EMPAT TUJUH

315 24 1
                                    

"Nih, gue bawain mie Ayam yang gak ada duanya." Relika datang dengan membawa nampan berisi tiga mangkuk mie Ayam.

Sekarang mereka sudah berada di warung bi Endut, sangat ramai. Relika memang memutuskan untuk duduk bersama Adrian dan Gian, sebagai tanda penyambutan untuk kedua orang penting Arion. Sedangkan anggota inti Vagos dan Arion duduk bersama disalah satu meja yang tidak jau dari meja Relika.

"Yang bener lo, Ik? Ini enak gak?" Gian menatap mie Ayam dihadapannya, yang sangat mengoda.

"Rasa aja sendiri, terus lo putusin tuh enak gak. Eh-Di, lo kenapa si, kaya patung gitu?" Relika duduk dihadapan Adrian, menatap cowok itu dengan sorot bingung.

"Ha, gimana?" Adrian tersadar dari lamunannya. Sedari tadi, ia hanyut dalam pikirannya sendiri.

Relika memutar bola matanya malas. "Lo mikir apaan si? Mikir utang?"

"Kaga, gue masi gak percaya aja kalau lo beneran mau terima Arion disini."

Plak!

"Awu..Lo kok mukul gue si?" Adrian merintih kesakitan, setelah tangan Relika mendarat dengan keras diatas kepalanya.

"Biar otak lo jalan kembali. Cepek gue ngomong itu mulu."

"Tapi serius, Ik? Ini gue lagi gak mimpi kan?"

"Lo mau gue pukul lagi gak? Biar lo tau ini mimpi apa bukan." Relika kembali mengangkat tangannya, bersiap memukul.

Adrian langsung menjaukan kepalanya dan berkata. "Jangan elah, sakit."

"Nah, kerena sakit berarti lo gak mimpi."

Adrian mengangguk. "Iya si."

"Goblok si." Relika mengejek dengan raut muka yang sangat menyebalkan.

"Eh-ini enak benget sumpah." Gian berseruh, cowok itu baru saja memasukan mie Ayam ke dalam mulutnya.

"Kaya gak pernah makan aja lo." Adrian memutar bola matanya malas.

"Gue kan emang baru pertama kali makan ni mie Ayam."

"Ta-"

"Udah-udah, lo berdua kok malah debat?" Relika memotong perdebatan kedua sahabat itu. "Mending sekarang makan, keburu dingin tuh."

Mereka bertiga segera makan dengan hening, menikmati mie Ayam buatan bi Endut yang tidak diragukan lagi kenikmatannya hingga Adrian kembali bersuara.

"Ik," Relika yang duduk dihadapan Adrian mengangkat satu alisnya, menatap Adrian.

"Makasi." Adrian tersenyum.

Uhuk...uhuk...

"Eh-pelan-pelan, ni minum dulu." Adrian segera memberi segela air untuk Relika yang tiba-tiba tersedak dan Relika segera meminumnya hingga tersisa setengah.

"Lo gak papa?"

"Iya gue gak papa." Relika tersenyum, "Makasi."

Keduanya tersenyum, pandangan keduanya terkunci beberapa menit hingga suara deham dari samping membuat Relika dan Adrian langsung memutuskan tatapan masing-masing.

"Eh Ri, gue ke sana dulu ya." Gian yang tadi berdeham kini menunjuk kearah meja yang dimana ada semua anggota inti Vagoa dan Arion duduk.

"Tuh si Adit manggil, bay gue ke sana dulu." Gian segera bangkit dan mengangkat mangkuk mie ayamnya lalu melangkah pergi begitu saja tanpa mendengar persetujuan dari Adrian.

"Eh-Lanjutin makannya." Relika gugup, ia segera melanjutkan memakan mie Ayamnya begitu pun Adrian. Keduanya makan dengan hening hingga selesai.

Relika telah menghabiskan mie Ayamnya kini tersisa mangkuk kosong, ia beralih menatap ke arah tanah luas di samping yang sama sekali tidak terpakai. Sedangkan Adrian yang melihat itu langsung bertanya.

RELIKA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang