10. SEPULUH

899 62 3
                                    

Risman sampai di lantai tiga, ia masi terus berlari seperti di kejar oleh polisi bintang enam. Risman memutuskan untuk berlari ke sisi kiri bagunan tetapi tidak ada orang, ia berbalik dan kembali berlari ke bagian kanan.

     "Bang Juna!" Risman berteriak, saat melihat Arjuna sedang bersantai di sofa tua.

  Arjuna tersentak kaget, ia langsung menoleh dan menemukan Risman yang berlari mendekat ke arahnya.

  "Ngapain, tuh anak?" Arjuna bertanya pada dirinya sendiri. Ia menatap Risman dengan sorot kebingguan.

       "Bang, Ik-"

GEDEBUK!

   Risman langsung terjatuh dengan mengenaskan, karena menginjak tali sepatunya yang terlepas. Dan parahnya, wajah tampannya lagi-lagi menjadi sasaran utama, sedangkan Arjuna yang melihat itu langsung bangkit dari dudukannya dan melangkah mendekat.

     "Haha ... mampus lo! Ngapain lari-lari, si?" Arjuna mentertawakan Risman, tanpa ada niat membantu.

   "Bangsat lo, Bang!" maki Risman kesal. Ia mulai bangkit dari jatuhnya.

"Salah lo juga. Siapa suruh lari-lari kek orgil?" Arjuna tidak ingin kalah. Ia memperhatikan Risman yang mulai membersihkan debu di celananya.

  "Oh iya, lupa kan gue," ucap Risman menepuk jidatnya sendiri.

  "Lupa apaan?" tanya Arjuna yang semakin bingung dengan tingkah sahabat adiknya ini.

  "Apa tadi ya? Tadi gue mau ngomong apaan, Bang?" tanya Risman balik. Karena terjatuh tadi, sekarang ia lupa harus mengatakan apa kepada Arjuna.

    "Goblok lo!" maki Arjuna yang sudah pusing mendengar Risman yang sangat tidak jelas.

   "Oh iya, gue ingat." Risman mulai mengigat, dan seketika berteriak lantang, "Bang, Ika ngamuk di bawa!"

  "HA?!" petik Arjuna kaget. Bukannya tadi adiknya itu dirumah?

      "Udah, Bang. Mending sekarang kita turun, bahaya kalau Ika makin marah," ajak Risman panik. Ia langsung ingin menarik tangan Arjuna, tetapi Arjuna menepisnya.

"Tunggu-tunggu, bukannya Ika di rumah?" tanya Arjuna.

"Udah, Bang. Gak ada waktu buat gue jelasin. Mending sekarang lo turun buat tenanggin Ika dulu," jawab Risman yang langsung kembali menarik tangan Arjuna.

Disisi lain. Di tengah lapangan, Relika masi saja terus berteriak. Gadis itu sama sekali tidak peduli dengan apapun. Matahari yang begitu terik saja, seperti tidak menggangunya.

   "Woy, keluar lo bangsat!" Relika berteriak  lantang. Walaupun sekarang   tenggorokannya sudah mulai terasa sakit, karena berteriak terus.

 Hingga tiba-tiba saja, segerombolan siswa turun dari lantai dua. Dan yang berjalan di depan adalah lima orang yang sedari tadi Relika tunggu-tunggu, mereka di kawal oleh anggota Vagos. Seketika seisi sekolah meneriaki mereka, seperti telah membuat kesalahan yang sangat fatal.

   "Anjing, gue malu banget!" Gian mengumpat pelan, ia terus menundukan kepalanya. Kalau tau akan seperti ini, dari kemarin ia tidak akan mau mengikuti ajakan gila dari Adrian.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang