10

215 48 2
                                    

Jinhwan telah sampai di taman yang di maksud. Pandangannya memencar mencari orang yang menghubunginya tadi, apa mungkin ia benar benar kembali.

Dan benar. Pria yang menelponnya tadi benar benar ada disana, duduk manis di salah satu bangku taman.
Dengan sedikit berlari, Jinhwan datang mengahampirinya.

Pria itu berdiri dari dari posisi duduknya, si pria mungil ada di hadapannya sekarang. Begitu senangnya ia bisa kembali melihat Jinhwan, setelah dua tahun lebih ia menetap di Amerika.

"Hanbin kau disini? Kapan kau datang?"
Ucap Jinhwan, sedangkan Hanbin hanya tersenyum.

"Kau seharusnya bilang, aku kan bisa menjemputmu. Kemana barang barangmu?"

"Ada di apartemenku"

"Kau datang tiba tiba, bagaimana dengan sekolahmu? Apa ayahmu tau kau kesini? Ia tidak melarangmu?

Hanbin hanya terus tersenyum, ia begitu senang melihat Jinhwan yang terlihat semakin manis.

Tanpa di sadari, ada seseorang yang ternyata dari tadi memantau mereka dari balik pohon, yang berjarak cukup jauh dari tempat mereka bicara.
Oh Sehun. Ia melihat kedatangan  Jinhwan yang seperti tergesa gesa tadi. Karena penasaran ia pun membuntutinya, dan disinilah ia sekarang.

Ia tidak bisa mendengar dengan jelas isi pembicaraan mereka, ia juga tidak mengenal pria yang bersama Jinhwan itu. Posisinya tidak menguntungkan, pria yang bersama Jinhwan itu berdiri membelakanginya, wajahnya jadi tidak terlihat.

Kembali lagi pada Hanbin dan Jinhwan.
Mereka masih pada posisi tadi, berdiri saling berhadapan.
Jinhwan mulai merasa aneh karena di pandang terus terusan oleh Hanbin tanpa berpaling, sepertinya Hanbin terlalu berlebihan dengan rasa senang dalam hatinya.

"Jinhwan.."

"Hmm?"

"Bisahkan aku memelukmu? Aku begitu merindukanmu"
Ucap Hanbin spontan.

Jinhwan pun mengangguk pelan, mengiyakan permintaan temannya itu. Hanya sebuah pelukan, tidak apalah.

Hanbin pun dengan senang hati mendekat dan melingkarkan lengannya ke leher Jinhwan, seraya mulai mengusap ngusap rambutnya sayang. Jinhwan pun sedikit membalas pelukan itu, entah kenapa ia merasa canggung dengan perlakuan Hanbin itu. Ia tidak mau memeluk sembarangan orang, walau pun Hanbin teman lamanya.

Sehun yang dari tadi masih setia memantau pun ikut terkejut, melihat orang yang ia pantau tiba tiba berpelukan.
Seketika ia tersenyum, sesuatu hal terlintas dalam pikirannya. Ia pun segera mengeluarkan ponsel genggamnya dan mengabadikan moment itu. Ia memotret Jinhwan yang masih dalam pelukan Hanbin, ia semakin penasaran siapa Hanbin sebenarnya.

Kemudian hal yang lebih tak terduga terjadi, mata Sehun bahkan membulat sempurna saking terkejutnya.

Hanbin tiba tiba melepaskan pelukannya, dan menakup kedua pipi Jinhwan. Ia menatap sejenak wajah imut yang terlihat bingung itu.
Tanpa bertanya atau permisi, Hanbin langsung mengecup bibir cerry kemerahan itu. Ya, ia mencium Jinhwan disana.
Hanbin sadar taman itu sedari tadi sepi, membuatnya tidak segan segan melakukannya walau itu tempat umum.

Yang di cium pun tersentak kaget.
Ciuman itu hanya berlangsung sekitar 5 detik, karena Jinhwan langsung mundur menjauhkan dirinya dari Hanbin. Ia benar benar bingung kenapa Hanbin melakukan itu, kenapa Hanbin harus menciumnya. Ini keterlaluan, ia sama sekali tidak suka.

"Apa yang baru saja kau lakukan Hanbin? Kenapa...kenapa kau menciumku?"
Jinhwan sedikit menaikan nada suaranya, sementara Hanbin masih terlihat tenang seakan yang baru saja ia lakukan bukan masalah.

"Maaf Jinhwan aku kelepasan, aku sangat merindukanmu. Maaf yang tadi itu spontan, tiba tiba saja aku melakukannya. Maaf ya"

Jinhwan masih menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan. Tidak mau si pria mungil itu menjadi kesal, Hanbin pun menarik pelan lengannya dan mengajaknya duduk.

"Maafkan aku, tolong jangan marah ya"
Bujuknya

"Jangan lakukan itu lagi, aku tidak suka"

"Iya iya"

Moment berciuman tadi berhasil terabadikan di ponsel Sehun, sekarang foto foto itu tersimpan di galeri ponselnya. Ia tertawa geli melihat foto foto itu, sungguh ini akan menjadi berita besar besok.
Ia mulai memikirkan dimana tempat yang bagus untuk ia tempeli foto foto itu. Baiklah, mari kita lihat bagaimana nasib Jinhwan besok.

...

Disisi lain, June telah siap dengan setelan jaz birunya. Ia benar benar tampan, sungguh.
Bersama sang ayah, ia melangkah memasuki restoran megah bintang lima. Sudah ada meja yang di pesan khusus untuk mereka, terlihat juga beberapa kenalan ayahnya disana.

"Selamat datang tuan Koo. Hallo June, bagaimana kabarmu"
Sapaan sang sekertaris, begitu mereka duduk bergabung.

"Ya, aku baik"
Jawab pria tinggi itu dengan senyum kakunya.

Setelah semua yang di undang telah hadir, mereka pun memulai pertemuan itu. Tentu saja itu bukan pertemuan resmi, melainkan hanya membicarakan bagaimana perkembangan YG Corporation.

Membosankan, kapan acara tidak berguna ini akan selesai. Kenapa ia harus terjebak di sini, sialan.
Ya, kurang lebih begitulah yang dari tadi di pikirkan June. Si pria tinggi itu sama sekali tidak senang, ia tidak suka sikap ayahnya yang selalu mengajaknya mengikuti pertemuan pertemuan mendadak seperti ini.

Ia hanya akan duduk di sana sepanjang waktu, mendengarkan mereka bicara tentang hal hal yang bahkan ia sendiri tidak memahaminya. Tapi bagaimana lagi, sebagai calon penerus perusahaan, June mau tidak mau harus ikut serta walau hanya sebagai pendengar.

...

Waktu terus berjalan, hari pun sudah gelap. Dari awal makanan datang, sampai meja sudah kembali bersih rapih, pembicaraan mereka belum juga selesai.
Baiklah June mulai geram sekarang.
Ia memutar otak, mencari cara agar bisa lolos dari tempat itu.

"Eh permisi maaf mengganggu. Aku mau keluar sebentar, aku merasa sedikit kepanasan disini"
Ujar June yang tiba tiba berdiri dari tempat duduknya

"Mau kemana Jun?"

"Hanya di depan ayah, tidak akan lama. Aku cuman mau cari angin sebentar, ya"

Mereka pun mengangguk mengiyakan perkataan June. June sumringah senang, tanpa menunggu lagi ia pun segera pergi keluar meninggalkan tempat itu.

Sesampainya di luar, ia harus kembali mencari cara untuk pulang. Bodohnya ia yang tidak membawa mobil sendiri, dan malah datang bersama ayahnya tadi. Taxi pun tidak terlihat melintas.

Sekitar 20 menit ia berpikir disana, entah kebetulan atau tidak, tiba tiba si pria mungil melintas dengan motornya di depan June. Secepatnya June pun memanggil seraya meneriaki namanya berulang ulang.
Jinhwan tentu saja tidak tuli, ia mendengar seseorang baru saja memanggil namanya.

Ia menepi. Di lihatnya dari spion, si pria tinggi masih memanggilnya sambil melambai lambaikan tangannya.
Jinhwan belum menoleh, haruskan ia menoleh? Bukannya tadi siang June baru saja membentaknya agar tidak lagi berada di dekatnya? Lalu apa ini, kenapa sekarang June memanggilnya...








Untuk para pembaca, jangan lupa tinggalin vote nya😊

Me after YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang