.TIGA DELAPAN.

357 31 1
                                    

Semua mata tertujuh kepada motor yang baru saja berhenti, semua anggota Arion menatap ketua mereka yang baru saja datang dengan tatapan yang tidak bisa diartikan lagi. Bayangkan saja seorang Ari, ketua Arion berboncengan dengan seorang gadis yang menjabat sebagai ketua Vagos.

    "Di, gue berasa gimana ya." Relika gugup, bukan kerena apa, tetapi ia baru saja turun dari motor dan langsung ditatap seperti sekarang, berasa jadi penjahat.

"Udah lah gak papa," Adrian segera turun dari motor. "Yuk, tenang aja gue jagain."

Adrian segera menarik tanggan Relika begitu saja, berjalan kearah warung bi Yati, dimana sudah ada kelima sahabatnya dan semua anggota Arion.

    "Lo pada ngeliatin apa?" Adrian menatap heran semuanya.

"Itu siapa, Ri?" salah satu anggota Arion memberanikan diri untuk bertanya, toh semuaya tidak asing lagi dengan gadis yang dibawa Adrian, tetapi lebih baik ditanya dulu.

  "Lo semua pasti kenal lah dia siapa," Adrian berbalik melirik Relika yang berdiri dibelakangnya dengan tangan mereka yang masi saling menggenggam.

"Kenapa lo bawa dia ke sini, Ri?" Gian menatap Adrian dengan heran, bukannya Adrian dan Relika tidak pernah akur tapi kenapa sekarang mereka bersama?

"Eh-Di, mending gue ke supermarket di depan dulu deh." Relika angkat bicara, sepertinya ia tidak akan betah berada disini apa lagi dengan tatapan tidak suka dari semuanya.

   "Gak, lo disini aja!" Adrian mempererat genggamannya terhadap tangan Relika.

"Udah lah Di,  lo pada kan pasti mau bahas soal penting. Gak baik kalau ada orang luar yang dengar." Relika menatap Adrian, memberi kode melalui mata agar Adrian membiarkan ia pergi.

Adrian menghembuskan nafas pelan. "Oky, tapi lo jangan jau-jau abis ini kita langsung  ke sekolah."

Relika mengangguk, ia segera melepaskan genggama tangan Adrian. Hari ini Relika mengalami kejadiaan yang Adrian alami saat berada di warung bi Endut, tetapi yang berbeda anggota Arion kali ini sangat banyak, tidak seperti saat Adrian datang ke warung bi Endut anggota Vagos hanya sedikit.

    Adrian segera duduk disamping Fikar, jika Fikar saja berada disini berarti mereka akan membahas hal penting. "Mau bahas apaan?"

"Gini-ni kalau bucin mulu, semuanya di lupain." Aditya mencibir, ia memutar bola matanya malas.

    "Udah lah, Raf, jelasin gih biar Ari ngerti." Fauzan melerai, cowok itu sepertinya sedang waras hari ini.

"Jadi gini Ri, bu Aini makin menjadi-jadi." Rafi, cowok yang dipercaya oleh Adrian untuk menjaga semua anggota Arion, karena tidak mungkin Adrian mengawasi semua anggotanya, kerena Adrian berbeda sekolah jadi mau tidak mau harus memberi tugas kepada Rafi.

    "Jadi-jadi gimana?" Adrian menatap cowok yang duduk dihadapannya dengan bingung.

"Jadi, kemarin ada beberapa anggota yang ketahun bolos dan bu Aini ngehukum mereka dengan gak wajar. Mereka semua disuruh bersihin semua bagunan sekolah."

Brak!

   "Sialan!" bukan Adrian yang menggebrak meja dengan begitu kuat,  tetapi Fikar, walaupun cowok itu terlihat paling dingin dan cuek tetapi jika ditanya tentang Arion, Fikar adalah salah satu orang yang paling care terhadapan Arion.

"Sabar kali Fik,  kaget ni." Aditnya menegur, ia yang duduk berhadapan dengan Fikar dan menjadi sasaran kaget pertama.

"Terus apa lagi, Raf?" Adrian bertanya, ia menghiraukan semuanya yang terpenting sekarang, ia harus tau semuanya dengan lengkap perlakukan mantan guru Bk nya itu.

   "Yang paling gak adil tuh, kalau ada anggota Arion yang ngelakuin kesalahan pasti dia gancam bakal dikeluarin  dari sekolah." Rafi menghembuskan nafas pelan, "dan yang bikin gue emosi, tuh guru selalu jelek-jelekin lo berlima."

"Anjing tuh guru!" Fauzan mengumpat seketika, ia tidak menyangka bu Aini akan membenci mereka sampai segitunya.

"Sabar-sabar, orang sabar disayang di sayang pagar." Gian menepuk pundak Fauzan, lalu terkekek.

    "Itu lidah lo yang kosleyo? Apa pendengarkan gue yang salah?" Fauzan menatap Gian. Ia takut pendengarannya yang salah.

"Yah lo kan gak punya cewek, jadi pagar aja yang sayang." Gian tertawa lepas, diikuti yang lain selain Fauzan. Sangat receh memang tetapi mampu membuat suasana yang begitu tegang mulai mencair.

  "Apa lagi, Raf?" setelah tertawa beberapa detik, Adrian kembali menatap Rafi serius. Bukan kerena apa, tetapi Adrian ingin mengetahui semuanya dengan jelas.

"Itu aja si Ar, cuman kayanya bu Aini emang niat deh mau ngeluarin kita semua dari sekolah." Rafi menjelaskan, ia memang merasakan bagaimana Aini membeda-bedakan mereka, padahal 35% siswa SMA Permata adalah anggota Arion.

  "Oky, mulai sekarang gue mau lo kabarin gue terus tentang tuh guru. Biar gue yang omongin ama bokap gue gimana bagusnya."

Rafi mengangguk, "Yaudah, gue ke sana dulu." Rafi segera bangkit dari dudukannya, ia memang dekat dengan semuanya tetapi Rafi tidak ingin mengganggu kelima sahabat yang selalu bersama itu, jadi setelah tugasnya selesai ia langsung pamit.

  "Ri, lo beli motor baru?" setelah Rafi pergi, Gian berseruh dari tadi matanya tertuju kepada motor yang Adrian bawa, motor itu sepertinya tidak telalu asing dimata Gian.

"Enggak, itu motor Ika."

"Ha? Lo baikkan Ri?" Aditya menatap Adrian dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, ia mengira Relika dan Adrian tidak akan pernah akur tetapi ternyata salah.

  Adrian mengeleng, "Enggak,"

Plak!

"Terus kalau lo gak baikkan ama tuh cewek, kenapa lo ajakin dia kesini? terus kenapa lo pake motor dia?!" Fauzan yang sudah sangat geregetan terhadap Adrian langsung menjitak kepala Adrian.

  "Yah,  karena kamarin gue ama dia ada tugas. Udah lah ngomong ama lo pada kaga nyambung." Adrian segera bangkit dari kursi yang ia duduki, "Gue balik ke sekolah deluan."

Adrian segera melangkah pergi begitu saja, sedangkan Gian, Fauzan, dan Aditya saling lihat satu sama lain. "Ini gue yang bego apa dia?" Fauzan bertanya, ia semakin bingung.

"Kayanya si lo yang bego."

     Sedangkan Adrian segera melangkah kearah motor Relika terparkir. Dari kejahuan ia melihat Relika yang sedang duduk diatas jok motor sambil menikmati cemilan dan bermain ponsel.

"Sory ya udah buat lo nunggu." Relika mengangkat kepalanya menatap Adrian yang baru saja datang.

  Relika segera melompat turun dari jok motornya, "Iya gak papa, udah selesai?"

Adrian mengangguk.

  "Yaudah, langsung ke sekolah aja. Soalnya gue juga ada urusan diwarung bi Endut." Relika memang tadi ditelfon oleh El, katanya mereka akan mengadakan rapat dadakan. Entahlah Relika juga tidak tau tentang apa.

   "Iya," Adrian segera menaiki motor dan menyalakan mesinnya, di susul Relika yang naik keatas motor. Setelah itu Adrian segera menancap gas, membelah jalan ibu kota yang cukup ramai pagi ini.

*****

   pada sibuk semua kayanya ni😂.

Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Dan jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote dan komen :)

      *Jangan lupa Follow Sebelum lanjut baca :)*

Terima Kasih Sudah Mampir Di cerita ini.

Kendari:
25/September/2020 Salam Manis Dari Autor "SalmaBugis"
   
 
   

 

 

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang