Malam hari di hari yang sama dengan konfrontasi Senandika....
Tempat tinggal Merakai bukan tempat tinggal dengan keamanan ketat seperti milik Renjana. Di mana tamu tidak bisa sembarangan masuk jika tidak mempunyai kartu akses. Apartemen di Merakai menerapkan akses bebas masuk kepada siapa saja dengan syarat menukar kartu identitas dengan sebuah kartu pengunjung.
Renjana sering datang ke sini, tapi itu sudah berbulan-bulan lalu. Kemunculannya kembali malam hari ini tentu saja membuat satpam yang sudah mengenalnya sebagai calon istri Mas Merakai itu tersenyum lebar dan menyapa, "Hai, Mbak Rena. Waduh ke mana aja nih, Mbak, lama nggak dateng?"
Renjana menyunggingkan senyum tipis. "Nggak ke mana-mana. Merakainya sudah pulang kan, Pak?"
"Sudah, Mbak. Belum lama kok, baru aja naik."
"Makasih, Pak." Sambil memasukkan kartu pengunjung ke dalam tas, Renjana melangkahkan kaki ke lift yang akan membawanya pada lantai tempat unit Merakai berada.
Hanya butuh waktu lima menit bagi Renjana untuk bisa sampai di depan unit milik Merakai. Ia menekan bel sebanyak dua kali. Beberapa saat kemudian suara Merakai terdengar dari interkom. "Siapa?"
Terlebih dulu Renjana berdeham, baru membuka suara, "Rena, Kai."
Interkom itu tidak mengeluarkan suara lagi. Layarnya juga masih gelap. Namun suara kunci pintu terbuka membuat Renjana menghela napas lega. Setidaknya Merakai masih sudi membukakan pintu untuknya. Meski saat Renjana melangkah ke dalam, tidak ada wajah riang Merakai yang menyambutnya seperti biasa. Lelaki dengan kaos putih tipis itu memunggunginya di sofa ruang tengah.
Renjana meletakkan sepatunya di rak dekat pintu. Tak banyak yang berubah dari apartemen Merakai. Meski bunga anggrek yang dulu ia taruh di beberapa sudut untuk menjadi penyegar mata kini telah berganti menjadi berbagai jenis Monstera. Menghampiri Merakai di sofa rupanya adalah hal yang selanjutnya Renjana lakukan. Benar kata satpam di bawah, Merakai baru pulang kerja. Ia masih mengenakan celana bahan. Tas, jas, serta kemejanya masih ada di atas single sofa dan lelaki itu tengah menikmati makan malamnya--rice bowl hasil dari order lewat ojek online tentu saja. Makanannya juga belum berkurang banyak.
Renjana meletakkan satu kotak roti bakar yang dibawanya ke atas meja. "Kamu baru sampai?" tanya Renjana pelan. Meski sudah mempersiapkan diri kalau-kalau Merakai tak mau berbicara dengannya, Renjana tetap saja merasa gelisah kalau kekhawatirannya benar-benar terjadi.
Merakai hanya mengangguk sekilas dan melanjutkan suapannya. Di sela-sela suapan itu ia membuka suara. Hal yang membuat Renjana menghela napas lega. "Tunggu aku selesai makan baru kita bicara." Ya, orang seperti Merakai pasti paham kedatangan Renjana ke sini setelah berbulan-bulan sama-sama absen dari kehidupan masing-masing.
"Anggreknya pada ke mana, Kai?"
"Ah, itu...," Merakai menjawab kikuk. Wajahnya terlihat sungkan hendak menjawab pertanyaan tiba-tiba dari Renjana. "Sebagian aku jual, sebagian lagi diminta temen."
Renjana hanya bisa meringis mendengar itu. "Terus tanaman itu dari siapa?" Ia menunjuk tiga buah Monstera yang ada di atas rak sepatu dekat pintu masuk, di atas meja makan, dan yang berukuran paling besar di dekat pintu balkon.
"Dari Mama. Aku minta cariin tanaman buat interior."
Rupanya lelaki itu sudah menyelesaikan makanannya. Meletakkan box makanan yang sudah kosong ke dalam kantong plastik putih dan segera menenggak air dari gelas di atas meja. "Jadi mau ngomongin apa lagi?" Merakai bahkan tak mau repot-repot berbasa-basi.
Renjana menelan ludahnya susah payah. Apa yang sudah ia persiapkan di dalam kepala seolah menguap. Ia ingin pembicaraan ini dilalui tanpa amarah. Namun sepertinya sudah gagal sejak kalimat pertama keluar dari bibir Renjana setelahnya. "Kita ini masih pacaran nggak sih?" Pertanyaan yang jelas mengundang kernyitan di dahi Merakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days After We Met
Fiksi Umum"Kenapa kamu bisa sepercaya diri itu kalau saya tertarik? Maaf, saya sudah terlalu hafal permainan-permainan klasik laki-laki seperti kamu. Dan lagi, kamu bukan selera saya." "Maksud kamu apa? Saya pernah lakukan kesalahan sama kamu sampai sebeginin...