41

136 36 3
                                    

Ruangan gelap, hanya ada lampu lampu kecil berwarna warni yang menghiasi setiap ruangan.
Musik di putar dengan begitu kencang, dan di penuhi dengan orang orang yang ingin menghibur diri mereka sendiri.

Ya, itu adalah salah satu clup malam yang ada di Amerika.
Seorang pria tinggi berkulit putih, dengan mata setajam elang juga sedang berada disana.

Sudah hampir empat jam ia berada di sana, dan sekarang ia sudah sangat mabuk. Walau begitu, ia masih terus minum.
Masih ada sebotol alkohol di genggamannya, yang sesekali ia teguk.

"Hi, can i sit with you?"

Tiba tiba seorang wanita dengan pakaian ketat datang menghampirinya. Wanita itu duduk di sampingnya, sembari mencoba merangkulnya, membuatnya kesal.

"Menjauh dari ku sialan, pergi kau."
Ucap pria itu, lalu menjauhkan tangan wanita tadi darinya.

"Ouh kau orang Korea? Kebetulan sekali, aku juga. Mau berdansa bersamaku?"

Wanita berpostur sexy itu, berusaha menggodanya. Tapi tentu bukan hal yang mudah.

"Menjauh dari hadapanku, kau bukan tipeku."

Ucap si pria tinggi, kemudian menghabiskan minumannya dengan satu kali tegukan. Wanita itu tidak tinggal diam. Ia hanya tertawa kecil, lalu meraih paksa wajah si pria tinggi dan memberikan kecupan di bibirnya.

Mereka mulai berciuman di sana, si pria tinggi awalnya tidak menolak.
Ia mengikuti alur dengan membiarkan bibirnya di cumbu oleh wanita yang entah siapa namanya.

Tapi kemudian, sesosok wajah manis nan imut tiba tiba terlintas di pikirannya. Wajah yang selama ini berusaha ia lupakan, tapi nyatanya ia tidak bisa.

Seketika ia pun langsung menyudahi ciuman itu dan berdiri menjauh dari wanita yang menciumnya.

"Cara berciumanmu sangat buruk. Berlatihah dulu sebelum berani mencium orang lain. Dasar ja***g!!"

Ucapnya kemudian beranjak pergi dari tempat itu, menuju kediamannya.

Siapa lagi si pria tinggi itu, kalau bukan seorang Koo June. Yang telah menghilang selama dua bulan lebih, dan membuat semua orang kewalahan mencarinya.

Malam di saat ia bertengkar hebat dengan Jinhwan, ia tidak menginap di mana pun. Melainkan langsung berangkat ke Amerika, dengan di bantu salah satu temannya yang ada disana.

Dan selama di Amerika ini, June tinggal bersama temannya itu.
Ia sengaja tidak pergi ke apartemen atau pun hotel mereka, karena ia sengaja tidak ingin di temukan.

Dari clup tadi, ia berjalan menuju apartemen temannya. Sepanjang jalan, ia terus menabrak orang orang yang ia lewati. Pandangannya menjadi kabur, kepalanya sangat pusing.

Di tambah lagi dengan wajah Jinhwan, yang tiba tiba terus terbayang dalam ingatannya. Membuatnya sangat frustasi.

Sejujurnya ia sangat merindukan pria mungilnya itu, sangat...
Tapi mengingat apa yang telah terjadi, bagaimana Jinhwan menghianatinya, membuat amarah dalam hatinya kembali berkobar.

Kartunya telah lama di nonaktifkan, mereka tidak lagi berkomunikasi.
Bagaimana keadaan Jinhwan sekarang, ia pun tidak tau.
Tapi yang pasti, Jinhwan akan baik baik saja selama ia tinggal di rumahnya.

Tanpa sadar, June mulai berjalan ke arah jalan. Langkahnya terbawa begitu saja, menuju jalan raya yang masih cukup ramai.

Dan entah apa yang ia pikirkan, tiba tiba ia berhenti di sana. Tepat di tengah jalan. Orang orang yang melihatnya terus berteriak memintanya untuk pergi, namun ia sama sekali tidak menghiraukannya.

Ia hanya tetap diam mematung. Sampai akhirnya dari depan, terlihat sebuah mobil sedang melaju ke arahnya. Mobil itu terus membunyikan klaksonnya, namun June seakan tuli dan tetap saja diam disana.

Saat mobil itu semakin mendekat, June memejamkan kedua matanya pelan. Mungkin inilah yang seharusnya terjadi, ia akan segera mati...

.
.
.
.
.
.
.







"June....!"

Jinhwan terbangun dari tidurnya.
Ia bermimpi buruk, dan seketika ia teringat dengan June.

Perasaannya menjadi tak karuan, jantungnya berdegup kencang.
Ia benar benar khawatir. Ia sangat ingin tau, bagaimana keadaan pria tinggi itu sekarang.

Mungkin inilah yang di namakaan sehati. Perasaan mereka saling terhubung, karena kuatnya cinta masing masing.

Tapi sekali lagi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Nomor ponsel June tidak lagi aktif. Sungguh ia ingin sekali mendengar suara June..

.
.
.
.












Drrrtt.... drrttt... drrttt...

Ponsel Yunhyeong bergetar berulang ulang. Karena ponselnya yang di letakkan di atas meja, membuat suara getaran itu sangat jelas terdengar.

"Siapa yang menelpon malam malam begini astagaa."
Gerutunya.

Tidak mau membuat Donghyuk terbangun, ia pun segera mengangkatnya.

Terhubung
.
.

<-- "Ya Hallo, siapa ini?"

--> "Yunhyeong, ini saya Tuan Kim. Maaf mengganggumu malam malam begini. Saya hanya ingin memberi tahu...

<-- "Tunggu sebentar. Maaf Tuan Kim siapa ya?"
Yunhyeong memotong pembicaraan orang itu. Ia bingung karena nomor yang menghubunginya itu bukan nomor Korea, melainkan berasal dari luar negeri.

--> "Saya ayahnya Hanbin, kau lupa ya."

Yunhyeong sedikit terkejut sekaligus bingung. Kenapa ayahnya Hanbin tiba tiba menelponnya.

<-- "Oh iya pak Kim, saya ingat maaf. Ada apa ya, anda perlu sesuatu?"

--> "Saya menelpon mu karena ingin memberi tahu, kalau June sekarang sedang berada di rumah saya. Dia pingsan di tengah jalan, saya juga sangat terkejut kenapa dia bisa sampai disini."

Mendengar itu, sontak Yunhyeong langsung melompat dari tempat tidurnya ke lantai. Ia terkejut dua kali lipat dari tadi.
Dan karena ulahnya itu, Donghyuk pun akhirnya ikut terbangun.

<-- "Dia ada di sana? Di Amerika? Syukurlah, kami disini sangat kebingungan mencarinya."

--> "Iya dia disini. Maaf menelponmu, karena nomor ayahnya June dan yang lain tidak bisa di hubungi"

<-- "Ya ya tidak apa apa. Tolong pak Kim tahan dia disana, saya akan segera kesana sekarang juga."























Silahkan tinggalkan jejaknya😴

Me after YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang