Empat tahun kemudian...
Deepa berhasil mendapatkan gelar sarjana arsitektur-S.As. Predikat summa cumlaude dengan total akumulasi IPK 3.90. Deepa Gantari, seorang gadis berparas cantik dan berotak cerdas. Siapa yang tidak mengenalnya? Ditempuhnya pendidikan di University College London selama 4 tahun.
Gadis cantik itu tengah tersenyum manis di depan kamera lengkap dengan topi toganya. Sunggingan manis itu tidak pernah pudar sekalipun. Wajah lokal Indonesianya sangat menonjol di antara teman-temannya. Namun hal itu yang membuat ia sangat berbeda.
Sesekali Deepa menyapa Rhava yang tengah menunggunya dari kejauhan. Hanya Rhava yang datang, tidak dengan Rissa dan Hendra. Kedatangan Rhava pun sekalian ingin menjemput Deepa untuk pulang. Tentu saja gadis itu sedih. Pasalnya, di hari kelulusannya, kedua orang tuanya tidak dapat berhadir. Namun apa daya jika Rissa selalu berdalih mereka sedang sibuk?
Kini gadis itu sudah selesai dengan acara kelulusannya. Melenggang cantik menuju mobil. Di tempat di mana Rhava sudah menunggunya selama berjam-jam. Laki-laki menunggu dengan wajah masam. Salah Rhava juga sebenarnya. Siapa suruh menunggu anak gadis yang tengah asyik berphoto ria untuk kenang-kenangan kelulusannya.
"Sudah?" tanya Rhava basa-basi.
"Sudah. Ayok kita ke apartemen dulu. Ada beberapa barang yang belum aku kemas," jawab Deepa dengan sangat antusias.
Rhava tidak berkutik sedikit pun. Ia sama sekali tidak menyalakan mobilnya. Rhava duduk dengan tangan ia lipat di depan dada. Sesekali matanya melirik Deepa dari kaca spion.
" Ayo A, kenapa malah diam?" tanya Deepa polos.
"Kamu tuh kebiasaan. Sudah tahu jika aku menunggu, kenapa malah lama sekali sama acara foto-fotonya?" keluh Rhava.
Deepa memutar bola matanya. "Siapa suruh A Rhava nungguin aku dari acaranya di mulai? Bukankah aku sudah bilang untuk datang saat aku telpon saja?"
Rhava memutar duduknya. Sehingga ia bisa menatap Deepa tidak dari kaca spion. "Aku juga maunya begitu. Tapi Mama minta aku datang awal-awal agar bisa memotretmu selama acara."
"Ya sudah kalau begitu. Jangan marah sama Deepa," jawab Deepa sambil memasang air pods ke telinganya. "Tapi marah aja sama Mama yang udah nyuruh A Rhava datang awal-awal."
"Ayo bicara seperti itu lagi biar aku betot bibir kamu. Biar jadi monyong," kesal Rhava.
Matanya menatap Deepa intens. Yang ditatap hanya diam seperti tidak tahu apa-apa. Pasalnya, gadis itu sudah memakai airpoods-nya dengan volume tinggi. Dalam penglihatannya Rhava hanya mengoceh tidak jelas. Karena sama sekali Deepa tidak mendengar suara itu.
Tuukkkkk!
Rhava melempar kaleng minuman kosong. Kaleng itu tepat mengenai punggung tangan Deepa. Gadis itu meranjat kaget. Ia yang tadi bersender pada kursi mobil sambil memejamkan mata, kini mengelus punggung tangannya yang memerah. Lemparan itu cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ableps-ia ✔
RomancePerlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar. Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...