.TIGA PULUH.

450 37 1
                                    

Sekarang mereka berada didalam ruangan Kepala Sekolah SMA Garuda, keduanya duduk berhadapan dengan Bima, yang menjadi penghalang adalah meja kerja Bima. 

"Kenapa lo manggil gue?" Ika menatap Bima, dengan mengangkat satu alisnya.

     "Relika jaga sopan santu kamu," Bima menegur, karena sekarang adik sepupunya itu bukan sendiri tetapi dengan Adrian, bisa gawat jika semua siswa/i mencontoh perilaku Ika kepada Bima.

  Ika membuang muka, "Hem..."

"Ada apa bapa memanggil kita ke sini?"  Adrian membuka suara, karena jika menunggu Ika yang bertanya bisa-bisa mereka deluan diuris.

    Bima beralih menatap cowok yang yang duduk disamping Ika, "Jadi begini, Sekolah kita selalu ngadain amal setiap bulannya jad-"

"Bentar-bentar, jangan bilang lo nyuruh gue ama Adrian kesini, buat bujuk ortu Adrian jadi donarot tetap." Ika memotong ucapan Bima, menatap curiga cowok yang sebagai Kepala Sekolah,  dan juga Kakak spupunya itu.

   "Relika, Apa kamu tidak bisa diam dulu!" Bima kehilangan kesabaran, Relika selalu saja mengujinya. Jika bukan karena urusan penting, ia sangat malas berurusan dengan gadis seperti Relika ini.

Ika bungkam, sepertinya Bima benar-benar marah. Padahal ia kan cuman bercanda saja. Emang dasar orang tua, baperan!

       Bima menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengontrol emosinya. "Jadi begini, pihak sekolah mau kalian berdua yang wakilin sekolah untuk membawa amal ke panti asuhan."

   "HA?!" Ika dan Adrian sama-sama tersentak kaget.

"Astifirulah," Bima mengelus dadanya kaget.

"Bapa gak salah milih orang?" Adrian memastikan, bisa gawat ini. disekolah saja bersama Relika membuat kepalanya sakit apa lagi jika harus bersamanya diluar sekolah, bisa-bisa meledak kepala Adrian.

   "Iya, Bang lo cari siswa lain aja gih." Ika menyetujui, ia juga malas jika harus bersama Adrian. Mending kan makan Mi Ayam buatan Bi Endut dari pada harus bersama Adrian.

    "Tidak! Kalian dipercaya oleh pa Bagas, jadi kalau kalian mau menolak langsung ke beliau saja." tebakan Ika benar. Pa Bagas pasti menjerumuskan mereka ke jalan sesat.

"Tapi, jangan salahkan siapa-siapa kalau nilai PKN dan AGAMA  kalian berdua rendah,  dengan menolak tugas mulia!" Bima menjelaskan dengan santai. Ia tau Ika bukan lah orang yang bodoamat dengan nilai, senakal-nakalnya gadis itu masi sangat mengincar nilai bagus.

   "Lo gak adil banget si bang!" Ika menatap tajam pria di depannya, enak saja main potong-potong nilai. Dikira nilai Relika bagus apa, nilai udah jelek mau dipotong, mau jadi apa?

  "Iya pa,  bapa gak adil dong." Adrian berseruh. Ia juga tidak mau jika nilainya semakin jelek, yang ada ia bisa diomelin lagi oleh sang Bunda.

    "Terserah kalian berdua, Pikirkan dengan baik!" Bima tersenyum miring, dan bangkit dari duduk kan nya. "kalian bisa keluar sekarang."

Ika menatap kesal Bima, jika saja ia tidak mengingat pria itu kakak sepupunya.  Ingin rasanya Ika menghabisi Pria sok tegas, sok segalanya ini.

  "Tapi Pa, apa tidak ada pilihan lain?" Adrian bangkit dari duduk kan nya. "saya mau kok kalau disuruh antar amal, tapi jangan dengan Ika, dengan yang lain saja."

    Bima menatap Adrian binggung, "Emang bedanya Ika dengan yang lain apa?" Bima beralih menatap Ika, dan bertanya. "Ika kamu makan nasi kan?  Bukan makan manusia?"

  "Ta-"

"Sudah-sudah tidak ada, tawar- menawar jika kalian mau nilai bagus ambil tugas ini,  tapi jika tidak ya sudah jangan." Bima memotong ucapan Adrian, ia baru sadar Adrian dan Relika ini sama, sama-sama keras kepala.

    "Bang gue boleh ngomong satu kata gak?" Relika menatap Bima, ia mendekat kan wajahnya kepada kakak sepupunya itu.

   "Apa?"

"Lo... BANGSAT!" Ika segera berlari keluar setela meneriaki itu diwajah Bima, sedangakan Adrian segera ikut keluar dari ruangan Bima.

    "RELIKA!!" Bima berteriak keras.  Ingin rasanya ia meremas-remas tulang-tulang gadis, yang telah berani berteriak dengan tidak sopan kepadanya.

  Sedangkan di belakang lep Ipa, seorang gadis berhenti berlari, ia mengatur nafasnya yang tidak teratur. "Huh... Huh... Sukur tuh Bima laknat, gak ngejar."

  Ika mengatur lagi nafasnya, tadi ia berlari tanpa persiapan. Jadi sekarang ia seperti orang yang habis berlari dikejar Anjing, sangat berantakan.

"Anjir, lo mau bunuh gue?" Adrian datang dengan kesal. Ia tadi juga kaget kerena ulah Relika.

    "Ha? Kok gue?" Ika menatap heran cowok yang baru saja datang, ia baru datang langsung marah-marah. Dasar manusia gak ada yang beres.

"Iya lo," Adrian mendorong pelan kepala Relika. "Lo gak ngomong kalau mau kabur, gue jadi keteteran sendiri."

   "Sory-sory, soalnya gue kesel ama tuh bang Bima, enak aja main ngancem pake nilai." Ika menjelaskan dengan kesal, jika saja ia bisa memecat Bima. Pasti dirinya sudah memecat kapsek sok segalanya itu.

"Bang Bima? Lo emang gak punya sopan santu? Yakalia kapsek lo panggil abang." Adrian tidak habis pikir,  dirinya memang nakal tetapi etika dan sopan santu, ia masi punya walaupun sedikit.

   "Wah... lo ngajak gue guled?! Dia tuh abang gue, kakak sepupu gue jadi wajar dong gue manggil abang." Relika menatap kesal Adrian, bisa-bisanya ia mengatakan Ika tidak punya sopan santu. Tapi si memang ada betulnya juga, Relika memang kurang sopan kepada semua orang.

"Ooh, ngomong dong.  Yaudah Kantin yuk" Adrian mengajak. Dari pada pusing memikir kan tugas yang diberikan Bima tadi, lebih baik mengisi perut, lebih banyak manfaatnya.

   "Gak ah,  gue mau protes ama Pa Bagas. Lo gak mau ikut?" Adrian menimang-nimang ajakan Ika,  ada betulnya juga siapa tau jika mereka merayu sedikit, Pa Bagas akan berubah pikiran. Dan mau berbicara ulang dengan Pa Bima.

"Gue Ikut. Yaudah kita protes sekarang!" Adrian segera menarik pergelangan Ika dan berjalan. Sedangkan Ika yang ditarik cukup kaget, ia menatap tanggannya yang ditarik oleh Adrian, ingin rasanya memberontak tetapi tubuhnya seperti enggan untuk memberontak dan membiarkan saja Adrian menariknya.

   "Tuhan kenapa jantung gue dek-dekan gini." Batin Ika berteriak, Jantungnya seperti memompa 10× lebih cepat.

Sedangkan Adrian yang berjalan didepan merasa kan berat ditanggannya. Ia segera berbalik dan tersadar, langsung melepas dengan keras tanggan Relika. "Sory... Tadi gue riflek."

    "Eh-Iya." Ika gugup, Tadi merasakan jantungnya memompa lebih cepat sekarang rasanya jantungnya mau melompat keluar.  Sepertinya Ika memang harus memeriksa kan jantungnya ke dokter.

    "Yaudah Ayo, nyari Pa Bagas." Ika segera melangkah pergi begitu saja, kerena jika berlama-lama, bisa-bisa jantungnya benar-benar melompat keluar. Sedangakan Adrian segera mengikuti Relika dari belakang.

*****
 
Jantung Ika kenapa 😂?

Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Dan jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote dan komen :)

      *Jangan lupa Follow Sebelum lanjut baca :)*

Terima Kasih Sudah Mampir Di cerita ini.

Kendari:
17/September/2020 Salam Manis Dari Autor "SalmaBugis"
   
 

  

 

 

    

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang