"Aku tidak tau yang ku pilih sekarang yang terbaik atau malah akan menjadi sebaliknya."
Adrian Delano Gavian.
"SalmaBugis"
Sebelum lanjut membaca budidayakan follow, vote, and komen!
*****
Adrian Delano Gavian, cowok yang sekarang tengah duduk di balkon kamarnya. Cowok itu sedang membiarkan angin-angin masuk dan mendinginkan telingannya, karena semenjak ia pulang sekolah tadi bundanya mengomel habis-habisan dan baru berakhir sekarang, jam delapan malam.
"Gue bakal kerjain balik tuh cewek sarap! Dia gak tau apa, gue ampe harus dengarin omelin Bunda yang gak ada habisnya." Adrian mengepalkan kuat tangannya, sekarang yang bisa ia salahkan untuk semua kejadian ini adalah satu orang yaitu, cewek sarap itu!
Adrian tersenyum miring, entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu, yang intinya itu adalah sebuah pikiran licik. Ia segera meraih ponselnya yang tadi sempat diletakan di atas meja dan mulai mencari nomor seseorang.
"Gue tunggu di Bi Yati," ucap Adrian saat telfon tersebut tersambung dan langsung mematikannya secara sepihak, tanpa mendengar jawab dari orang di sebrang sana.
Setelah itu Adrian bangkit dari dudukanya, ia segera berlajan kearah kamar mandi. Dan beberapa menit kemudian Adrian keluar dari kamar mandi dengan stelan rapih, celana jens berwarna hitam, kaos putih polos yang dibalut dengan jaket kebanggannya membuat cowok itu sangat sempurna malam ini.
Adrian mengambil kunci motor dan ponselnya yang berada di atas meja belajar dan segera berjalan keluar dari kamar. Ia mulai menuruni satu-persatu anak tanggga, hingga di anak tangga terakhir langkah Adrian terhenti karena ada seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Mau kemana kamu, Rian?" tanya bunda Ardian -- Indah, yang kini menatap putranya semata wayangnya dengan garang.
"Hem .... Rian mau cari info, iya mau nyari info sekolah baru, Bun," jawab Adrian gelagap, tidak mungkin ia jujur kalau ingin kumpul-kumpul yang ada ia bisa di omelin lagi.
"Kamu mau bohongin Bunda! Mana ada orang cari info malam-malam begini?" Indah bertongka pinggang, ia masi terus menatap tajam Adrian.
"Hehe ... Bunda, kok tau? Yaudah Rian pergi ya." Adrian bergerak dengan sangat cepat, ia langsung mencium pipi kiri sang bunda dan berlari menuju pintu keluar.
"Adri-" teriakan Indah terpotong karena Adrian sudah menghilangan di balik pintu. Indah hanya bisa mengusap dadanya, ia sudah sangat pusing dengan tingka putranya itu.
"Punya anak satu aja kaya gitu, apa lagi banyak," guman Indah.
***
Seorang cowok yang baru saja turun dari motor sport hitam, memancing semua orang yang berada di depan warung bi Yati melihat ke arahnya, sedangkan yang di perhatikan hanya cuek. Ia memilih berjalan ke arah meja yang di mana terdapat anggota inti Arion.
"Widih, gercep juga gerakan lo pada." Adrian segera duduk berhadapan dengan Gian.
"Iyalah, lo nelfon kek orang mau mampus! Gimana gue gak gercep coba." Gian memutar bola matanya malas. Memang yang tadi telfon oleh Adrian adalah dirinya.
Adrian terkekek, "Sory, soalnya pusing gue di rumah, di omelin mulu."
"Nah, makanya itu gue gak mau pulang." Rangga yang tadi sedang bermain ponsel ikut dalam pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELIKA (Tahap Revisi)
Teen FictionRelika Ariela Amanzo. Panggilannya Ika. Ketua geng Vagos di SMA Garuda. Pembuat onar di sekolah, hingga menjadi musuh guru BK. Sangat susah memaafkan seseorang, siapapun itu. Mood yang gampang berubah-ubah membuat ia di takuti di sekolah. Jika kesal...