03. Ablepsia: Pesta Ulang Tahun

236 46 34
                                    

     Deepa memejamkan kedua matanya—khidmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Deepa memejamkan kedua matanya—khidmat. Usai lilin itu berhasil ia padamkan, kepulan asap putih mengudara. Tepukan riuh tamu menggema di gelapnya malam. Suara bising ucapan selamat ulang tahun, membanjiri indera pendengaran. Kini tangan kiri Deepa mengambil piring mika, dan tangan kanannya memegang pisau kue, siap untuk memotong kue di depannya. Tentu, potongan pertama ia berikan pada ibu tercintanya—Rissa, dan berlanjut ke Ayahnya.

     Semburat bahagia terpancar di wajah manis Deepa. Setelan gaun biru muda selutut, menambah kesan cute pada gadis itu. Deepa tidak menyukai riasan tebal, ia hanya memakai riasan seadanya. Natural dan fresh. Rambutnya dibiarkan tergerai, dengan jepitan biru tua di sisi kanan kepalanya. Sunggingan senyum tidak pernah pudar.

     Deepa memang tidak memiliki teman di tempat kelahirannya, lalu siapa saja tamu yang datang? Ini memang pesta ulang tahun, tapi lebih seperti pertemuan bisnis kedua orang tuanya. Jangan lupakan, ini juga seperti tempat perkumpulan anak-anak muda, siapa lagi jika bukan ulah Rhava.

     Kaki Deepa mulai lelah, karena dari tadi ia selalu berdiri. Kini ia putuskan untuk duduk di salah satu kursi tamu yang disediakan. Kedua tangannya ia letakkan di atas meja bundar. Sesekali melirik ke arah panggung. Acara puncak pesta itu sudah terlewati, kini hanya tersisa hiburan dari para selebritis yang diundang.

     Deepa menatap binar satu persatu orang di sekelilingnya. Perbincangan tak henti dari dua orang bahkan lebih. Saling bertukar kabar, atau hanya sekedar bercanda gurau. Deepa merindukan teman-temannya yang ada di London. Seketika otaknya kembali memutar memori lucu yang telah ia lalu bersama teman-temannya.

     Sekarang apa yang sedang Charlotte, Greisy, dan Fiona lakukan? batin Deepa. Andai saja jarak Banjarmasin dan London itu dekat, ia pasti akan mengangkut, oh tidak, bahasanya terlalu kasar, ia pasti akan mengundang teman-temannya untuk datang. Perlu satu hari lebih untuk menempuh perjalanan Banjarmasin-London.

     Selagi Deepa berkecamuk dalam pikirannya, ia langsung teringat akan laki-laki asing yang ia lihat di rumahnya. Deepa belum sempat mencari informasi tentang siapa laki-laki itu, dan kenapa  ia harus tinggal di rumahnya.

     Apa yang sedang laki-laki itu lakukan? kenapa ia sama sekali tidak terlihat di pesta?


🕶 🕶 🕶

     Bau busuk menusuk indera penciuman. Tumpukan sampah makanan yang ditumpuk dari semalam, belum sempat dibuang ke depan. Laki-laki itu sesekali menutup hidung mancungnya. Tangannya dengan cekatan memilah dan memilih sampah yang diantarkan oleh para pelayan pesta. Hidungnya kembali mengerut ketika salah satu plastik sampah itu menyemburkan bau menyengat.

     Akasa teringat, ketika pesta sudah mulai berakhir, ia harus mengantarkan satu kresek kembang api pada Rhava. Memang ini tidak ada didaftar acara pesta, hanya saja Rhava ingin melakukannya bersama teman-teman masa kecilnya. Rhava dan Deepa terpaut usia 6 tahun. Di saat Deepa menginjak sekolah menengah pertama, Rhava sudah masuk memasuki jenjang universitas. Tak urung, masa kecil Rhava masih ia habiskan di tanah kelahirannya, tidak dengan Deepa.

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang