Twenty

119 35 0
                                    

Anjani membisu, seakan bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Bahkan, untuk menjawab omongan tetangganya tadi, Anjani tak mampu.

"Ibu tahu nggak yah kira-kira orang tua Anjani pergi kemana?" tanya Yara, mewakili Anjani.

"Kalo itu, saya kurang tahu. Kemarin saya hanya melihat mereka saat mau pergi," jawabnya iba.

"Oh yaudah, terima kasih atas infonya, bu." ujar Fasha.

"Sama-sama, saya permisi dulu," jawab ibu tadi.

Seakan tahu, Yara dan Fasha hanya diam, menunggu apa yang akan dilakukan sahabatnya untuk selanjutnya.

"Ayah dan Ibu pergi kemana? Kok nggak kasih tahu aku," ucap Anjani setelah beberapa saat membisu.

"Mungkin lagi ada urusan keluarga atau apa Njan, lo yang tenang yah," ujar Fasha menengkan.

"Kita akan selalu ada buat lo, tenang yah," kini Yara lah yang berbicara.

"Mendingan, sekarang kita balik aja ke Rumah gue. Mau seberapa lama lo disana, gak masalah buat keluarga gue kok Njan," ucap Fasha lalu memeluk sahabatnya.

"Terima kasih kalian selalu ada buat aku,"

***

Sementara itu, kini Ibu Anjani tengah khawatir dengan kondisi Anjani, dia merasa bersalah karena pergi tanpa pamit. Ini juga bukan kehendaknya, ia dipaksa oleh sang suami.

Sekarang, Ibu dan Ayah Anjani sudah berada di Rumah bos Ayah Anjani. Ayah Anjani sengaja membawa sang istri, entah untuk memamerkan kekayaan bosnya, atau memamerkan betapa cantik bosnya.

Karena, sejak pertama kali datang, Ibu melihat ada gelagat aneh dari suaminya itu.

"Jangan coba-coba menghubungi anak itu," ucapnya ketika melihat sang istri memegang handphone.

Ibu hanya diam, tak menanggapi. Bagaimana pun juga, Anjani sudah seperti anak kandung sendiri baginya.

Ibu sedang mencari cara untuk menghubungi Anjani. Dia, tidak ingin Anjani khawatir dan kecewa, lagi.

***

Waktu silih berganti, berjalan seperti biasanya. Kini Anjani dan kedua sahabatnya sudah siap untuk berangkat sekolah.

"Gimana? Udah siap semua?" tanya Fasha dengan tas punggung barunya.

"Heran gue, tas lo ada berapa sih Sha? Tiap hari ganti warna mulu," cibir Yara.

"Lo kalo iri bilang Ra," jawab Fasha.

"Udah-udah, jangan ribut. Jadi gak nih berangkat sekolah?" ucap Anjani menengahi sahabatnya.

Ketiganya lalu masuk ke mobil Fasha, dengan sopir yang menghantar mereka.

Ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing, Anjani bingung kedua orang tuanya kini dimana dan bagaimana.

Fasha pusing, mengapa dirinya bisa masuk ke lembah hitam. Bagaimana nantinya Ayah dan Bundanya.

Yara pening, bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada sang Ayah bahwa Anjani tak bersalah. Justru dirinyalah yang bersalah.

Seakan tahu, Yara dan Fasha sama-sama menengok dan menatap. Karena keduanya bersebelahan, sehingga Anjani tak mengetahuinya.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang