Renjana mungkin memang benar menyukai barang-barang bermerek dan pergi ke tempat-tempat fancy. Semua cukup terlihat dari gaya berpakaian dan apa yang menempel di badannya. Tapi bukan berarti ia bakal menolak jika diajak makan di pinggir jalan. Renjana masih doyan kok. Sama seperti Desi yang suka berburu street food ibukota. Lain halnya Desi, Saskia, yang notabene memiliki profesi sebagai public figure harus selalu memilih dan memperhatikan tempat yang ia tuju. Hampir tidak pernah baginya menyambangi warung tenda di pinggir jalan karena ogah mengundang keramaian.
Maka kalau Renjana sedang bersama dengan Saskia, apalagi berdua saja, sudah dapat dipastikan ke mana tempat tujuan mereka. Malam ini giliran salah satu restoran chinesse food di Grand Indonesia yang disambangi Renjana serta Saskia. Restoran yang menu termurahnya saja seharga seratus lima puluh ribuan.
Dan Renjana masih menyayangkan kenyataan yang membuatnya bertemu dengan Senandika di tempat seperti ini. Kenapa sih selalu ada pertemuan tak terduga di antara mereka? Sudah cukup mulut jahil Rama yang menggodainya seharian ini dan kemarin gara-gara memergokinya makan berdua saja dengan Senandika di pantry.
Ekspresi Senandika sama terkejutnya ketika bertemu Renjana tanpa sengaja di luar jam kantor seperti ini.
"Sama siapa?" tanya Renjana sambil celingak-celinguk. Siapa tau Senandika datang dengan teman perempuannya? Atau dengan Rama? Ugh, ia malah malas bertemu lelaki dengan seribu mulut itu.
"Sendirian."
Keterkejutan Renjana tidak dapat dikontrol lagi. I mean, orang gila mana yang makan sendirian di restoran fancy kayak gini, wtf?!
Lalu Saskia bergabung bersama mereka. Menepuk pundak Renjana lalu menunjuk Senandika dengan jarinya yang lentik. "Kenal?"
Senandika sendiri tentu kenal dengan mereka. Satunya adalah perempuan yang masih membuat hatinya meradang tiap ingat kalau ternyata gadis itu sudah memiliki kekasih--yang belum dikonfirmasi secara langsung oleh Renjana--dan siapa tidak ingat perempuan semampai yang mengenakan bodycon dress merah marun itu? Saskia Swarantika Putri, aktor kenamaan ibukota yang selalu menghasilkan film-film box office. Oh iya, mereka pernah bertemu sekali dulu di club.
"Teman kantor gue," jawab Renjana datar.
"Ah, lo sendirian serius? Bareng kita aja kalau gitu. Kita juga cuma berdua kok," ujar Saskia tanpa meminta izin pada Renjana terlebih dahulu.
Oh, mimpi apa Senandika semalam diberikan kesempatan satu meja dengan Saskia Swarantika Putri untuk yang kedua kali? "Yakin nggak masalah?"
"Nggak lah santai, iya nggak, Na?"
Senandika tau kalau raut wajah Renjana menunjukkan penolakan yang tidak enak untuk diutarakan. Tapi Senandika tau dia sudah gila ketika ia lebih memilih mengikuti langkah Saskia untuk duduk di meja terdekat.
Obrolan di sela makan malam itu berlangsung biasa saja. Lebih didominasi oleh Saskia yang menceritakan pengalaman menariknya kala syuting film terbarunya di Lombok beberapa minggu yang lalu. Renjana dan Senandika menimpali sesekali dan secukupnya. Dan nampaknya Saskia juga tidak masalah dengan hal itu.
Sampai akhirnya dua orang lain menyapa Saskia. Adalah dua selebritas lain yang secara tidak sengaja melihat eksistensi Saskia di sini.
"Ih, apaan sih. Tapi kan gue nggak diundang sama Bara."
"Ya udah sih ya. Ikut aja, it will be fun you know kalo lo muncul di sana. Daaan, kalau misal nanti ada yang videoin terus videonya ke blow up kan lumayan juga buat promo film lo yang bulan depan keluar. Ih gila deh lo, Sas, setahun ada berapa film sih yang lo ikutin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Days After We Met
General Fiction"Kenapa kamu bisa sepercaya diri itu kalau saya tertarik? Maaf, saya sudah terlalu hafal permainan-permainan klasik laki-laki seperti kamu. Dan lagi, kamu bukan selera saya." "Maksud kamu apa? Saya pernah lakukan kesalahan sama kamu sampai sebeginin...