.EMPAT TIGA.

360 31 0
                                    

Ruang inap Relika sekarang sangat ramai, ini sudah hari kedua Relika berada dirumah sakit dan kondisi gadis itu mulai membaik, jadi semuanya sudah diperbolehkan masuk walaupun ramai seperti sekarang, semua anggota inti Arion dan Vagos berada disini, selain Fikar.

    "Eh-Lo pada kaga lapar apa?" Relika berseruh, gadis itu duduk bersila diatas ranjang, menatap semua yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Gak!"

   "duain."

"tiga." mereka semua malah  menghitung.

  "Cik," Relika membuang muka kesal, apa mereka tidak mengerti kalau ia sedang lapar sekarang.

"Ik," Adrian bangkit dari sofa yang ia duduki. "Lo lapar?"

    "Gak!" Relika ketus, ia kembali berbaring.

"Beneran lo gak mau makan? Gue mau pesen ni." Adrian memastikan, ia melangkah mendekat kearah ranjang Relika.

"Yaudah, gue mie ayam." Adrian mengangguk, ia segera duduk dikursi yang ada didekat ranjang Relika dan memesan makanan melalui ponselnya.

"Ehm... Jangan nyari-nyari kesempatan lo!" Gian yang duduk disofa berbicara lantang, ia seperti menyindir seseorang padahal mata cowok itu masi setia menatap ponselnya.

  "Lo nyindir gue?" Adrian menatap ke arah Gian.

"Gue gak bermaksud nyindir ya, tapi kalau lo berasa tersindir ya bagus... Berarti ucapan gue tepat sasaran." Gian menjawab dengan santai, sedangkan semuanya langsung tertawa selain Adrian.

   "Bangsat lo!" Adrian mengumpat kesal, bisa-bisanya Gian membuat ia ditertawakan.

"Sabar Di," Relika beralih menatap Adrian dengan tatapan humor.

    "Serah lo pada deh, bodoamat!" Adrian kesal, ia menatap ponselnya. merajuk.

"Kaya cewek aja lo Ar," Aditya ikut berseruh, cowok yang dari tadi sibuk dengan leptopnya.

  "Bangsat lo pada! Salah gue apa si?" Adrian murka, dari tadi sepertinya ia dizolimi.

"Sabar kali Ri, baperan lo!" kali ini Rangga ikut berseruh, ia terkekek melihat wajah kesal Adrian.

   Relika bangun, ia duduk bersilah diatas ranjang lagi, menatap semuanya dan berkata. "Lo pada jangan gitu ama Ardi, kalau dia bunuh diri gimana?" Semua tertawa lagi, bukannya dibela Adrian malah semakin dizolimi.

"Udah woi! Senang banget lo pada gituin gue." Adrian merajuk, ia menatap kesal semuanya, terutama gadis yang duduk di hadapannya sekarang.

  "Iya deh, Eh-Di pesanan lo kapan datanganya? Laper ni?" Relika menepuk pelan perut datarnya yang sudah berbunyi.

"Kalau makan aja cepet lo," Adrian memutar bola matanya malas, ia segera bangkit dari kursi yang ia duduki. "Udah ada didepan, gue ke depan dulu."

    "Ar, lo gak beliin buat kita?" Gian berseruh saat melihat Adrian berjalan kearah pintu.

"Gak!" Adrian ketus, ia segera keluar begitu saja. Sedangkan semua yang melihat tingka Adrian kembali tertawa.

   "Ra, lo gak ngabarin Mama?" Relika kini menatap kearah saudarinya yang sedang duduk disamping Farel, mereka asik menatap TV.

Rara mengeleng, "Mama lagi ke Paris,"

  "Lah?" Relika kaget. "Kok gue kaga tau?"

Rara mengangakat bahunya acuh, ia lagi malas berbicara karena film yang sedang terputar lebih asik dari pada menjawab pertanyaan Relika.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang