"IK, GUE NYERAH DEH! GUE CUMAN BERCANDA DOANG, SUMPAH!" Zidan panik sekarang, ia berdiri diujung tembok jika ia melangkah selangkah saja dipastikan dirinya akan terjun bebas dari lantai tiga ini.
SMA Garuda, sekarang begitu gempar dengan kedatangan seorang Relika sambil membawa balok kayu besar dan berteriak memanggil 'Zidan'. Gadis itu seperti seseorang yang kehilangan akal sehatnya, sudah cukup semalaman ia menahan emosinya, tidak untuk pagi ini.
"Apa lo bilang? Nyerah? Lo pikir gue ngejar lo dari lapangan ampe disini gak capek?!" Ika menatap galak, cowok yang mulai ketakutan itu. Mereka sekarang berada rooftop SMA Garuda. Banyak siswa/i yang menonton dibawa sana, menjaga-jaga jika nanti Zidan akan terjun bebas.
"Ik please! Gue gak ada niat mau gibahin lo kok!" Zidan menyatuhkan kedua tanggannya didepan dada, memohon ampun kepada gadis yang memegang balok kayu di hadapannya. Tidak ada jalan lagi selaian meminta maaf sekarang, Zidan tadi sudah berlari untuk menyelamatkan diri, tetapi nasibnya kurang beruntung ia malah terjebak ditantai tiga dan diberi pilihan yang sangat tidak wajar, bayangkan saja ia disuruh memilih anatara terjun bebas dari lantai tiga atau dipukuli Relika.
"Gak!" Ika menatap Zidan dengan penuh amarah. Relika bukan lah orang yang gampang memaafkan seseorang, maka dari itu ia sangat susa untuk memaafkan Zidan yang hanya melakukan kesalahan kecil.
"Ik, lo gak kasian apa ama gue? Kalau gue mati gimana?" Zidan membujuk, ingin rasanya ia menagis saja sekarang. Tetapi jika itu terjadi bisa-bisa ia akan ditertawakan satu sekolah.
"Udah Ik, langsung dorong aja orang kaya gitu." Rangga berseruh, cowok yang berdiri tidak jau dibelakang Ika itu tekekek senang, melihat wajah pucat Zidan.
"Bangsat lo Ga!" Zidan mengumpat kesal. Jika saja tidak ada Ika yang berdiri di hadapannya sekarang, Zidan pasti akan menghajar cowok berbadan besar itu.
"Haha... Gue kan ngomong yang bener, Dan." Rangga menggoda, ia menaik turunkan alisnya. Meledek Zidan yang sudah sangat ketakutan.
"Ik, maafin gue ya. Yakali, gue kan hanya ngomong gitu, gue bayar pake nyawa." Zidan kembali membujuk, ia tidak ingin mati hanya karena gibahin seorang Ika. Bagaimana kata publik nanti, kan tidak lucu jika ada berita 'Seorang pelajar nekat lompat dari lantai tiga sekolahnya, karena dikejar oleh seorang gadis, yang ia gibahin'
"Apa lo bilang? Hanya? Lo pikir di grup tuh cuman ada dua, tiga orang ha?" Ika membentak, ia menatap dengan penuh amarah, benci, dan kecewa kepada cowok yang berdiri di hadapannya.
Zidan dibuat bungkam, ia tidak berani berkata-kata lagi. Sepertinya Ika tidak main-main sekarang, gadis itu benar-benar marah kepadanya. "Ik, maaf." Zidan hanya bisa mengeluarkan itu dari mulutnya, ia tidak tau harus bagaiamana lagi.
"Ik, uda lah lepasin aja, kasian gue liat muka Zidan kaya gitu." gadis yang dari tadi bersandar dipintu rooftop mengutarakan pendapatnya. Ia tau kalau Ika marah tetapi, tidak mungkin Rara membiarkan saudarihnya membunuh seseorang hanya kerana masalah kecil.
Ika berbalik menatap Rara tajam. "Lo mau gantiin dia?!" semuanya kaget melihat amara yang terpancar dari mata Relika, tadi mereka mengira Ika hanya akan memberi peringatan kepada Zidan, tetapi sepertinya perkiraan mereka semua salah.
"Ik, tenagin diri lo!" El yang berdiri dengan gaya coolnya disamping Farel, memperingati. Bisa bahaya jika Ika benar-benar termakan emosinya.
"Gak!" Ika menjawab dengan tegas. "Gue gak akan pernah lepasin orang kurang ajar kaya... LO!" Ika menunjuk Zidan dengan tegas. Sepertinya riwayat hidup Zidan hanya sampai disini.
"Ik," Farel berjalan mendekat. "Lo tenanggin diri dulu deh, kayanya lo bu-"
"Gak! Gue gak butuh apa-apa!" Ika berbalik menatap Farel tajam lalu kembali menatap Zidan yang sudah seperti patung, cowok itu sudah pasrah sekarang. Tidak mungkin ia melawan Ika, walaupun Ika seorang wanita, tenaga Ika lebih kuat dari pada tenaga Zidan, dan dipastikan jika Zidan menang melawan Ika, yang lain tidak mungkin tinnggal diam saja.
"Ik, lo gila? Balik yuk udah mau bel ni." cowok yang dari tadi berdiri sambil bermain ponselnya, sibuk dengan dunianya sendiri kini beralih menatap Ika.
"Bentar lagi jam Pa Bagas, lo yakin tuh tentara jadi-jadian gak bakal nyuruh lo push up, seribu kali kalau telat?" Risman mengakat satu alisnya, menatap Ika yang menima-nimang ucapannya.
"Oky." Ika berbalik menatap Zidan, "Hari ini lo gue maafin, tapi sekali lagi lo berani main-main ama gue. Gue pastiin lo ABIS!" Ika melangkah pergi setelah mengatakan itu, Zidan dan semuanya bernafas legah. Akhirnya Ika mau melepaskan Zidan.
"Gitu aja lo pada ribet banget." Risman mencibir. Ia segera menatap kemabali ponselnya, melanjutkan gamenya yang tertunda dan berjalan mengikuti Ika yang sudah deluan.
"Ini pertama kalinya si Risman pinter." Farel takjub. Ia kira Risman hanya bisa membuat seorang Relika marah, tetapi hari ini Risman membuktikan jika ia bisa seperti El yang bisa menenangakan RelikA, dari amara yang tidak terkendali.
**
Dikelas 11ips.9 begitu tenang, tidak ada yang berani mengeluarkan satu katapun saat gadis dengan seragam putih abu-abu dan balok kayu ditanggannya masuk kedalam, aura yang begitu menakutkan seperti masuk kedalam kelas tersebut. Sedangakan Ika menghiraukan semua yang menatapnya takut, Toh dia bukan pemakan manusia yang harus ditakuti.
Ika segera duduk dibangkunya, ia melirik ke samping yang hanya ada bangku kosong. "Dia tidak datang." Ika segera mengeleng, apa-apaan ini kenapa ia malah terigat dengan Tupai jelek itu, sepertinya memang betul Ika membutuhkan sedikit istirahat, pikiranya sangat tidak jelas.
Brak!
Semua dibuat kaget. Seorang cowok dengan seragam berantakan, eh ralat cowok itu tidak menggunakan seragam malainakan menggunakan kaos hitam dan celana abu-abu. Ia datang dengan nafas tidak teratur dan langsung memukul dengan keras pintu kelas.
"Lo kenapa Ar?" Gian yang baru saja dari kantin, menatap Adrian heran. Bayangkan saja, Adrian berdiri dengan berpegangan dipintu sambil mengatur nafasnya. Kemaja putih cowok itu ia letakan bahunya, dan terakhir Adrian mandi keringat padahal ini masi pagi.
"Ha? Gue g-ak papa." Adrian berdiri dengan baik, nafasnya mulai teratur kembali, ia segera melangkah masuk kedalam kelas. Sedangkan Gian menatap salah satu sahabatnya itu dengan heran bercampur bingung
"Ngeliatin apa?" Gian dibuat kaget karena tiba-tiba ada suara dari belakangnya, ia berbalik menatap sinis cowok yang berdiri sambil menatap ponsel miring, dan segera masuk kedalam kelas tanpa menjawab pertanyaan dari Risman.
"Dasar manusia! Ditanya malah pergi!" Risman mengumpat pelan sekali, hingga tidak ada yang mendengar. Lalu ia segera melangkah masuk ke dalam kelas tetapi matanya masi sama menatap game yang sedang berlangsung di dalam ponselnya.
******Zidan kasian banget si😂. Makanya jangan nayri masalah ama orang darah tinggi kaya Ika.
Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Dan jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote dan komen :)*Jangan lupa Follow Sebelum lanjut baca :)*
Terima Kasih Sudah Mampir Di cerita ini.
Kendari:
14/September/2020 Salam Manis Dari Autor "SalmaBugis"
KAMU SEDANG MEMBACA
RELIKA (Tahap Revisi)
Teen FictionRelika Ariela Amanzo. Panggilannya Ika. Ketua geng Vagos di SMA Garuda. Pembuat onar di sekolah, hingga menjadi musuh guru BK. Sangat susah memaafkan seseorang, siapapun itu. Mood yang gampang berubah-ubah membuat ia di takuti di sekolah. Jika kesal...