Twenty two

116 33 1
                                    

Waktu terus berganti. Beratus-ratus kali matahari terbit dari timur menjalankan tugasnya. Beribu kali bulan dan bintang tampak pada malam hari menghiasi bumi.

Namun, gadis manis dengan hijabnya itu sudah satu tahun tergeletak tak berdaya di dalam komanya, akibat kecelakaan yang menimpanya.

"Anjani, genap satu tahun kamu sudah koma nak, kapan kamu bangun?" ucap Ibu yang masih setia menemani Anjani.

Ibu tak pernah menyerah untuk menunggu Anjani. Segala cara ia coba, meskipun Anjani tetap diam dalam tidur panjangnya.

Ibu beranjak dari kursinya, mengambil Al-qur'an dan mulai membacanya.

Ibu tak henti-hentinya berdoa serta memohon pada sang kuasa agar Anjani diberi kesempatan membuka matanya lagi.

Dengan air matanya yang mengalir, Ibu tetap melanjutkan bacaannya dengan khusyu, sampai tak menyadari bahwa tangan Anjani sedikit bergerak.

Mata Anjani terbuka, pertama kali yang ia lihat adalah Ibunya yang tengah membaca Al-qur'an dengan air matanya yang mengalir.

Sadar sedang diperhatikan, Ibu melihat ke arah Anjani, senang dan kaget secara bersamaan melihat Anjani sudah bangun dari komanya.

"Alhamdulilah, kamu sudah sadar nak?" tanya Ibu lalu segera memanggil Dokter.

Dokter dengan Suster langsung memeriksa kondisi Anjani.

"Alhamdulilah, selamat Ibu, anaknya sudah sadar sepenuhnya. Dan bila perlu untuk mengingat semuanya,  Anjani harus dalam keadaan benar-benar pulih yah, Bu." ucap Dokter perempuan dengan jas putihnya.

"Baik, terima kasih banyak Dokter," jawab Ibu menghapus air mata harunya.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Dokter.

"Baik Dok, sekali kali terima kasih," jawab Ibu.

Sedangkan Anjani, masih diam dalam kebingungannya. Otaknya tidak bisa mengingat apa yang terjadi dengan dirinya selama ini, namun dia masih mengingat sang Ibu.

"Ibu?" panggil Anjani.

"Iya nak, kamu mau apa?" jawab Ibu mendekati Anjani.

"Sebenarnya Anjani kenapa Bu?" tanya Anjani, namun Ibu hanya diam lalu menunduk.

"Kenapa aku ada disini?" tanya Anjani lagi namun Ibu masih diam.

"Ibu?" panggil Anjani membuyarkan lamunan Ibu.

"Anjani, tadi kamu dengerkan kata Dokter, kamu harus benar-benar pulih dulu baru mengingat semuanya. Nanti Ibu ceritakan, setelah kamu pulang dari Rumah Sakit ini." jelas Ibu.

Setelah mengatakan itu, Ibu mengambil segelas air putih dan buah untuk Anjani.

Anjani turuti saja mau sang Ibu, dia benar-benar lupa apa yang terjadi. Yang ia ingat terakhir kali pulang sekolah bersama sahabat-sahabatnya. Setelah itu Anjani lupa semuanya.

"Ouh iya Ibu, Yara sama Fasha kemana? Kok gak jenguk Anjani?" tanya Anjani disela-sela makan buahnya.

Ibu kembali diam, dan Anjani tahu alasannya agar dirinya pulih terlebih dahulu. Maka Anjani, mengalah.

***

Tiga hari setelah kesadaran Anjani, akhirnya dia diperbolehkan untuk pulang. Sekarang, Ibu tengah mengurus admistrasi dan Anjani mengemasi barang-barangnya. Tadi Anjani memaksa Ibu agar dirinya ikut ke bagian administrasi, namun Ibu menolak dengan tegas. Entah apa yang disembunyikan Ibunya.

"Kok baju aku hampir semuanya disini yah? Emang berapa lama aku gak sadar?" ucap Anjani kepada diri sendiri.

"Anjani, sudah selesai nak?" tanya Ibu yang baru datang.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang