00. Prolog

806 74 26
                                    

     Ketakutan kian merasuki. Tidak ada gunanya Kasa menangis. Bahkan air mata itu tidak berarti bagi Rissa-orang yang telah membesarkannya selama ini, setelah kepergian kedua orang tua dan kakak perempuannya. Retakan kaca itu berserakan, bahkan si pemilih puing-puing itu hanya bisa memendam rasa sakit.

     "Cepat bersihkan! Jika aku kembali, dan retakan kaca ini masih ada, kamu tidak boleh makan selama tiga hari." Wanita itu berlenggang pergi, meninggalkan Kasa bersama retakan kaca yang tersebar di seluruh lantai dapur.

     Berulang kali Kasa mengerjapkan matanya. Pandanganya semakin kabur, netra kirinya begitu merah, sebentar lagi hujan yang diundang terpaksa akan turun membasahi pipi tirusnya. Kasa meraung dalam diamnya, ia hanya membiarkan tetesan itu jatuh satu-persatu, menyatu dengan kilatan puing kaca.

     Apakah orang cacat sepertiku ditakdirkan hidup seperti ini? batin Kasa menggemakan kalimat itu berulang kali.

     Tidak ada pilihan lain bagi Kasa, selain harus menuruti semua perkataan Rissa. Perlahan tangan kanan lelaki itu mengambil pecahan kaca. Hanya berandalkan mata kirinya yang masih bisa menerima pantulan cahaya.

     Sesekali Kasa menjerit. Padangannya yang kabur, membuatnya kesusahan membersihkan serakan kaca itu. Darah segar menetes di ujung jari telunjuknya. Lekas Kasa memasukkan jari itu ke mulutnya. Mengisap darah yang ke luar dan memuntahkanya di wastafel.

     Kasa begitu tergesa melangkahkan kakinya, hingga ia lupa jika retakan kaca masih ada yang tertinggal di atas lantai. Ia pun kembali meringis, kedua kakinya menginjak retakan kaca itu. Kini ia hanya bisa menghembuskan napas kasar. Perlahan ia mencabut retakan kaca yang menempel di telapak kakinya. Beruntung, retakan kaca itu tidak tertusuk terlalu dalam.

     "Pakai ini." Tangan kecil dan mulus terpampang jelas di depan muka Kasa. Ia mendongak, seulas senyum paksa menghiasi bibir tipisnya.

     "Tidak perlu sampai segininya, ka-" Kalimat gadis itu terpotong. Tangannya dicegat ketika ia hendak membersihkan luka Kasa. Deepa pun langsung menoleh pada pemilik tangan yang mencegatnya.

     Kasa memberi isyarat pada Deepa untuk kembali dan tidak perlu mengurusnya. Karena ia tahu, tidak ada yang mulus di antara mereka berdua.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●


Salam manis dari aku🤗
Jenna...


Hai haii.. Aku kembali dengan cerita baru.. Ini adalah event graduation ku di halloauthor. Terima kasih buat kak elsyjessy_ yang mau nerima keluh kesahku dalam pembuatan book ini🤧 Jangan bosen ya, kak, untuk selalu dengerin curahan hati aku, upss🤭

Semoga kalian suka, ya, sama cerita ini😊
Mohon beri dukungan, kritik dan saran.
Have a nice day 😊

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang