ENAM LIMA

204 18 0
                                    

Seperti permintaan Indah tadi, sekarang Adrian dan Relika sudah di perjalanan ingin menujuh rumah Relika, karena sudah jam pulang sekolah dan Relika meminta untuk mengantarnya pulang dulu untuk mengganti seragam, baru setelah itu mereka akan ke rumah Adrian.

   "Ik," Adrian memanggil dengan suara sedikit di keraskan, menatap gadis yang ada duduk belakangnya melalui kaca spion.

"Hem,"

   "Kamu tau gak bedanya kamu ama kaca,"

"Udah, Di. Gak usah gombal, mending kamu cepat, Bunda dah ngchat mulu ni," Adrian menghembuskan nafas kasar, padahal ia sudah memikirkan dengan susa payah gombalan untuk Relika, sekarang malahan di hancurkan karena sang Bunda.

  "Iya-iya, pegangan aku mau ngebut."

  Setelah beberapa menit berkendara motor sport  Adrian berhenti di depan rumah kediaman keluarga Amanzo. Relika segera turun deluan dan membuka helm full face yang ia kenakan lalu bertanya.
 
   "Mau ikut masuk gak?"

"Hem ... di dalam gak ada orang kan? Gak usah deh, aku tunggu di luar aja." Adrian menjawab, bagaimana pun ia tadak ingin ada yang berpikir macam-macam anatar ia dan Relika.

  Relika mengangkat satu alisnya lalu kembali bertanya. "Sok tau kamu, siapa yang ngomong kalau di dalam gak ada orang?"

  "Emangnya, Mama kamu gak ke kantor?" tanya Adruan balik.

"Mama ke kantorlah, yang ada di dalam tuh Bibi. Jadi gimana? Kamu mau masuk gak?"

  "Hem, yaudah deh aku ikut masuk aja, sekalian aku mau minum dulu."

   Keduanya segera berjalan beriringan masuk ke dalam rumah Relika, saat Adrian ingin mengetuk pintu, Relika deluan membuka sendiri pintu tersebut.

  "Gak usah manja, selagi kita bisa buka sendiri kenapa harus nunggu orang."

"Bi, IKA PULANG!!" Relika berteriak lantang, seketika membuat Adrian yang berdiri di sampingnya langsung menutup telingga.

   "Hus, jangan teriak-teriak gitu. Gak lama nih rumah roboh karena suara kamu," Adrian menegur, walaupun di rumahnya ia juga sering melakukan hal tersebut.

"Hehe ... biar kedengaran gitu," Relika cengar-cengir. "Udah, kamu duduk dulu di situ aku gantian bentar. Nanti kalau bibi datang bilang aja minta minum, oky."

Adrian mengangguk dan segera berjalan mendekat ke arah sofa, sedangkan Relika. Gadis itu segera melangkah ke arah tangga.

  "Rumah segede gini, isinya cuman lima orang," Adrian bergumam heran. "Tapi, bentar rumah gue juga gede, isinya cuman tiga orang."

Seketika Adrian tertawa sendiri, setelah mentertawakan dirinya sendiri Adrian memutuskan untuk bermain ponsel karena bibi yang di maksud oleh sang kekasih, belum juga muncul.

    Beberapa menit kemudian, seorang gadis dengan celana jens berwarna hitam dan hoodie putih sedikit bercorak turun dari tangga dan segera melangkah mendekat ke arah Adrian yang masi fokus dengan ponsel.

  "Hem," Adrian dibuat kaget dan langsung menoleh.

"Eh-Kamu udah siap?"

   "Udah, btw minum kamu udah di ambilin ama Bibi?" Relika bertanya, karena ia tidak melihat ada gelas di atas meja.

Adrian mengeleng. "Jangan kan di ambilin, orangnya aja gak ada."

   "Kok bisa? Bentar ya aku cek ke belakang dulu," Relika segera melangkah menuju dapur, tidak biasanya bibi tidak menghanpirinya saat pulang. Tetapi belum sampai di dapur ponsel Relika bergetar, membuat gadis itu segera mengeluarkan ponselnya yang ia simpan di kantong hoodienya.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang