(END-Compeleted)
Tentang Victor yang kekasihnya di kabarkan meninggal satu tahun lalu, namun kematian nya masihlah menjadi misteri yang tidak bisa di ungkap, dan juga tentang kemunculan Alio sebagai murid baru yang wajahnya sangat mirip dengan kekas...
Aku update, walaupun belum sesuai vote dan koment, sepertinya kalian terlalu keberatan untuk Vote dan koment, jadi author update semaunya aja wkwk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hi Victor, see you in the future."
****
"Ayah?" panggil Julia begitu melihat Ayahnya baru saja memasuki kamarnya. "Kenapa?" Julia menyimpan laptop yang tadi sedang dimainkannya ke atas nakas.
Ayah Julia, Gibran, duduk di samping Julia dan mengusap puncak kepala putrinya. "Tadi Ayah ketemu Avlino, dia baru aja ngeluarin motornya di depan," ucap Gibran.
"Loh? Ino ke mana malem-malem gini?" tanya Julia heran, ia menyenderkan kepalanya di bahu Ayahnya.
"Nongkrong mungkin sama temen-temennya," ucap Gibran sambil membuka laptop yang dibawanya untuk mengecek pekerjaan kantornya. "Sebenernya siapa cowok yang kamu suka, Iyya?" tanya Ayah Julia.
Julia menenggakkan duduknya. "Ayah mau bahas ini lagi? Ayah, aku suka sama Romeo, aku cuman anggap Avlino itu sebagai sahabat terbaik aku, Yah," kata Julia sedikit kesal, karena sudah beberapa kali Gibran menanyakan hal yang sama kepadanya.
"Hubungan kamu udah jelas sama Romeo?" tanya Gibran yang mampu membuat Julia kehabisan kata-katanya untuk menjawab pertanyaan sang Ayah.
"Ayah, cinta itu ngnggak bisa dipaksa, Ayah ngerti ‘kan? Kalau emang cinta bisa dipaksa, Ayah pasti sekarang udah nikah sama tante Sila sebagai pengganti Bunda." Perkataan Julia mampu membuat Gibran terdiam, ia sadar ia salah karena terlalu memaksa perasaan Julia terhadap Avlino.
"Maaf Sayang, Ayah salah, ya udah kamu tidur, ini udah malam, Ayah akan temenin kamu tidur sambil menyelesaikan pekerjaan Ayah," ucap Gibran sambil menunjuk laptopnya, Julia menganggukkan kepalanya, ia tertidur sambil memeluk Ayahnya dari samping.
Gibran menatap nanar putrinya. "Ayah cuman ngnggak mau kalau sampai nanti Avlino sakit hati dan dia berubah, Ayah pernah ngalamin itu sampai Ayah kehilangan Bunda kamu," ucap Gibran, ia mengecup singkat kening Julia.