"Nih minum dulu, lo pasti capek kan?" Adrian langsung meletakan segelas teh hagat dihadapan Relika.
Sekarang mereka semua berada di warung bi Endut. Warung itu sudah tertata rapi kembali walaupun banyak barang yang harus di ganti karena sudah tidak bisa di pakai lagi.
"Makasi, Di." Relika tersenyum kecut.
"Iya, tapi muka lo kenapa? Pa Bima marahin lo?" Adrian yang tadi segera duduk berhadapan dengan Relika, menatap wajah Relika yang kurang bersemangat.
Memang tadi setelah Relika mengusir Aska, ia segera di panggil ke ruagan kepala sekolah sedangkan yang lain diarahkan ke kelas walaupun banyak anggota Arion dan Vagos yang memutuskan kembali ke warung bi Endut dan membereskannya, dari pada harus mengikuti pelajaran.
"Enggak kok. Gue lagi mikir aja, kok gue goblok banget ya, udah tau si Aska tuh adiknya Delon masi juga gue biarin disini."
"Udahlah, Ik. Jangan lo pikirin orang kaya gitu mending lo mikirin gue, lebih bermanfaat." Adrian menaik turunkan alisnya.
Relika bertingka seperti orang yang ingin muntah. "Mending gue mikirin idup dari pada mikir lo, lebih gak guna."
"Sialan lo," Relika tetkekek melihat wajah Adrian yang tadinya ingin menggodanya kini malah cemberut.
"Nah gitu dong, lo lebih cantik kalau ketawa."
"Ha?" Relika yang tadinya masi terkekek tiba-tiba terdiam saat mendengar Adrian bergumam.
"Ha? Kenapa?" Adrian gelagap.
"Dih, gue timpuk juga lo! Lo yang ngomong lo juga yang nanya." Relika memutar bola matanya malas. Padahal tadi ia dengar Adrian berbicara tapi tidak jelas.
Adrian cengar-cengir. "Yaudah, balik kelas yuk."
"Ha? Ngapain coba ke kelas?" Relika mengangkat satu alisnya menatap bingung Adrian.
"Ngapain? Yah belajarlah."
"Lo sehat, Di? Tumben bat mau belajar."
"Gue sehat walafiat. Udah buruan, nanti kita alasan di panggil Pa Bima biar gak di omelin." Adrian segera bangkit dari dudukannya lalu melangkah dan menarik tangan Relika untuk bangkit.
Relika yang berusaha keras untuk tidak bangkit pun kalah, karena bagaimana pun tangan kekar Adrian lebih bertenaga di bandingkan dirinya.
"Sabar napa, Di."Adrian bodoamat, ia tetap menarik Relika dan segera mengajaknya untuk melangkah pergi. Saat melewati meja yang dimana terdapat semua anggota inti Arion da Vagos selain Fikar dan El, Adrian berseruh.
"Gue cabut deluan ya."
"Mau kemana lo berdua?" Rara yang tadinya sedang asik tertawa langsung bertanya.
"Kelas," jawab Adrian yang terus melangkah dan jangan lupa Relika yang masi ia tarik-tarik.
"Kesambet apaan tuh sijoli? Sampe pengen masuk kelas." Fauzan bertanya heran.
Disisi lain, Relika dan Adrian melompat turun, mereka berdua telah berada di taman belakang sekolah. Baru saja Adrian ingin kembali menarik tangan Relika, gadis itu deluan memukul tangan Adrian lalu berkata.
"Jangan narik-narik, gue bisa jalan. Gue bukan kucing yang bisa lo tarik-tarik." Relika berbicara dengan nada ketusnya.
"Iya deh iya, gue salah. Yaudah, lo jalannya cepat dikit jangan kaya siput."
Relika memutar bola matanya malas, ia tidak menangapi lagi ucapan Adrian. Mereka segera berjalan beriringan menuju kelas, keduanya sama-sama terdiam hingga Adrian membuka suara dan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELIKA (Tahap Revisi)
JugendliteraturRelika Ariela Amanzo. Panggilannya Ika. Ketua geng Vagos di SMA Garuda. Pembuat onar di sekolah, hingga menjadi musuh guru BK. Sangat susah memaafkan seseorang, siapapun itu. Mood yang gampang berubah-ubah membuat ia di takuti di sekolah. Jika kesal...