23. our encounter

4.9K 649 31
                                    

Hari yang cukup indah untuk Merakai. Tidak begitu banyak hal yang harus ia selesaikan sehingga memberinya kesempatan untuk bertemu Bella--kawan seperjuangan semasa menempuh pendidikan pascasarjana beberapa tahun lalu. Dan yang paling mengesankan jelaslah tempat Bella bekerja sama dengan tempat kekasihnya bekerja. Jadi, Merakai sudah sempatkan waktu sebelumnya untuk mengajak Renjana bertemu di Binar Sentika--biar masih dikira pacar.

Renjana menjawab iya dan mengatakan akan turun sekitar pukul lima. Dan pada pukul lima itu pulalah, janji temunya dengan Bella berakhir.

Perempuan berambut panjang keriting dengan setelan serba hitam itu berpelukan kasual dengan Merakai. "See you next time, Kai. Happy to meet you again."

Merakai menepuk pinggang Bella lalu mereka berdua melepaskan pelukan. "Me too. Agendakan bisalah. Nanti sekalian ajak Vincent. Anak itu udah balik ke Indo lagi, kan."

Bella mengangguk. "Gue pergi dulu ya." Dan perempuan dengan tinggi badan bak model itu melenggang pergi.

Merakai melirik jam tangam bertali kulit di pergelangan tangannya. Sudah pukul 17.13 menit. Dan Renjana masih belum menampakkan diri. Ketika Merakai mengirimkan pesan kepada perempuannya, hingga tiga menit berlalu jawaban tak kunjung datang. Bahkan tanda di pesan tersebut masih menunjukkan simbol centang satu. Ke mana Renjana pergi?

Mungkin handphone-nya lowbat, pikirnya positif.

Sudah beberapa waktu terakhir Merakai terlatih untuk tidak menunggu Renjana. Untuk tidak memberondong perempuan itu dengan pesan-pesan atau panggilan telepon. Pun juga kali ini. Setelah menempelkan headset bluetooth ke telinga kanannya, Merakai memilih memutar salah satu film di Netflix lewat laptop yang terbuka di atas meja.

Film adalah kesukaannya. Selain pekerjaan dan maket, Merakai bisa dengan mudah tenggelam saat menonton film. Jelas tak butuh waktu lama bagi Merakai untuk larut dalam tontonannya. Kalau sudah begini, bahkan kopi yang mendingin di sebelah laptopnya tak akan tersentuh. Matanya menatap lekat pada runtutan adegan demi adegan yang ditampilkan. Jas berwarna cream masih tersampir di sandaran kursi. Sungguh, Merakai benar-benar terlihat menawan dengan sweater putihnya serta raut serius menatap layar laptop.

Sampai sebuah tangan dengan jari jemari lentik yang kukunya berwarna merah mampir di pundaknya. Membuat Merakai terperanjat dan segera mem-pause tontonan. Ia menoleh ke kanan, ada Renjana dengan kemeja biru laut dan pencil skirt selututnya berdiri sambil tersenyum manis. Perempuan itu segera duduk pada kursi tempat jas Merakai tersampir. "Maaf ya telat. Kirain kamu masih ngobrol sama temen kamu."

Merakai tak langsung menjawab. Ia membereskan piranti menontonnya terlebih dahulu dan memasukkannya ke dalam tas. "Bella ada urusan, jadi nggak begitu lama juga ketemuannya tadi. Kerjaan kamu udah selesai?"

Renjana mengerucutkan bibir sambil menggelengkan kepala. "Baru selesai meeting jam lima tadi, jadi masih ada kerjaan yang harus dikerjain habis ini."

"Ya udah. Sekarang mending makan deh," ujar Merakai mengelus surai lembut Renjana. Ia selipkan helaian rambut Renjana ke belakang telinga.

"Udah pesen di Go-Food tadi. Lagi pengin tongseng ayam. Aku ngopi aja di sini nggak papa, kan?"

"Enggaklah," jawab Merakai.

Obrolan mereka terinterupsi oleh pelayan yang mengantarkan kopi pesanan Renjana. Saat itulah Merakai menemukan sesosok laki-laki yang tak asing baginya. Berada di satu atap yang sama sedang duduk berdua bersama seorang perempuan manis yang mengenakan bandana berwarna peach. Lalu pandangan Merakai beralih pada Renjana yang tengah menyesap kopinya pelan-pelan.

Days After We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang