06. Ablepsia: Lelaki Kuat

216 45 23
                                    

     Mentari sudah memancarkan cahayanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Mentari sudah memancarkan cahayanya. Seperti biasa, gadis cantik pemilik nama lengkap Deepa Gantari masih saja bergolek mesra di atas kasurnya. Memang sangat nyaman untuk terus berleha-leha dan mengabaikan nyanyian ayam yang sudah lama berdendang.

     Asal kalian tahu, gadis itu baru saja memejam mata 2 jam yang lalu. Ini yang tidak Rissa sukai ketika Deepa sangat fanatik dengan Doraemon. Gadis itu sering kali mengorbankan waktu tidurnya hanya untuk menonton serial Doraemon. Tidak peduli sudah kali keberapa Deepa menontonnya, ia tetap saja mengulang-ngulang.

     “Deep, bangun. Sudah siang.” Siapa lagi jika bukan Rhava.

     Deepa mendengar suara itu. Namun rasa kantuknya lebih memintanya untuk tetap diam di atas kasur. Ia lebih memilih mengacuhkan panggilannya kakaknya itu.

      “Kalau tidak bangun, bakal aku aduin kalau kamu semalam maraton nonton Doraemon,” ancam Rhava. Lantas Deepa bangun terhuyung-huyung.

      Gadis itu pun berjalan perlahan ke arah pintu. Jalannya tergontai-gontai. Matanya pun belum dapat terbuka seluruhnya. Tangan mungilnya meraih gagang pintu. Perlahan menampilkan kakaknya yang sudah wangi di depan pintu kamar, dengan tatapan mengintimidasi.

      Deepa hanya cengengesan. Tangannya ia tangkup, memohon agar Rhava tidak melaporkannya pada Rissa.

     “Aku tidak akan ngadu....” Jawaban itu membuat senyum mans Deepa merekah. “... asalkan dalam 10 menit kamu sudah mandi dan bersih”

     “Ta-tapi A—“

     “Lima menit, hmm?” Rhava melemparkan senyum jahilnya.

      Baiklah! Rasanya Deepa ingin lenyap sekarang juga. Rhava sungguh tidak punya kasih sayang. “Aa tidak berperikemanusia—“

    “Aku laporin?” ucap Rhava songong.

     Deepa mendengus kesal. Sungguh! Sangat ingin ia melemparkan durian ke muka Rhava. Ia sama sekali tidak bisa berkutik lagi. “Iya.”

     Rhava tersenyum menang. Salah satu kebahagiaan baginya ketika berhasil menjahili Deepa. “Makanya, jangan maraton Do—“

     Plak!

     Pintu kamar mandi terbanting cukup keras. Siapa yang tidak kesal jika punya kakak seperti Rhava? Tapi semua ini juga salah Deepa, siapa yang menyuruhnya untuk maraton Doraemon. Padahal Deepa hanya mengulang-ngulang tontonan itu.

     Deepa hanya mandi dan bersiap dalam waktu kuarang lebih 8 menit. Apa yang bisa Deepa lakukan dalam 8 menit? Ya. Cukup dengan menghamburkan air ke seluruh tubuh dan menyemprotkan parfum hampir satu botol. Jalan pintas memang.

     Kini gadis itu berjalan menuju dapur, tepatnya ke arah meja makan. Sudah ada Hendra, Rissa, dan Rhava di sana. Tidak lupa Deepa memberi salam pada kedua orang tuanya. Lalu bagaimana dengan Rhava? Hahah, menatap Rhava saja Deepa tidak mau.

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang