TUJUH EMPAT

175 12 0
                                    

  Sudah hampir seminggu, Relika dan Adrian marahan. Walaupun Adrian selalu berusaha mendekati Relika, untuk menjelaskan semua kesalah pahaman yang ada di antara mereka, tetapi Relika tetaplah Relika, gadis itu keras kepala ia selalu saja menghindar dan tidak ingin bicara dengan Adrian. Seperti sekarang Relika lebih memilih makan berdua dengan El, dari pada bergabung dengan yang lain.

   "Si El, kok kaya caper banget si." Rara mencibir kesal, ia melirik ke meja Relika dan El dengan sinis.

"Udahlah, Ra. Mungkin El gitu buat ngehibur Ika, biar tuh anak gak sedih mulu." Risman yang seperti biasa dengan bermain ponsel, mencoba berpikir positif.

"Ck, gak ada tuh kaya gitu. Yang ada dia emang caper." Rara tidak mau kalah, sedangkan Gian yang sedang makan di samping Adrian langsung berhenti makan dan meletakan sendoknya.

"Ra, lo kok kaya gak suka ama El? Bukannya dia sahabat lo ya?" Gian bertanya dengan heran, karena yang ia tau El adalah bagian dari anggota inti Vagos juga.

Rara memutas bola matanya malas, "Gak! Dia cuman sahabat Ika dong."

"Maksud lo?" kini Adrian yang tadi memperhatikan Relika dan El, langsung menoleh ke arah Rara.

"Maksud gue, El tuh cuman sahabatan ama Ika doang ama gue enggak!" Rara menjelaskan dengan nada tinggi, hingga El dan Relika langsung menoleh ke arah mereka.

   "Hus, Ra. Jangan cari perkara deh. Lo mau di amuk Ika?" Rangga menegur, memang hanya cowok ini yang masi waras dan peduli dengan semuanya, walauapun kadang otaknya 'geser'.

"Bodoamatlah, orang gue ngomo-" belum selesai Rara berbicara, Farel yang duduk di sampingnya langsung memasukan sesuap nasi goreng ke dalam mulut Rara.

  "Udah mending lo makan aja, dari nyindir-nyindir gak jelas."

Setelah mengunya nasi goreng tersebut, Rara langsung memukul lengan Farel dengan kuat, "Bangsat lo! Kalau gue keselek gimana?"

   "Santai dong, Ra." Farel mengelus-elus lengan kekarnya.

"Bodoamat! Udahlah, gue mau balik ke kelas aja, males gue di sini ada orang caper!" Rara melirik sinis ke arah Relika dan El lagi, setelah itu segera bangkit dari dudukannya.

  "Ris, balik kelas yuk," ajak Rara, sedangkan Risman yang merasa terpanggil langsung mengangkat kepalanya, menatap Rara lalu berucap.
 
"Emang gue sekelas ama lo?"

"Ck, serah lo semua deh. Bodoamat." Rara mengumpat kesal, ia segera melangkah pergi meninggalkan semuanya.

  Setelah Rara pergi, semua terdiam. Mereka asik dengan makanan masing-masing hingga Adrian mulai kembali membuka suara, "Eh-Gue masi penasaran sama ucapan Rara tadi yang dia ngomong El bukan sahabat dia, emang benar ya?"

"Elah, ucapan Rara doang lo pikirin amat, jadi gini ...," Farel mendekatkan wajahnya lalu kembali berbicara dengan nada sedikit pelan, "Jadi dulu, Rara tuh sering mau main ama El, mau dekat ama El kaya Ika. Sampai akhirnya Rara capek gara-gara sering di cuekin ama El, kadang dia nanya aja El gak nyaut. Nah, dari situ Rara tuh gak suka ama El dan gak suka ama cowok dingin."

Uhuk, uhuk.

Seketika semua langsung menoleh ke arah Fikar, cowok yang tiba-tiba terbatuk-batuk. Adrian segera memberikan segelas air kepada Fikar lalu bertanya.

  "Lo gak papa, Fik?"

Fikar mengangguk. Ia segera bangkit dari dudukannya lalu berucap, "Gue ke kelas."

  Fikar segera melangkah pergi, tanpa menunggu persetujuan dari yang lain, sedangakan Gian yang melihat Fikar yang tidak menghabiskan makanannya, mengangkat satu alisnya lalu bertanya.  

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang