ENAM EMPAT

211 15 0
                                    

   Budi dayakan vote and Follow sebelum baca!!

****************

"Cielah, lo berdua bikin iri mulu." Rara memutar bolanya malas, setelah melihat sepasang kekasih yang saling suap-suapan di hadapannya.

    Sekarang mereka semua memang berada di depan warung bi Endut, karena sudah jam istirahat kedua warung belakang sekolah ini begitu ramai. Apa lagi, meja yang di tempati kedua ketua dan anggota inti Arion dan Vagos.

  "Elah Ra, bilang aja lo juga mau di suapin. Sini-sini suapin," Farel yang duduk di samping Rara mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Rara.

  Rara menjauhakan diri lalu berkata. "Ogah, gue di suapin ama lo!"

"Ck, serah lo deh." Farel yang sedikit sebal, balik memasukan sedok berisi nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

   "Awas lo, Ra. Kena karma sekarang lo ogah-ogah, besok-besok gak ada yang tau. Iya gak, Fik?" Gian yang duduk di samping Fikar berseruh lalu menyenggol lengan Fikar, seperti meminta pendapat kepada cowok dingin itu.

   Tetapi bukannya menjawab, Fikar malah melirik sinis ke arah Gian lalu kembali melanuutkan makannya.

  "Eh-Lo semua udah tau belum?" sekarang giliran Rangga yang berseruh.

   "GAK, dan GAK MAU TAU!!" semua menjawab dengan serempak dan keras lalu tertawa bersama, sedangkan Rangga yang mendengar jawaban dari teman-teman laknatnya langsung mengerutkan bibirnya lalu mengumpat.

   "Bangsat, lo pada!"

"Hehe ... gue gak ikutan ya, Ga." Relika yang duduk di samping Adrian, berseruh.

  "Ck, yang ada suara lo yang paling besar."

"Eh-Ga, lo itu cowok masa di gituin aja ngambek." Risman angkat bicara, cowok yang sedari tadi sibuk bermain game di ponselnya.

    "Lo juga, diam aja. Main-main aja jangan ngebacot!" Rangga yang duduk berhadapan dengan Risman memutar bola matanya malas.

"Tahan-tahan, jangan ketawain," Aditya yang duduk di samping Rangga, mencoba menahan tawanya yang sudah ingin pecah.

  "Udah lo juga, ketawa aja. Bodoah ama lo semua, ngambek gue." Rangga yang sudah sangat kesal langsung bangkit dan berjalan ke arah warung bi Endut.

  "Eh-Dit, lo si gangguin dia mulu, bujukin sana."

"Dih, kok gue, Ra? Kan Ara noh yang mulai." Aditya yang tidak terima di salahkan kembali menyalahkan Relika.

   "Ha? Kok gue? Kan lo yang ledekin dia."

"Kan lo deluan, Ar. Ma-"

  "Udah-udah jangan debat, si Rangga udah besar paling-paling bentar lagi balik tuh anak," Adrian melerai, karena jika tidak maka akan ada perdebatan besar yang terjadi.

   "Nah betul tuh," Risman yang masi terus fokus dengan ponselnya, kembali berseruh.

Farel yang mulai jengkel langsung melempar sedotan plastik ke arah Risman lalu berkata. "Lo dari tadi nyaut-nyaut gak guna, mending lo diam!"

   Risman mengangkat kepalanya menatap Farel dengan sorot permusuhan, lalu kembali menatap ponselnya.

"Ck, nap-"

   "Udah deh, Rel. Jangan bikin ribut lagi," Rara yang tau Farel ingin memancing omosi Risman, langsung memotong.

"Gue ke kelas," Fikar yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan semuanya, kini bangkit dari dudukannya. Tetapi baru saja ingin melangkah tiba-tiba ada suara yang membuatnya berhenti.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang