DELAPAN TUJUH

183 11 0
                                    

Jam pulang sekolah tiba, Rara sedang berdiri di parkira. Gadis itu sedari tadi menatap arlojinya dan sudah hampi 20 menit ternyata ia berdiri di parkiran ini.

  "Huf ... si Gian, mana si. Lelet amat." Rara bergumam kesal.

Gadis itu kembali menunggu, sebenarnya bel baru dipukul 5 menit yang lalu, tetapi karena Rara tidak masuk kelas tadi, jadi setelah ia menghabiskan makanannya di warung bi Endut, ia segera pergi ke parkiran.

   "Apa gue telfon aja? Tapi kalau di kelas Bu Rani gimana?" Rara bertanya pada dirinya sendiri. Memang hanya bu Rani, guru yang sering mengulur-ulur waktu pulang.

"Oky, gue tunggu lima menit lagi."

   "Gak perlu lima menit, gue udah ada di sini." Rara langsung menoleh dan menemukan Aditya.

"Kok lo yang datang?" Rara bingung.

   "Iya, gue disuruh Gian buat temenin lo, soalnya dia lagi ada urusan. Tuh anak aja udah pulang dari tadi." Aditya menjelaskan.

"Ha? Terus ini motor siapa?" Rara menyengir binggung, tadi pagi perasaan ia di jemput Gian dengan motor yang ada di sampingnya.

"Coba lo baca di platnya," jawab Aditya, yang langsung membuat Rara menoleh ke arah motor yang ia kira motor Gian.

  "Harry?"

"Nama gue, Aditya Saputra Harry."

  "Eh-Jadi ini motor lo?" tanya Rara dan Aditya mengangguk.

"Kok mirip banget si, gue jadi susa bedain." Rara protes, karena motor Aditya ini persis dengan motor Gian.

  "Namanya juga sahabat, Ra. Motor lo aja mirip kan ama motor Farel?"

Rara menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk, "Iya si sama cuman beda dimodel spion aja."

"Nah kan. Terus gimana, jadi gak?"

  "Jadilah, tapi ingat awas lo ngomong ngasal ke Ika, gue tabok lo!"

"Dih, sadis amat. Iya deh iya."

  Setelah itu, Aditya segera mengeluarkan motornya dari parkiran, barulah Rara naik ke jok belakang motornya. Setelah siap, mereka segera meninggalkan arena parkir motor dan menujuh kediaman Amanzo.

   "Eh-Ra, kenapa gak ngomong di sekolah aja si?" tanya Aditya, yang melirik Rara dari kaca spion.

"Lo goblok apa bodoh si, Dit? Kalau kita ngomong di sekolah yang ada si caper ganggu."

  "Emang kalau dirumah, si El gak ada?"

"Hem, ada si. Cuman kita lebih leluasa aja, kan gak mungkin El langsung ikut masuk ke rumah gue."

   Hening, Aditya tidak menanggapi lagi. Hingga motor Aditya mulai memasuki komplex rumah Rara. Saat sudah dekat dengan kediaman Amanzo, tiba-tiba Rara memukul pundak Aditya dengan keras, menyuruhnya untuk berhenti.

  "Kenapa si, Ra? Rumah lo kan di depan." Aditya bertanya dengan kesal, karena pukulan Rara cukup sakit.

"Lo buta apa? Gak liat sana ada si caper di depan." Rara menunjuk punggung El.

Memang Relika tadi berangkat dengan El dan sekarang gadis itu pasti di antar pulang dengan El lagi.

   "Terus?" tanya Aditya.

Plak!

"Kita tungguinlah, kalau kita ke sana sekarang dan masi ada tuh kang caper, yang ada harga diri kita jatuh di depan dia." Rara menjelaskan dengan kesal, setelah memukul helm Aditya.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang