Seventeen

131 31 1
                                    

Usai keduanya saling berpelukan dan menguatkan, keduanya kembali diam. Mencoba bersabar dengan ujian persahabatan mereka.

"Kelanjutannya kita mau gimana Ra?" tanya Fasha dengan mata nya yang masih merah.

"Jalanin aja apa adanya. Kita berdoa semoga diberi jalan keluar sama Allah." jawab Yara pasrah.

"Masalah Anjani, biar dia tahu sendiri. Gue tahu dia gak bakal bocor ke orang lain tentang kita. Hanya saja kita harus sanggup menjelaskan semuanya." Lanjut Yara.

"Bismillah." ucap Fasha dan Yara bersama.

***

Waktu terus berjalan kini Anjani telah usai dengan pekerjaan nya sebagai pelayan.

"Aku anterin yah Njan?" tanya Hamzah, laki-laki yang biasa mengantar Anjani pulang.

"Biar gue aja." ucap Sarga tiba-tiba muncul.

"Makasih Sarga tapi aku mau sama Hamzah aja." jawab Anjani berusaha sopan.

"Hamzah, biar dia sama gue aja yah? Gue juga pake motor kok." tanya Sarga gencar.

"Yaudah deh Njan. Hari ini kamu sama Sarga dulu aku juga masih ada urusan." Usai mengucapkan itu Hamzah berlalu. Teman kerja Anjani yang melihat nya cekikikan tidak jelas melihat Anjani bingung.

"Gimana?" tanya Sarga santai.

"Yaudah ayo." jawab Anjani keduanya pun keluar Cafe.

Di dalam perjalanan, tidak ada yang memulai pembicaraan. Anjani bahkan sangat menjaga jarak dengan Sarga, berusaha agar tidak menyentuh yang bukan muhrim nya.

Sampai di rumah Anjani pun Sarga masih diam hingga Anjani dahulu yang memulai pembicaraan.

"Makasih ya Sarga maaf udah ngerepotin." ucap Anjani.

Oh jadi ini Rumah Anjani?
Batin Sarga.

"Sarga?" Panggil Anjani dan membuyarkan lamunan Sarga.

"Kamu tidak sepatutnya melakukan hal itu Mas!" Terdengar teriakan dari dalam Rumah, Anjani mendadak tegang karena itu adalah suara Ibu nya.

"Yaudah gue balik." ucap Sarga seakan tahu keadaan.

Sarga pergi, Anjani langsung masuk ke dalam Rumah nya dia kaget melihat kepulangan Ayah nya yang tiba-tiba.

Ada rasa bahagia tersendiri di dalam hati Anjani, namun kebahagiaan itu lenyap digantikan dengan rasa kecewa.

Kecewa karna Ayah nya telah membuat sang Ibu menangis terkulai di lantai. Anjani memeluknya kemudian menangis bersama.

"Ayah, Ayah kemana aja selama ini?" tanya Anjani di sela-sela menangis nya.

"Bukan urusan kamu!" jawab Ayah dengan nada membentak.

"Ayah, Ayah kenapa tega sama Anjani? Anjani salah apa sih sama Ayah?" Lagi, Anjani mencari sisi kasih sayang dari Ayah nya.

"Salah kamu menjadi anak yang tak berguna!" jawab Ayah lagi dengan emosi lebih tinggi.

Anjani seakan tak terima dengan penuturan Ayah nya, dia berdiri dan meraih piala kemenangan nya. Ia peluk piala itu.

"Ayah, lihat Anjani menang lomba lagi, apa Anjani anak yang tak berguna?" Anjani terus mencoba mencari setitik rasa sayang dari hati sang Ayah. Namun sayang, bukan jawaban yang menyenangkan justru Ayah memandang dengan tatapan rendah.

Aku Ingin Ayah Solat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang