LIMA SATU

329 26 1
                                    

"Nih Ik, gue bawain nasgor kusus buat lo." Adrian datang dengan semangat dan langsung meletakan seporsi nasi goreng dihadapan Relika yang sedang asik dengan ponsel.

   Memang setelah sedikit perkenalan dan peresmian warung bi Yati, mereka semua diizinkan kembali ke dalam sekolah, tetapi lebih banyak yang memilih untuk tinggal dan sarapan ulang, karena bel masuk sudah dua puluh menit yang lalu. Jadi kalau mereka masuk sekarang yang ada dihukum mereka semua akan dihukum oleh bu Yuna.

   "Eh-gue kan gak lapar Di, ngapain lo bawain nasgor?" Relika menatap Adrian bingung. Apa cowok itu tidak lihat, Relika memutuskan duduk sendiri dan menjau dari teman-temannya kerena yang lain sedang makan.

"Sejak kapan DPR buat undang-undang yang menyatakan, harus nunggu lapar dulu, baru boleh makan?" tanya Adrian.

"Hem...tapi gue kan gak mau makan Di, gue masi kenyang." Relika membantah. Entahlah apa yang terjadi dengan Relika, sekarang ia sedang tidak bernafsu untuk makan sesuatu.

"Ayo dong Ik, makan dikit aja. Lo nilai aja ni nasgor enak gak." Adrian memaksa.

  "Enggak ah Di, nanti aja kalau gue mau makan baru deh gue pesan sendiri." Relika menolak lagi. Walaupun sudah dipaksa sepertinya memang Relika sedang tidak ingin memakan sesuatu.

"Yaudah deh, gue aja yang makan." dengan perasaan sedikit kecewa karena Relika menolak pemberiannya, Adrian segera menarik piring tersebut ke hadapannya dan mulai melahap dengan nikmat.

Sedangkan Relika yang masi fokus dengan ponselnya melirik sekilas kearah Adrian dan tersenyum kecil. Sebenarnya ia ingin mencoba nasi gorenh yang diberikan Adrian, tetapi ia sedang tidak semangat untuk memakan sesuatu sekarang.

Beberapa menit kemudia, setelah lama terdiam sambil menikmati nasi gorengnya Adrian kembali berseru.

   "Ik, lo yakin gak mau nyobain ni." Adrian kembali menawarkan, ia mengumpulkan semua nasi yang berhamburan dipiring dan menyendoknya.

"Gak, Di."

"Ayo dong Ik, sekali aja. Gue udah kenyang ni." Adrian memaksa lagi.

  "Elah Di, tinggal sesuap tuh. Makan aja sendiri."

"Gue kan udah kenyang Ik, yaudah  gue suapin ni aaa..." Adrian mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Relika. Sedangkan Relika yang melihat itu hanya menghembuskan nafas pelan, ia segera membuka mulutnya menerima suapan Adrian.

   "Nah gitu do-"

Huek!

  Relika bangkit dari tempat duduknya dan langsung mengeluarkan semua isi prutnya dipinggir meja. Adrian langsung dibuat kaget, begitu pun semua orang yang berada di depan warung bi Endut langsung menoleh ke arah Relika.

  "Ik, lo kenapa?" Adrian panik, ia segera bangkit dan mendekat ke arah Relika yang masi berdiri dengan posisi membungkuk.

Huek!

   "Ik, lo kenapa?" Rara datang dengan panik dan itu langsung membuat  semua mendekat kearah meja Relika.

"Bentar-bentar, keluarin dulu semua, Ik." Adrian mencoba tenang, ia segera ke belakang Relika, mencoba membantu dengan memijat leher belakang Relika.

  Relika mengeluarkan semua yang isi prutnya, tetapi yang keluar hanyalah cair bening dan nasi goreng sesuap yang belum sempat tercerna dengan baik.

  "Lo belum makan dari pagi?" Adrian bertanya setelah Relika mulai berdiri dengan baik, gadis itu terlihat sangat pucat sekarang.

Relika mengangguk lemah. Ia sudah tidak memiliki tenaga untuk menjawab dengan suara.

  "Kita ke Uks aja ya?" tawar Adrian, ia sangat khawatir melihat kondisi Relika sekarang.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang