Gemuruh mesin itu menggema dalam gendang telinga. Gumpalan lembut bagai kapas mulai menghilang dari jangkauan mata. Hanya katakan 'selamat tinggal. Semoga berjumpa di lain waktu', perlahan pesawat itu mendarat. Sedih harus mengucapkan selamat tinggal pada gumpalan putih lembut itu. Sangat tidak mungkin Deepa selalu berada di antara burung-burung, terbang melayang melintasi cakrawala.
"Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in overhead bins. Thank you."
(Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sembari kita mulai mendarat, mohon pastikan punggung kursi dan meja makan anda berada dalam posisi tegak. Dan pastikan juga sabuk pengaman Anda terkait dengan baik dan seluruh barang bawaan tersimpan di bawah kursi di depan Anda, atau di penyimpanan. Terima kasih.)Banyak perasaan berkecamuk dalam hati Deepa. Ia sangat senang bisa kembali ke negara asalnya, Indonesia. Namun, ada perasaan sedih ketika ia meninggalkan teman-temannya di Inggris. Selama 6 tahun ia menghabiskan pendidikan di luar negeri. Selama itu pula ia tidak pernah pulang ke Indonesia, meski sekali.
Deepa tidak mengerti apa alasan kedua orang tua dan Rhava—kakak Deepa—melarangnya untuk pulang ke Indonesia. Masa bodo akan hal itu, sebentar lagi ia akan bertemu dan menghirup aroma tanah kelahirannya.
"On behalf of The Airlines and the enitire crew, I'd like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!"
(Atas nama The Airlines dan seluruh kru, saya ingin berterima kasih kepada Anda atas ikut sertanya dalam perjalanan ini. kami berharap bisa berjumpa dengan Anda lagi di masa dalam penerbangan dikesempatan yang akan datang. Semoga hari Anda menyenangkan!)Perlahan Deepa membantu Rhava mengambil tas ransel yang ada di kabin pesawat. Kedua kakak-beradik itu terlihat akur. Tidak lupa Deepa mengenakan ransel yang berwana abu-abu itu. Begitu kontras dengan blous merah yang ia kenakan.
Si pemilik nama lengkap Deepa Gantari itu melenggakan kakinya santai. Ia sangat senang bisa kembali ke tanah air. Tanpa sadar, gadis pemilik lesung pipi dan bulu mata lentik itu meninggalkan Rhava yang kesusahan membawa tas lebih besar.
"Mama, Papa!" teriaknya antusias. Hamburan peluk dan suka cita menyelimuti hati mereka. Netra Deepa mulai memanas, begitu pula dengan mamanya yang sudah terisak.
"Deep, enak banget ya, kamu," rutuk Rhava sembari membawa tas itu, nyaris garis urat tangan lelaki itu terlihat. "Tidak tau apa, kalau ini tuh, berat," sambungnya.
Deepa hanya memberi tatapan mengejek dan menjulurkan lidahnya pada Rhava. Jika ini bukan di tempat umum, bisa saja Rhava akan menggetok kepala adik tersayangnya itu.
"Mama, Deepa kangen," keluhnya.
Rissa-mama Deepa—mengusap sayang pucuk kepala Deepa. Tersenyum bahagia melihat anak perempuannya bisa menyelesaikan sekolah hingga jenjang menengah atas di luar negeri. Salah satu wish list Rissa terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ableps-ia ✔
RomansaPerlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar. Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...