Twenty Three

119 33 0
                                    

Usai keputusan sang Ibu, Anjani pun bergegas mengemasi barang-barangnya. Ia akan kembali ke tempat asalnya, sembari mengingat kepingan-kepingan kenangan masa lalu.

Pendidikan Anjani pun terbengkalai, normalnya tahun ini Anjani kuliah namun apa daya, semuanya sudah terjadi.

Keluar dari kamarnya, Anjani melihat sang Ibu tengah berbicara dengan seorang pria. Cukup lama berbicara, akhirnya pria itu keluar dan Anjani mendekati Ibu.

"Tadi itu siapa, Bu?" tanya Anjani penasaran.

"Orang suruhan Papa Fasha," jawab Ibu dingin.

"Kamu sudah siap?" tanya Ibu.

"Sudah Bu, ayo kita berangkat,"

***


Redum langit jingga begitu membawa rasa ketenangan juga rasa kesakitan yang terselubung di dalam jiwa.

Banyak orang yang menyukai senja, karena dapat menikmati keindahannya. Tak sedikit pula orang yang membenci senja, karena mengingat akan luka hatinya.

Seperti Anjani, setelah berjam-jam menempuh perjalanan dari Singapura, kini ia sudah berada di tanah kelahirannya, Indonesia.

Ia tiba di Indonesia kala senja menyapa. Hatinya berdesir nyeri, kenangan-kenangan disaat senja begitu menusuk relung hatinya.

Namun Anjani tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia bersama Ibu pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taxi.

Di dalam perjalanan, keduanya sama-sama diam. Anjani sibuk menikmati suasana kota kelahirannya. Sedangkan Ibu sibuk bagaimana hidup dia dan anaknya setelah ini.

"Ibu?" panggil Anjani membuat Ibu menoleh.

"Kenapa Njan?" tanya Ibu.

"Ibu memikirkan apa?" tanya Anjani.

"Tidak apa-apa," jawab Ibu mengalihkan pandangan.

Setelah percakapan singkat itu, mereka pun sampai. Anjani keluar bersama Ibu nya sedangkan barang-barang mereka tengah dikeluarkan dari bagasi oleh supir.

Rumah Anjani masuk gang, sehingga mereka harus menempuh beberapa meter lagi untuk sampai.

Mereka pun mulai berjalan dengan barang bawaan masing-masing. Anjani bingung mengapa Ibunya terus melamun seakan memiliki beban yang cukup berat.

"Jika Ibu mengkhawatirkan kehidupan kita setelah ini, Ibu jangan khawatir, Anjani kan bisa kerja," tutur Anjani tersenyum, membuat Ibu sedikit bersemangat.

Ibu tersenyum, sangat berterima kasih kepada Allah SWT, meskipun Anjani bukan anak kandungnya, namun Anjani sudah terlalu baik untuk disebut anak pungutnya.

"Nah, sudah sampai," ujar Ibu.

"Rupanya rumah kita sangat tidak terurus yah Bu, hehehee" canda Anjani, namun memang rumah mereka sangat berdebu.

"Mari kita bereskan," ajak Ibu.

"Lebih baik istirahat dahulu Bu, kita kan dari perjalanan jauh," ujar Anjani.

"Baiklah,"

***

Sudah satu minggu Anjani dan Ibunya tinggal di tempat asal mereka. Anjani kini bekerja di salah satu toko kue di sekitarnya, yang sepertinya baru beberapa bulan buka.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang