.EMPAT EMPAT.

350 30 0
                                    

Hari ini Relika telah diperbolehkan pulang, keadaan gadis itu semakin membaik, lihat saja sekarang ia sedang duduk disofa sambil menonton TV. Relika memang sudah diperbolehkan pulang, tetapi ia masi harus menunggu kedatangan Rara dan sahabat-sahabatnya karena mereka tidak mungkin membiarkannya pulang sendiri.

  "Lama banget si," Relika menggerutu, ia mulai bosan menunggu.

"Dua menit lagi mereka gak datang, gue balik sendiri aja." Relika memperhatikan arloji yang ada dipergelangan tangan kirinya.

     "Kalau gue sampe sebelum dua menit gimana dong?" Tiba-tiba saja Relika dibuat kaget, ia langsung menoleh kearah sumber suara.

"Lama lo," Relika memutar bola matanya malas saat menenukan Rara berdiri diambang pintu.

   "Yang penting gue datang kali," Rara menjawab dengan santai, ia segera masuk di ikuti yang lain.

"Eh-Rel, Ga, di situ barang gue." Relika menunjuk dua buah koper besar. "udah gue beresin kok, jadi lo berdua tunggal angkat aja."

   "Ha?!" petik Farel  dan Rangga bersamaan.

"Lo serius, Ik? Barang lo sebanyak itu?" Farel menatap tidak percaya, Relika hanya seminggu berada dirumah sakit tetapi barang bawaan gadis itu melebih orang pindah rumah.

Relika mengangguk, "Itu gak banyak kok, cuman dua doang, jangan lebay deh."

   "L-"

"Udah-udah angkat aja napa, Rel. Gak usah protes mulu." Rara melerai, karena nantinya akan terjadi perdebatan lagi jika dibiarkan.

   "Ga, Rel jalanin tugas berdua." Rara beralih menatap Relika. "Ayo Ik, kita tunggu didepan aja."

  Relika dan Rara segera melangkah pergi begitu saja meninggalkan Farel dan Rangga yang masi berada didalam kamar inap, kalau sudah begini mau tidak mau Farel dan Rangga harus mengangkat barang-barang Relika.

    "Eh-Ra semuanya udah lo selesain?" Relika bertanya, mereka berdua sekarang berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.

Rara mengangguk. "Udah kok, kamarin malam gue udah ngepet jadi bisa bayar semuanya."

   Relika langsung mendorong keras kepala Rara, "Ngarang lo, tapi beneran udah?"

"iya nyonya Relika, udah. Gue udah bayar." Rara menatap gereget Relika. Toh, tidak mungkin Rara belum menyelesaikan dulu semua pembayaran rumah sakit, tetapi sudah mengajak Relika pulang.

   "Yaudah, gak usah ngengas juga,"

"Udah deh, bodoamat ama lo, Ik. Kesel gue." Rara langsung melangkah pergi begitu saja, sedangkan Relika menatap pungung Rara bingung, emangnya ada yang salah dari pertanyaan Relika tadi?

"Eh-Ra, Ika mana?" Risman yang sedang duduk diatas jok motornya sambil bermain game, kaget kerena kedatangan Rara.

  "Tuh dibelakang, gue tinggalin."

"Lah? Kenapa emang?"

    "Makin goblok, abis sakit bukannya waras malah makin sarap." Rara memutar bola matanya, ia masi sangat kesal dengan Relika.

"Dih-loh kali yang sarap!" Relika yang baru saja sampai diparkiran, langsung menyambar pembicaraan Rara dan Risman.

     "Bodoamat! Gue gak dengar!" Rara membuang muka, ia tau jika berdebat degan Relika tidak ada habisnya jadi lebih baik diam.

Relika mengangkat bahunya acuh, ia beralih menatap cowok yang duduk diatas jok motor yang ada disamping Risman. Karena selama Relika berada dirumah sakit, ia semakin jarang berbicara dengan sahabatnya yang satu ini, siapa lagi kalau bukan El.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang