🌹- 31

1.6K 285 22
                                    

Mobil Chaeyoung berhenti tepat di depan sebuah rumah berpagar coklat yang menjulang tinggi. Ia buru-buru mematikan mesin mobilnya. Chaeyoung keluar dari mobil sambil memegang sebuket mawar putih di tangan kirinya dan sebuah kartu di tangan kanannya. Karena sudah hapal betul dengan rumah itu, Chaeyoung langsung membuka pagarnya sendiri tanpa memencet bel karena dulu ia memang sering datang ke rumah itu. Tapi akhir-akhir ini ia sudah jarang menginjakkan kaki di rumah tersebut. 

Chaeyoung menggedor-gedor pintu utama rumah itu dengan tidak sabaran. Bukan tidak sopan, tapi Chaeyoung memang sudah hapal betul kalau orangtua dari orang yang ia cari sekarang sedang tidak ada di rumah kalau jam begini. Kan sudah dibilang, Chaeyoung sering datang ke rumah ini dulu. 

Akhirnya pintu yang daritadi Chaeyoung ketuk-ketuk dengan tidak sabaran terbuka, menampilkan seorang pemuda yang memakai seragam sekolah yang sama dengan yang Chaeyoung pakai. Awalnya lelaki itu menatap bingung ke arah Chaeyoung, tetapi ia langsung tersenyum saat mendapati sebuket mawar putih di tangan Chaeyoung. 

"Kalo kedatangan lo ke sini cuma mau minta penjelasan tentang bunga itu, gue rasa gue udah nulis dengan cukup jelas di kartu itu." ucap lelaki itu.

"Gak. Yang ini gak bisa gue diemin aja. Kita udah temenan loh dari dulu." balas Chaeyoung.

Taehyung tersenyum miris saat mendengar kata 'teman'. Walaupun memang kenyataannya begitu, mereka sudah temenan dari SMP. 

"Iya, gue tau kita temen. Tapi gue gak tau kalau gue bakal suka sama lo."  

"Tae, sori-" sebelum Chaeyoung menyelesaikan ucapannya, Taehyung sudah tau apa arti kata maaf dari Chaeyoung.

"Gak papa, gue udah tau. Gue nulis di kartu itu bukan karena gue mau denger jawaban lo. Gue cuma mau ngasih tau perasaan gue yang udah berubah aja." 

Chaeyoung menghembuskan nafasnya dengan berat, "Kita masih temenan, kan?" 

Taehyung mengangguk, "Masih, kalau itu mau lo."

Chaeyoung menatap Taehyung dengan tatapan iba.

"Gak udah natap gue kayak gitu juga kali! Berasa habis ditolak gue." ucap Taehyung.

Chaeyoung menampilkan senyum jailnya, "Kan emang abis ditolak."

"Sialan. Biarim ditolak, yang penting berani ngungkapin, gak kayak yang di sana tuh."

"Di sana yang mana?"

"Ada lah pokoknya."

Chaeyoung tertawa, "Udah ah, gue mau ngajak lo makan. Kali ini gue yang traktir. Merasa bersalah banget gue kalo pergi sekarang."

"Bagus deh kalo lo ngerasa bersalah."

"Sialan." 

Taehyung tertawa. 

"Btw lo kenapa sih ngasih mawar putih. Aneh banget. Ngajak nikah lo?" tanya Chaeyoung.

"Yeu... Ngelunjak nih anak. Siapa juga yang mau ngajakin lo nikah?! Gue ngasih mawar putih karena cocok sama gue yang mau menyampaikan perasaan ke elo tanpa minta balasan."

Chaeyoung manggut-manggut doang, "Tumben lo romantis."

"Dari dulu kemana aja neng?"

"Nyesel gue muji."

Tidak lama setelah itu, mereka pun pergi dari rumah Taehyung pake mobil Taehyung. Taehyung bersikeras untuk menggunakan mobilnya, padahal Chaeyoung sudah bilang kalau ia bawa mobil. Tapi memang dasarnya Taehyung yang tidak jelas jadinya ia menyuruh Chaeyoung meninggalkan mobilnya di rumahnya saja. Tapi tidak papa sih, karena sebenarnya rumah mereka dekat. 

First TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang