Five

381 68 4
                                    

"Ka Anjani, di panggil ke ruangan BK," ucap seorang adik kelas perempuan.

"Tadi sebelum upacara saya ke ruang BK untuk menghantarkan absen kelas, terus Bu Riza berpesan untuk mengatakan ke ka Anjani setelah upacara ke ruangan BK." lanjutnya panjang lebar.

"Yaudah makasih yah," jawab Anjani lalu meninggalkan Yara dan adik kelas itu.

"Anjani ih. Lo jangan ninggalin gue woi," teriak Yara.

Anjani bingung dengan sahabatnya itu, kadang pake aku kamu, kadang lo gue entahlah mana Yara yang sebenarnya.

Apalagi Rano, saudara Yara yang katanya dari luar negeri itu. Anjani sedikit tak mempercayainya, sebab Yara tak pernah cerita soal itu.

Sudahlah, Anjani harus ke ruangan BK dan menemui Bu Riza, ada apa gerangan beliau memanggilnya?

"Assalamualaikum," ucap Anjani sopan.

"Waalaikumussalam," jawab seorang guru perempuan dengan lumayan tegas.

"Duduk Anjani," lanjutnya

"Kamu tahu kenapa saya memanggil kamu kesini Anjani?" tanyanya menakutkan seperti Anjani habis melakukan kesalahan saja.

"Tidak Bu," jawab Anjani berusaha tetap tenang.

"Akhir-akhir ini nilai kamu begitu merosot Anjani, saya tahu kamu kerja banting tulang untuk keluargamu, tapi kamu juga tidak boleh lupa dengan sekolahmu." tuturnya.

"Apalagi kamu akan membawa nama sekolah, tolong kesadarannya Anjani. Seminggu lagi, lomba cerdas cermat itu jangan mengecewakan kita semua." lanjutnya.

"Baik bu, dan maaf atas kelalaian saya," jawab Anjani menundukkan kepala.

"Ya sudah, kamu boleh kembali ke kelas. Tapi pikirkan ini matang-matang Anjani," ucap Bi Riza.

"Baik bu,"

***

Sepasang kaki itu berjalan perlahan, seakan bingung akan kemana arah dan tujuan nya.

Matanya nampak sayu kurang tidur, badannya sedikit lebih kurus tampak seperti memikul beban berat.

Memang. Sosok itu tengah memikul beban berat, beban bagaimana caranya ia membagi waktu antara belajar dan juga bekerja.

Jam di atas televisi menunjukkan pukul sepuluh malam. Hari ini terasa begitu berat bagi Anjani.

Ia baru selesai belajar untuk mengejar target. Nilai nya merosot, walaupun merosot nya Anjani masih di atas KKM.

Tetapi tetap saja para guru begitu mengkhawatirkan nya. Mereka hanya khawatir kalah dalam lomba, bukan khawatir kondisi murid yang akan mengikuti lomba.

Anjani meraih ponsel nya, ponsel yang jarang sekali ia gunakan.

Kemudian ia membuka akun Whatsapp nya. Disana cukup ramai rupanya, terlebih grup kelasnya.

Anjani juga bingung mengapa teman-teman kelasnya sampai rela spam chat di grup atau di chat pribadi hanya untuk mencontek.

Apakah mata pelajaran begitu susah bagi mereka?

Yang pasti begitu mudah untuk Anjani, ia sangat berterima kasih kepada Allah karena memberkatinya kepintaran.

"Anjani," terdengar sang Ayah memanggil nya.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang