu lama menangis dan merintih.

Jeon Mi membulatkan bola matanya kesal mendengar ucapan Yura. Dengan lebih kasar, dirinya menarik surai Yura bahkan hingga Yura menengadah memandangnya. Sebuah senyum meremehkan, layaknya senyum seorang psikopat terukir di bibir Jeon Mi.

"Apa kau bilang?? Bersikap sopan?? Baiklah!" ujar Jeon Mi dengan santai namun mengerikan seraya kembali memotong surai Yura dengan acak dan terus dia ulang.

Bad IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang