Twelve

171 39 7
                                    

Anjani terus berpikir dalam kebingungan. Ia bingung, satu sisi sangat khawatir dengan kondisi sang Ayah, sisi lain nya lagi, ia juga harus menjaga kesehatan agar besok lancar mengikuti lomba.

"Hm, baiklah. Aku ke Rumah Nenek besok saja setelah mengikuti lomba, semoga aku menang lagi terus bisa bujuk Ayah pulang." Ucap Anjani di sela-sela berjalan nya.

Udara malam kian terasa, menusuk kulit hingga ke tulang. Angin menerpa, tak seperti biasanya.

"Kayaknya aku harus cepat pulang." Kemudian Anjani bergegas untuk sampai ke Rumahnya.

Sesampainya di Rumah, Anjani melihat sang Ibu tengah melamun dengan tatapan sedih. Sudah pasti, karena Ayah.

"Asalamualaikum," Ucap Anjani sembari melepaskan sepatu butut nya.

"Waalaikumsalam," Jawab Ibu Anjani berdiri, membalas uluran tangan Anjani.

"Ibu kenapa?" Tanya Anjani langsung, tanpa basa-basi.

Tak langsung menjawab, beliau mengambil air minum lalu diberikan kepada Anjani dan berkata, "Gimana Sekolah nya?"

"Ibu kok mengalihkan topik? Anjani tanya, ibu kenapa?" Ungkap Anjani sedikit kesal.

Kemudian sang Ibu menghembuskan nafas, keduanya sama-sama diam cukup lama sampai akhirnya sang Ibu memulai.

"Ayahmu," Tutur nya terjeda.

"Ayah kenapa Ibu?" Tanya Anjani tidak sabar.

"Ayahmu, ternyata dia sedang bekerja." Ini kabar bagus, tetapi entah Ibu seperti tidak menyukainya.

"Lalu?" Anjani masih belum faham maksud Ibu nya.

"Dia, sekarang ada di kota Cirebon. Bekerja sebagai penjahit, sama seperti disini." Cerita ibu.

"Hanya saja, dia bekerja pada wanita janda yang cantik dan memiliki rumah besar." Lanjutnya.

Anjani masih bingung, maksud sang Ibu sebenarnya apa?

"Terus maksud Ibu?" Tanya Anjani penasaran.

Sang Ibu tak menjawab, hanya senyum kemudian masuk ke dalam Kamar.

Tak lama, ia keluar lagi dengan membawa sebuah benda kecil.

"Ini, kamu bawa buat besok. Kamu besok lomba kan Njan?" Ucap nya, memberi benda kecil tadi yang ternyata adalah Al-qur'an berukuran paling kecil.

"Baca saat kamu dalam kesusahan mengingat rumus atau sedang dalam kecemasan dimana pun kamu berada." Lanjutnya.

"Terima kasih ibu." Jawab Anjani lalu memeluk orang yang paling dia sayang, dan Ibu pun mengecup kepala Anjani lalu mendoakan nya.

"Sudah, tidur yah." Peringatnya.

"Nggak ibu, Anjani mau review materi." Jawab Anjani.

"Njan, ibu yakin kamu pasti bisa. Apalagi kamu sudah mempersiapkan nya jauh-jauh hari." Tuturnya lembut.

"Justru, jika kamu memaksakan otak kamu, nanti yang ada kamu bleng Njan, percaya sama Ibu yah?" Lanjut sang Ibu kemudian dibalas anggukan dari Anjani.

"Kalau iya pun mau mereview materi, kamu nanti malam solat tahajud, kemudian baca apa yang perlu dibaca lagi." Pinta sang Ibu.

"Iya ibu."

***

Anjani mengikuti saran sang Ibu, kini jam menunjukkan pukul 01.05 dini hari, Anjani bergegas mengambil wudhu lalu melaksanakan solat sunnah tahajud.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang