Nine

211 50 0
                                    

Anjani berjalan kesana kemari dengan benda pipih ditangan nya, benda yang sangat jarang ia gunakan jika tidak dalam situasi penting.

Situasi penting seperti kali ini contohnya. Baru saja Ibu nya mengatakan bahwa sang Ayah tidak pulang dari semalam.

Mulanya, itu wajar karena pasti sang Ayah ada di tempat mainnya.

Namun, Ibu mengatakan bahwa disana tidak ada ayahnya, juga dirumah nenek.

Nomor Ayah tak dapat dihubungi, entah berada dimana dirinya kini.

"Masalah apalagi ini Ya Allah, dengan Yara saja belum selesai," ucap Anjani bermonolog sendiri.

"Gimana Njan? Ayah kamu sudah bisa dihubungi?" tanya sang Ibu dengan raut wajah khawatir.

"Nomor Ayah tidak dapat dihubungi Bu," jawab Anjani semakin membuat Ibu cemas.

"Mungkin baterai nya habis Bu, Ibu tenang dulu yah," lanjut Anjani.

"Semoga Ayah kamu dalam kondisi baik-baik saja Njan," Tutur Ibu.

"Amin,"

***

Sementara di tempat lain, dalam dingin nya hembusan angin malam, sunyi nya suasana mencekam, sesosok manusia tengah terlelap nampak begitu kelelahan.

Ia, tidur dalam kondisi memprihatinkan, tubuh kurusnya ditopang oleh benda yang ia bawa dalam buntelan sarung.

Mungkin saja, pakaian.

Tidur nya benar-benar damai, seakan tak memperdulikan dimana jiwa nya terlelap.

Suara gemericik air mengalir sama sekali tidak membangunkan nya. Suara adzan berkumandang pun tidak di dengarnya.

Hingga akhirnya seorang bapak mencoba membangunkannya.

"Asalamualaikum," ucapnya namun sepertinya tak berefek apapun.

"Asalamualaikum," ucapnya lagi, namun kali ini dengan sedikit menggoyangkan bahu itu.

Pemilik bahu pun mendengar, ia mendongak dan menatap bingung sang bapak.

"Kenapa anda tidur disini?" tanya bapak itu dengan lembut.

"Ouh, iya pak saya sedang mencari pekerjaan," jawabnya, alibi.

Sebenarnya hanya kabur dari permasalahan yang ia lakukan kembali.

"Nama bapak siapa?" Tanya nya, lagi.

"Tino pak," jawab Ayah Anjani sembari membalas jabatan tangan nya.

"Saya Damar," tutur bapak tadi.

"Mari saya antar," lanjut pak Damar.

"Antar kemana?" tanya Ayah Anjani, bingung.

"Anda tengah mencari pekerjaan bukan? Mari saya antar untuk bekerja," jelas pak Damar.

"Baiklah, terima kasih," jawab Tino, Ayah Anjani.

***

Pagi datang menjelang, seperti yang dijanjikan oleh pak Damar, kini beliau juga Ayah Anjani tengah berada di rumah megah nan besar.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang