EMPAT ENAM

331 31 0
                                    

"Dih, rapih banget lo dek, mau kemana?" Arjuna bertanya, cowok itu sedang bersandar diambang pintu kamar Relika sambil memperhatikan pemilik kamar yang sedang sibuk mengikat rambut.

    "Bang, gue tau lo udah tua," Relika beralih menatap kearah Arjuna. "tapi bisa gak lo gak pikun sekarang? Miris gue liatnya."

"Lah? Emang apa yang gue lupain?"

   "Bang, lo mau gue timpuk pake bedak apa pake golok?"

"Eh-tolol! Gue nanya apa, lo jawab apa!" Arjuna dibuat kesal sekarang, ia bertanya baik-baik malah dijawab sukarela oleh Relika.

   "Lo tuh yang tolol! Makanya jangan lahir deluan, biar gak taunya deluan. Hari ini gue bakal adain peresmian, lo lupa kan?" Relika bergerak mengambil jaket hitam kebanggannya yang ia tergeletak diatas kasur.

"Lah? Kok gue gak dikabarin?" Adrian kaget, parasaan tidak ada rapat ataupun penyamapaian tentang peresmian yang akan diadakan Relika.

    "Bang mending lo siap-siap deh, dari pada gue timpuk beneran disini." Relika mulai kehabisan kesabaran, padahal ia sudah tiga kali loh, mengingkatkan abangnya ini, tetapi tetap saja dilupakan.

"Iya deh, gue siap-siap." Arjuna melangkah tetapi tiba-tiba ia kembali "Eh-tapi lo gak bakal mulai kan? sebelum gue belum datang."

   "Tergantung, emang lo siapa bang harus ditunggin?"

"Ik, jangan ngajak ribut." Ajuna melangkah pergi, ia tau bagaimana pun kehadirannya tetap menjadi prioritas, jadi tidak perlu khawatir.

   "Punya sodarah kok gak ada yang bener si? Puyeng gue." Relika bergumam, ia segera memakai jaket kebanggannya dan menyambar kunci motor dan ponselnya lalu melangkah keluar dari kamar.

  Relika melangkah menuruni tangga, tetapi tiba-tiba gadis itu berhenti karena merasakan getaran dari ponselnya. Ia segera mengeluarkan bendah pipih itu dari saku jelana jensnya.

   -Tpi-

Relika tersenyum kecil saat melihat nama yang tertera diponselnya, ia segera mengeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinganya.

   "Gimana?"

"....."

"Lo semua masuk pas gue datang aja,"

"....."

"Oky, gue otw." Relika langsung memutuskan telfon secara sepihak. Entahlah, mungkin sudah menjadi kebiasaan dari gadis ini selalu menutup telfon tanpa salam.

    Relika segera melanjutkan langkahnya, Mamanya belum kembali dari Paris jadi mereka hanya tinggal ber3. Sedangkan Rara? Kenapa ia tidak terlihat? Jawabannya, gadis itu sudah deluan kesekolah, ia pergi sejak jam 7 tadi, karena Relika memintanya untuk menyiapkan semuanya bersama yang lain disekolah.

**
  Setelah beberapa menit berkendara, motor Sport milik Relika berhenti diparkiran SMA Garuda. Gadis dengan celana jens hitam, baju kaos putih dibalut jaket kebanggannya segera melepas helm full facenya, dan turun dari motornya. Ia segera melangkah menuju lapangan.

"Eh-Ik, datang juga lo kirain mati." Farel memutar bola matanya malas, menatap kearah Relika yang baru saja datang.

  "Kalau gue mati, lo juga mati!" Relika merebut bendera yang ada ditangan Farel. "Sini, biar gue aja yang pasang."

  "Emang itu tugas lo kali," Risman yang entah dari kapan berdiri dibelakang Relika mencibir, dan jangan lupakan cowok itu sedang sibuk bermain game diponselnya.

"Buset kaya jalangkung lo!" Relika dibuat kaget, ia langsung berbalik menatap kesal Risman.

   "Yah gue kan cuma ngomong," Risman mengangkat kepalanya menatap Relika, "Ada yang salah? Enggak kan?"

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang