31

195 39 0
                                    

Skip..

.
.
.
.
.
.

Hari mulai malam.
Acara telah selesai sejak beberapa jam yang lalu, semua tamu sudah pulang.

Pasangan berbahagia itu telah berada di kamar mereka.
Jinhwan sedang sibuk melepaskan dasi, jas, sepatu dan perlengkapan lainnya yang ia kenakan saat acara mereka tadi.

Lain halnya dengan June, yang langsung merebahkan dirinya ke tempat tidur.

Melihat itu, membuat Jinhwan ingin tertawa. Ia menarik kedua tangan June, meminta June untuk bangun.

"June bangunlah. Pergi mandi dulu, baru tidur. June ayo bangun"

"Aku mengantuk Jinhwan, aku lelah. Biarkan aku tidur sebentar ya."

Jinhwan sedikit cemberut.
Bagaimana bisa June bersikap seperti ini di saat malam pertama mereka, apa ia tidak berniat untuk melakukan hal yang romantis.

Ia pun berhenti menarik pria tinggi itu dan melangkah ke kamar mandi.

"Baiklah terserah padamu, aku akan mandi."

Setelah tak terdengar lagi suara Jinhwan, June akhirnya bangun.
Senang rasanya menggoda Jinhwan, sampai ia terlihat seperti itu.
Ia pun melepaskan semua pakaiannya dan segera menyusul Jinhwan ke kamar mandi.



Klek...

Jinhwan begitu terkejut begitu pintu terbuka, dan menampakan seorang June yang masuk sudah tanpa busana. Spontan ia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Juneeeee, apa yang kau lakukan. Kenapa tidak bilang dulu kalau mau masuk, aku kan mau mandi."

June tidak menjawab perkataan pria mungil itu. Ia malah ikut bergabung di bag mandi, untuk berendam air hangat bersama.

Jinhwan merasakan June yang duduk di belakangnya, semakin mendekat.
Pria tinggi itu menarik pelan pinggulnya untuk mundur ke belakang, sampai punggungnya menempel sempurna di dada bidang June.

"Ada apa sayang, apa kau malu?"
Ucap June, lalu menyingkirkan tangan Jinhwan yang menutupi wajahnya.

"Ini pertama kalinya kita mandi bersama, aku sedikit gugup."

"Tidak perlu gugup atau pun malu. Kita bebas melakuakn apapun sekarang, kau seutuhnya milikku dan aku seutuhnya milikmu."

Jinhwan mengangguk pelan. Tubuhnya merasa mulai geli, karena tangan June kini telah beraksi mengelus lembut perut sampai dadanya.

"Jun, mandilah dengan benar. Kita lakukan itu nanti saja setelah mandi."

"Iya iya."

.
.
.
.

Mereka pun selesai mandi dan telah mengeringkan tubuh masing masing.

Walau belum berpakaian, setidaknya Jinhwan telah melingkarkan handuk kecil di pinggangnya untuk menutupi area bawahnya. Berbeda dengan June yang masih melum mengenakan apa apa.

Sungguh pemandangan seperti ini membuat Jinhwan salah tingkah.

"Jun. Pakailah pakaian mu, apa kau akan seperti itu terus?"

"Memangnya kenapa? Kau tidak suka melihatku seperti ini? Kau seharusnya senang bisa melihat abs ku ini tanpa halangan."

"Ish kau ini."

Tanpa aba aba, June mulai mendekat dan memeluk Jinhwan. Membawanya menuju tempat tidur. Dengan hati hati, ia melepaskan pelukannya dan menidurkan Jinhwan di sana.

Tatapan dari mata elangnya, seakan ingin segera melahap Jinhwan sekarang juga.

"Untuk apa berpakaian, bukannya kita akan segera melakukan hal itu?"

Jangan di tanya, wajah Jinhwan langsung berubah merah merona.
Setelah sekian lama, ini lah waktunya. Hanya setelah itu, ia baru benar benar akan menjadi milik June seutuhnya.

Tapi sekali lagi, luka luka yang masih tergambar jelas di tubuh Jinhwan, berhasil menarik perhatian June.

"Jinhwan, apa ini?"
Tanya June, sembari menyentuh salah satu luka gigitan yang ada di pundak Jinhwan.

"Akh... jangan di sentuh Jun."

Karena hal itu, June menunda sesuatu yang tadinya ingin sekali ia lakukan. Ia terlalu penasaran, sekaligus menjadi khawatir tentang kondisi Jinhwan.

"Jinhwan, sebenarnya apa ini semua? Kenapa begitu banyak bekas luka di tubuhmu?"

"Aku... aku tidak apa apa Jun, ini hanya luka biasa"

"Tidak apa apa bagaimana. Pertama luka di bibir mu, sekarang di tubuhmu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu saat aku tidak ada, katakan Jinhwan"

June semakin menekan kalimat kalimatnya, dan ia tau itu pertanda June akan segera marah.
Apa yang harus ia katakan sekarang, tidak mungkin ia menjelaskan semuanya.

"Sebenarnya, dua hari lalu aku sempat di serang oleh seseorang. Dan dia melukaiku seperti ini."
Ucap Jinwhan dengan nada yang sangat pelan.

"Apa! Siapa? Siapa yang berani melakukan itu padamu, apa Bobby tidak menjagamu?"

Jinhwan menutup matanya paksa, nama siapa yang harus ia sebut untuk mengelak dari June.

"Aku... aku tidak tau, aku tidak mengenalnya. Ini bukan salah Bobby, dia telah memperingatkan ku untuk tidak pergi. Tapi aku tetap pergi saat dia tertidur."

June menghembuskan napas beratnya. Jinhwan selamat, karena June kali ini tidak curiga. Pria tinggi itu malah menjadi cemas dan merasa bersalah telah meninggalkan Jinhwan waktu itu.

"June, maafkan aku."

"Kemarilah Jinhwan"

Pria mungil itu pun mendekat ke arah June untuk mendapatkan pelukan. June memeluknya erat, sembari mengelus punggungnya berulang ulang.

Jinhwan sangat menyukai hal itu.
Ketika mereka berpelukan dan kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain, membuatnya merasa hangat dan tenang.

"Maafkan aku sayang, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan mu, bahkan sedetik pun."

Jinhwan hanya mengangguk

"Apa luka luka itu masih terasa sakit? Mau kita ke dokter sekarang juga?"

"Tidak perlu Jun, ini sudah sembuh. Hanya perlu menunggu bekasnya hilang."

Jinhwan berusaha menahan tangisannya. Ia benar benar merasa bersalah dan malu terhadap kekasih tingginya ini. June begitu mencintainya, tapi ia terus membuat masalah dengan berbohong.

June pun melepaskan pelukan mereka, dan berpindah mengelus lembut pipi Jinhwan.

"Masih banyak bekas luka di tubuhmu, apa kita harus menunda malam pertama kita? Bagaimana menurut mu?"

"Tidak perlu seperti itu Jun, aku bilang aku tidak apa apa. Ayo lanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda."

June terkekeh
"Kau sungguh tidak sabar ya"

"Berhenti menggodaku bodoh."













Hayo di vote, gartis kok gak pake biaya sedikit pun☺

Me after YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang